L

Header Ads
Tiny Star

Hati perempuan laksana danau

kau tak akan tahu isinya kalau hanya sekadar mendayung perahu dipermukaan

Perjalanan...

Bersamamu ternyata jalan ini lebih indah, meski kadang tak mudah

Ketika kau bertanya apa warna yang kusuka

ketahuilah, bahwa aku suka sekali warna langit ketika matahari hendak bersembunyi

Indah?

...dan surga jauh lebih Indah

Menurutmu mana yang lebih kuat antara karang atau ombak?

Bagiku Ombak lebih kuat sebab meski tahu akan pecah tetapi dia tetap memenuhi janji pada pantai

Perkenankanlah Aku Mencintaimu Semampuku


Tuhanku,

Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintaiMu…
Lembar demi lembar kitab kupelajari…
Untai demi untai kata para ustadz kuresapi…
Tentang cinta para nabi
Tentang kasih para sahabat
Tentang mahabbah para sufi
Tentang kerinduan para syuhada
Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam
Kutumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan…

Tapi Rabbii,
Berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan kemudian tahun berlalu…
Aku berusaha mencintaiMu dengan cinta yang paling utama, tapi…
Aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untukMu…
Aku makin merasakan gelisahku membadai…
Dalam cita yang mengawang
Sedang kakiku mengambang, tiada menjejak bumi…
Hingga aku terhempas dalam jurang
Dan kegelapan…

Wahai Ilahi,
Kemudian berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan tahun berlalu…
Aku mencoba merangkak, menggapai permukaan bumi dan menegakkan jiwaku kembali
Menatap, memohon dan menghibaMu:
Allahu Rahiim, Ilaahi Rabbii,
Perkenankanlah aku mencintaiMu,
Semampuku

Allahu Rahmaan, Ilaahi Rabii
Perkenankanlah aku mencintaiMu
Sebisaku
Dengan segala kelemahanku

Ilaahi,
Aku tak sanggup mencintaiMu
Dengan kesabaran menanggung derita
Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al musthafa
Karena itu izinkan aku mencintaiMu
Melalui keluh kesah pengaduanku padaMu
Atas derita batin dan jasadku
Atas sakit dan ketakutanku

Rabbii,
Aku tak sanggup mencintaiMu seperti Abu bakar, yang menyedekahkan seluruh hartanya dan hanya meninggalkan Engkau dan RasulMu bagi diri dan keluarga. Atau layaknya Umar yang menyerahkan separo harta demi jihad. Atau Utsman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan dienMu. Izinkan aku mencintaiMu, melalui seratus-dua ratus perak yang terulur pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan, pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan. Pada makanan–makanan sederhana yang terkirim ke handai taulan.

Ilaahi, aku tak sanggup mencintaiMu dengan khusyuknya shalat salah seorang shahabat NabiMu hingga tiada terasa anak panah musuh terhunjam di kakinya. Karena itu Ya Allah, perkenankanlah aku tertatih menggapai cintaMu, dalam shalat yang coba kudirikan terbata-bata, meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.
Robbii, aku tak dapat beribadah ala para sufi dan rahib, yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta denganMu. Maka izinkanlah aku untuk mencintaimu dalam satu-dua rekaat lailku. Dalam satu dua sunnah nafilahMu. Dalam desah napas kepasrahan tidurku.

Yaa, Maha Rahmaan,
Aku tak sanggup mencintaiMu bagai para al hafidz dan hafidzah, yang menuntaskan kalamMu dalam satu putaran malam. Perkenankanlah aku mencintaiMu, melalui selembar dua lembar tilawah harianku. Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.

Yaa Rahiim
Aku tak sanggup mencintaiMu semisal Sumayyah, yang mempersembahkan jiwa demi tegaknya DienMu. Seandai para syuhada, yang menjual dirinya dalam jihadnya bagiMu. Maka perkenankanlah aku mencintaiMu dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwahMu. Maka izinkanlah aku mencintaiMu dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Kariim, aku tak sanggup mencintaiMu di atas segalanya, bagai Ibrahim yang rela tinggalkan putra dan zaujahnya, dan patuh mengorbankan pemuda biji matanya. Maka izinkanlah aku mencintaiMu di dalam segalanya. Izinkan aku mencintaiMu dengan mencintai keluargaku, dengan mencintai sahabat-sahabatku, dengan mencintai manusia dan alam semesta.

Allaahu Rahmaanurrahiim, Ilaahi Rabbii
Perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku. Agar cinta itu mengalun dalam jiwa. Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku.

