My first
free flight
Ah..
apapun lah, mau ketawa, mau memandang iba, atau mau berbinar-binar sebab
akhirnya aku bisa terbang (dan itu gratis). Nyatanya pagi itu dengan sedikit
ragu, kulangkahkan kaki menuju kantor.. tempat berkumpul sebelum diantar
kebandara untuk pergi ke kota yang ‘tidak ingin kukunjungi’.. Jakarta.
Hari sebelumnya,
minggu sebelumnya, atau bahkan bulan sebelumnya.. aku dengan biasa-biasa saja
menghadapi hari ini, tapi ketika hari ini datang.. aku tiba-tiba ragu untuk
berangkat. Entah karena belum siap untuk ujian dikota itu, entah karena
menghadapi rapat kerja yang disana berkumpul orang-orang hebat, atau entah
karena harus naik pesawat. Yang pasti selama melangkah dibandara, aku sibuk
menenangkan hati bahwa semuanya akan baik-baik saja. “Allah selalu berbaik hati
pada orang-orang yang berpuasa” ujarku sendiri berulang-ulang.
Nah.. jam setengah delapan aku sampai dibandara, pura-pura sok sibuk dengan HaPe guna menghindari celingak-celinguk gak jelas.. pun menghindari ‘ketahuan’ bahwa ini kali pertama aku mengurus keberangkatan dengan kapal terbang.. hm,,hal menarik disini adalah ngantri,, tiga kali..! namun cukup sopan dan tidak berebutan seperti antri sembako (nah lho.. curcol ding).
Tempat dudukku
seperti yang tertera di tiket adalah 29C,, aku berharap berada disamping
jendela dan akhirnya harapanku terkabul. Pesawat mulai beranjak, awalnya pelan
merayap dilandasan pacu sebelum akhirnya bergerak cepat dan terangkat. Wew..
keren rasanya ketika tekanan udara berubah pelan dan pemandangan diluar jendela
seperti gambar penginderaan jauh yang kupelajari singkat di kelas geografi. MasyaAllah..
keren sekali pemandangan dari atas, garis pantai yang terukir oleh ombak,
sungai-sungai yang berkelok, daratan yang mulai menjauh, bergumpal-gumpal
cumulus serupa kapas, dan masih bisa kulihat genangan air raksasa dengan skala
entah berapa berada jauh dibawahku. Ada tiga genangan air dibawah sana, dengan
tiga ukuran berbeda pula. Entah itu danau apa (sayang sekali tidak ada
tourguide disebelahku). Tidak selang beberapa lama.. topografi berubah menjadi
deretan pegunungan (atau perbukitan? Ah..) hingga akhirnya kulihat sebuah
genangan air lagi, dari ciri-cirinya genangan kali ini adalah danau vulkanik
sebab sekelilingnya berbentuk lereng. Yah.. kira-kira danau diatas gunung gitu,
tapi entahlah.. pengetahuanku hanya sekedar dugaan.
Dari sini
kulihat berbagai jenis awan.. kembali pengetahuan seadanya itu bermunculan dalam
tempurung kepala, paling banyak terlihat adalah cumulus, dan saat ini aku
melalui stratus. Alhamdulillah dengan cuaca cerah, bisa kulihat bahwa cumulus
memang berbentuk kapas yang berserakan diatas hamparan permadani biru tua. Tapi
tidak lama, keadaan slowmotion tersebut membuatku ngantuk dan akhirnya terjaga
ketika melewati selat sunda.. pemandangan kembali menarik sebab dari atas
terlihat warna selat berbeda-beda tergantung ukuran kedalaman, ah.. aku ingat
ketika dulu memotong laut yang memisahkan padang dengan mentawai, warna paling
cantik itu ketika berada ditengah, biru gelap. pemandangan paling cantik adalah
lumba-lumba berlompatan dibelakang dan samping kapal. keadaan paling mengerikan
itu adalah ketika badai ditengah malam. Dan posisi paling galau itu ketika
tidak terlihat daratan kemanapun memandang.
Beberapa lama
kemudian, pesawat yang kutumpangi bersiap-siap mendarat, inilah saat dimana gambar
lion air yang minggu kemaren mendarat dan patah diperairan dangkal bermunculan
tanpa kuundang. “Allah selalu berbaik hati pada orang-orang yang berpuasa”
ujarku lagi menenangkan diri. Dan semua berjalan lancar..
‘Bandara soekarno
hatta’.. wah.. akhirnya aku sampai di ibu kota negara ini. Tempat dimana
orang-orang hebat berkumpul, tempat dimana gedung-gedung tinggi ditanam, tempat
dimana kolong-kolong jembatan diisi oleh rumah tanpa jendela, dan kata teman..
tempat dimana artis favoritnya tinggal,, ah.. ada-ada saja.
Dari bandara,
aku berangkat kepasar minggu dengan Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia , dengan
wifi damri141 dan password yang sama. Melewati hutan mangrove,, universitas
trisakti,, fly over,, dan entah apa lagi hingga sampai di ‘pakan akaik’ atau
lebih dikenal dengan nama pasar minggu. Dari sana, perjalanan kulanjutkan
menuju LPMP DKI JAKARTA, meski harus raun-raun dulu ke Plaza PP sebab sopirnya
salah dengar tempat tujuan.
*bersambung