L

Header Ads
Tiny Star

Jodoh Tak Akan Pernah Tertukar, Percaya Itu.

“dia” kata temanku disela isak, “dia..tak ada alasan bagiku menolaknya” lanjutnya kemudian. “semua kriteria yang kususun ada padanya” aku mendengarkan, “tapi kenapa dia lahir dikeluarga dari daerah itu? Kenapa dia yang berhasil menyita perhatianku berasal dari bangsa terlarang itu?” dua tangannya menutup wajah.

Aku bergeming, tidak tahu harus berbuat apa. Namanya Vinda, semua orang tahu bahwa dia adalah seorang gadis ramah dan cepat akrab dengan orang lain, beri dia waktu lima menit.. maka kenalan barunya sudah seperti kawan lama baginya. Setahuku, tak pernah dia terlibat dalam masalah cinta remaja yang pelik sebab masa remajanya dihabiskan dengan aktivitas organisasi dan sekolah. “gimana dy? Nda bingung..” suaranya serak. “coba pelan-pelan nda jelaskan pada keluarga tentang kebaikannya, mana tahu bisa merubah citra beliau dimata keluarga nda” ujarku meyakinkan, “sudah.. sudah sering nda jelaskan bahwa menilai seseorang dari suku / keturunannya itu tidak adil, semua cerita yang mereka dengar tentang orang yang berasal dari daerah itu bisa jadi hanya oknum. Tapi tetap saja mereka menggeleng, mereka tidak menerima tambahan anggota keluarga dari daerah itu dy”, aku menghela nafas, berat.


Hm..vinda, aku bingung harus memberinya saran seperti apa, aku mengenal lelaki itu.. salut pada tanggung jawab dan komitmen melaksanakan amanah yang dipercayakan organisasi padanya, tidak banyak bicara; berkomunikasi seperlunya, apalagi pada lawan jenis. Dan dengan otak yang cemerlang sudah beberapa kali membawa nama kampus kami ke tingkat nasional. Tapi aku mengenalnya hanya sampai disana sebab seperti yang kukatakan, dia ‘dingin’ dan terlihat tidak peduli pada perempuan. Awalnya aku sangat terkejut ketika vinda bercerita tentangnya, tentang bentuk perhatian samar yang diberikan pada vinda, tentang pesan-pesan singkat yang tidak biasa, tentang telponnya yang cuma berisi pertanyaan ‘apa kabar?’ selebihnya diam selama 30 menit. Tidak menyangka ‘gunung es’ itu lebur oleh cuap-cuap vinda yang kadang jutek. “Mungkin itulah cinta” ujar vinda suatu kali melirikku, “ketika dia telah memilih, maka saljupun dapat menghasilkan panas” dia terkekeh sendiri kala itu. Memang tidak ada ungkapan ‘cinta’ dalam hubungan mereka, pun tak ada kata-kata ‘sayang’ yang sempat terlontar namun senyum dan sinar wajah mereka ketika bertemu menjelaskan lebih detil dari bahasa paling rinci.

“memangnya daerah itu kenapa nda?” tangis vinda sudah agak reda, “nda gak tau pasti dy, semua orang dari sana yang dikenal keluargaku tidak pernah bisa menjaga amanah dengan baik, mereka ‘penggunting dalam lipatan’, mereka sering kali menelantarkan keluarga, mereka ..” vinda terdiam, terlihat berfikir “nda pernah mendengar,, untuk tahu bagaimana Haftsah maka lihat saja Umar Ibn Khatab, untuk tahu bagaimana Aisyah maka lihat saja Abu Bakar, untuk tahu bagaimana Fatimah maka lihat saja Rasulullah..” ia menatapku lama “apa benar bahwa tabiat itu berdasarkan keturunan?” sepertinya dia tidak butuh jawaban. “mengapa teori itu tak kunjung rampung..” ujurnya melanjutkan.

“nda.. mungkin sulit bagimu menerima, mungkin saat ini perasaan itu mendominasi semuanya. Tapi coba pikirkan nda,, ridha Allah tergantung ridha orang tua. Kita tidak bisa menyalahkan persepsi mereka sebab kita tahu bahwa mereka adalah dua malaikat yang selalu berharap yang terbaik untuk hidup kita. Jika dy berada diposisimu maka satu hal yang dy lakukan adalah menuruti nasehat orang tua meski dy harus membunuh bahkan mencincang perasaan itu. dy akan memilih jalan Uwais Al-Qarni yang segera pulang sesuai perintah ibunya meski rindu pada Rasulullah belum tertunaikan” vinda tercenung cukup lama “bagaimana kalo dia adalah jodoh nda?” aku tersenyum, “vinda.. jodoh tak akan pernah tertukar, percaya itu”, mata vinda masih sembab meski tidak ada lagi lelehan air disana, “tapi dia sesuai kriteria nda” ujarnya menatapku dengan harap. “apa nda tahu kriteria yang Allah buat untuk nda? Apa nda yakin kriteria yang nda pilih lebih baik dari pada apa yang dipilihkan-Nya. Ayolah vinda_ Allah tidak pernah salah menuliskan jodoh, hanya kita yang kadang salah membacanya.” ia mengangguk, “jadi..”, “jadi lapar..” sambungku cepat sebab aku tak ingin mendengar kesimpulan yang dibuatnya, biar saja semua itu menjadi rahasia vinda dengan-Nya, menjadi sebuah catatan dalam hidupnya bahwa kadang kita harus memilih berdasarkan kepentingan bersama selagi masih dalam izin-Nya.

*untuk sahabatku..

0 Comments:

Posting Komentar