Sumber : Eramuslim

My Enemy

kuhindari tatapan dokter muda itu meski kutahu ada sebuah lengkungan dibibirnya. “banyak pilihan sebenarnya..” ujarnya mengetahui kegugupanku “bisa dengan minum susu..” kalimatnya terhenti mendapati rona wajahku yang makin gelap “jangan bilang kamu tidak suka susu..” kupaksa untuk tersenyum sambil menggeleng, “saya bersedia puasa tiga hari berturut-turut asalkan tidak minum susu”, beliau terkekeh “kalau begitu..rajin-rajin saja makan makanan berkalsium tinggi”, “contohnya?” antusias kutanggapi kata-kata beliau “ikan laut dangkal” aku tersenyum.. solusi paling baik yang pernah beliau berikan. “tapi mengingat riwayat kesehatanmu, pilihanmu cuma dua untuk saat ini” senyumku sempurna berpindah kewajah beliau. Sungguh.. sejak aku mampu mengingat,, aku tidak suka susu..! aku lebih suka menumbuk kembali pil-pil pahit itu, mencampurkannya kedalam air disendok dan kemudian meminumnya. Aku lebih suka menikmati nyeri itu ketimbang meminum susu…!

‘susu berkalsium tinggi tanpa lemak’ kueja setiap kotak susu untuk menemukan kalimat itu dan akhirnya kutemukan. Dokter tersebut memang memberi resep obat tapi lebih menyarankan untuk rutin meminum susu dalam beberapa minggu kedepan.
***
Empat sendok untuk 200 ml air??? Gila.. ini sama saja dengan mengeluarkan semua isi perutku. Lama kudiamkan serbuk susu itu, dan akhirnya mendapat ide untuk mengurangi takaran. Yuph.. 2 sendok saja untuk 250 ml air. Yang penting itu kalsiumnya.. he..he..

huh.. jangankan meminumnya, mencium baunya saja aku sudah mual. Tapi aku harus.. aku harus meminumnya.
Phufft..ini rasa yang paling buruk bagi lidahku, ternyata susu tanpa lemak itu adalah susu tanpa gula..sebab tidak kutemukan sedikitpun rasa manis dalam cairan putih itu.
Tapi aku harus.. aku harus rutin meminumnya sebelum orang tuaku tahu tentang nyeri ini.

aku dan nya

“kamu berubah” ujarku kepadanya pagi itu, “tidak” jawabnya singkat sambil memainkan sebilah kayu di permukaan air, “ya..kamu berubah..!”  kupandangi riak yang mulai menepi dan hilang di pematang,, sejenak kemudian kudapati bayang senyum mengambang di atas air. “apa yang berubah?”, “pakaianmu dan juga sikapmu” jawabku tergesa.. lama dia terdiam tapi aku tidak berniat untuk menyela “kenapa dengan pakaianku?” phufft..padahal aku berharap dia berhenti bertanya dan segera menjelaskan pernyataanku. “dan ada apa dengan sikapku?” lanjutnya, namun aku tidak bersuara sebab kalimatku akan memancing tanya baru darinya. “aku hanya tidak ingin membenci serta tidak ingin lagi menjadi ikon dari sebuah organisasi” kembali air beriak oleh ujung kayu yang dipegangnya, “kau tahu.. aku sempat terpuruk dan bingung harus menggapai kemana ketika dituduh sebagai misionaris,,penyebar ajaran kristus. Padahal sebelumnya aku sudah sangat percaya pada ikatan yang sering kali kudengar dari sebuah organisasi dikampusku, ikatan yang indah dan menentramkan jika didengar tapi tidak untuk dirasakan sebab aku tak tahu dimana mereka ketika aku terseret dalam labirin yang aku sendiri tidak mengerti” sedikit panjang kalimatnya kali ini, “mereka mungkin tidak salah,, kamu yang terlalu berharap” singkat kujawab, “mereka memang tidak salah, sebab ketidakpedulian bukanlah sebuah kesalahan..” dia menghela nafas panjang, “tapi aku yang masih pemula,, tidak layakkah dibela?”.

“kamu kecewa?” tanyaku lagi, “entahlah, aku ragu membedakan rasa kecewa dan terluka..” air kembali beriak, bukan oleh kayu yang dipegangnya tapi oleh katak yang meloncat kedaun teratai. “boleh kutahu bagaimana kisah lengkapnya?” tawarku kemudian..

