Pagi ini
aku sedikit terlambat untuk berangkat kerja, jadi kuikhlaskan tunjangan
kerajinan harian dan kunikmati saja perjalanan mobil angkot yang pelan.. toh
aku memang sudah terlambat.
Pertama kali
mobil berhenti, naik seorang gadis yang wangi.. aku tersenyum dan dia balas
tersenyum. Hm.. rasanya aku tahu aroma ini dan beberapa detik kemudian aku ingat
bahwa ini adalah citra gojiberry. Kembali kulempar pandang keluar jendela dan
tak lama angkot berhenti lagi dan naik seorang gadis yang tidak kalah wanginya dengan
yang pertama tadi. Kupejam mata sejenak dan ketika kubuka mata, aku tahu dia
pakai parfum kenzo daun. Ha..ha.. parah juga perilakuku pagi ini, mengenali
beberapa jenis wangi-wangian dalam beberapa hitungan detik. Dua ratus meter
sebelum sampai ditempat kerja, naik seorang bapak dan duduk tepat disebelahku,,
untuk yang satu ini aku tak butuh beberapa detik tapi Cuma setengah detik aku
sudah bisa tahu bahwa ini bau tembakau.
“kiri da”
aku menghentikan angkot dengan kata sapaan yang sudah sangat jarang terdengar
dikota ini. Sapaan “uda” nyaris hilang dan berganti dengan “abang”, maka
kumulai dari diri sendiri untuk menggunakannya lagi. Efek paling seru dari
panggilan itu adalah: angkot langsung berhenti dan si uda melirikku lewat kaca spion.. seolah berkata “dima kampuang
diak?”. Hahaha…:D
Isi absen,
dan Alhamdulillah gajiku tidak dipotong meski tunjangan juga tidak kudapatkan.
Seseorang
mendorong pintu dan kusapa dengan wajah ramah “pagi bu” namun wajah cerahnya
berubah mendung.. “memang saya sudah seperti ibu-ibu?” nyaris aku tertawa
mendengar kalimatnya.. “kita belum kenalan kak, saya nova.. kakak?” ucapku
mengulurkan tangan dan dijawabnya dengan kumur-kumur (sebab aku tidak mendengar
dengan jelas apa yang baru saja diucapkannya) “kakak ngajar apa?” aku masih
berusaha ramah “bahasa indonesia” singkat dan lumayan jelas, aku tersenyum dan
kembali keposisiku,, zaman sekarang makin aneh aja_ ibu guru gak mau dipanggil
ibu.. maunya dipanggil kakak (guru).
Selidik punya
selidik, si kakak guru merasa terusik dengan panggilan itu, diusia yang ‘seharusnya’
memang dipanggil ibu, beliau belum juga menikah.. hm.. sekali lagi perkara yang
sama: jodoh. Rumit ya..