“pagi itu.. aku dan seorang teman dikeluarkan dari yayasan* yang telah kutempati selama satu bulan, dengan alasan tidak mengikuti sebuah kegiatan yang mereka angkatkan,  kami ragu itu satu-satunya alasan,, sehingga segera mencari direktur untuk bertanya kejelasan, kau tahu apa jawabnya?? ‘kami tidak menerima orang-orang yang tidak se’fikroh dengan kami’ dan serentetan kalimat tuduhan lain. kau tahu apa artinya bukan? Beliau meragukan keislaman kami..! sungguh..sampai hari ini aku masih ingat intonasi pernyataan itu. Namun sayangnya aku tidak bisa berkata-kata, bukan karena aku mengakuinya tapi karena emosiku sudah mencapai puncak sehingga satu-satunya yang kulakukan adalah mengendalikannya. Phufft.. hari itu aku benar-benar kacau. Sering kali bertanya pada-Nya.. apakah amalan shalatku belum cukup sebagai salah satu bukti keislamanku? Apa syahadat yang kubaca berbeda dengan mereka? Apa surat cinta-Nya yang ada padaku tidak sama dengan milik mereka? Jika memang jalan yang kutempuh adalah sesat dan tidak menuju kearah-Nya.. mengapa aku harus mereka usir.. tidak bisakah mereka menunjukkanku jalan yang (minimal mereka anggap) benar?” aku menemukan letih dimatanya, “dan beberapa hari kedepan, aku masih belum masuk kuliah, bagaimana aku bisa focus belajar disaat saudara/iku sendiri mencurigai keimananku, disaat semua terungkap bahwa sejak beberapa bulan belakangan teman-temanku dilarang untuk bergaul denganku, disaat aku tahu bahwa mereka telah membongkar kamarku untuk mencari kitab atau jenis lain sebagai barang bukti” kulihat dia tersenyum “sayang..mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan sebab memang aku bukan seperti tuduhan mereka”,, “bukankah mereka berbeda dengan orang-orang diorganisasi itu?” senyumnya masih mengambang namun aku tidak tahu apa artinya kali ini “ya.. berbeda..! mereka menuduhku misionaris sedangkan orang-orang di organisasi itu mendiamkan tuduhan itu” dia menghembuskan nafas berat “padahal aku sudah meminta tolong agar mereka meluruskan ketimpangan itu” gumamnya lirih.

“lalu apa hanya karena mereka dan masalah itu.. kamu berubah” dia menatapku,, “apa kau percaya aku berubah karena itu?” aku menggeleng cepat, “ya..memang bukan karena itu kawan, aku ingin mengenal-Nya bukan atas nama organisasi, bukan atas nama partai politik, bukan atas nama apapun.. aku ingin mengenal-Nya seperti apa yang diperkenalkan-Nya”.

Matahari telah lebih sepanjang galah.. maka kutinggalkan kolam teratai serta bayanganku itu.

*yayasan: seperti sebuah kos namun memiliki banyak agenda dan hierarki kepemimpinan, dipimpin oleh direktur (yang juga seorang mahasiswa)  

1 Feb '12

Rabu malam

Mendekati minggu-minggu ujian tengah semester (sebenarnya sudah selesai satu ujian minggu ini,, dan minggu besok ada ujian untuk 3 mata kuliah lain). hm..ini bukan kali pertama melewati minggu-minggu ujian tengah semester, tapi ini pertama kalinya bagiku belajar untuk ujian itu. Ah..aku tahu, aku memang sedikit pemalas untuk mata kuliah hafalan atau apapun yang perlu dibaca, aku sungguh tidak menyukai semua teori-teori dalam buku.. (mungkin itu sebabnya aku memilih akuntansi,, sebab hanya diperlukan pemahaman dan sedikit hitung-hitungan).

Namun kali ini berbeda, aku menekuni kalimat-kalimat dalam buku mata kuliah dengan kaca mata minus yang mulai ‘permanen membatasi’ pandanganku. Bukan karena aku sudah tidak ‘sedikit pemalas’ lagi tapi kegiatan ‘persiapan ujian’ ini lebih seperti ‘wisata pengetahuan’ bagiku. Aku merasakan kebodohan yang sangat ketika berhadapan dengan ilmu ini, mataku seringkali mengerjap ketika ‘informasi baru’ menerobos retina  dan bergerak menuju ‘detektor’. Ah..ini menarik, tidak peduli berapa nilai yang akan kudapat dari ujian ini,,(percaya tidak percaya).

Sekian dulu.. lembaran selanjutnya menunggu sapuan tatapan minusku..

Petir..!

ini baru keren...! asli keren gan,, foto ini diambil di  Camp Blanding, Florida. ini kali pertama petir ditangkap oleh kamera X-Ray 1500 khusus kecepatan tinggi yang diciptakan oleh Meagan Schaal.