Hati perempuan laksana danau
kau tak akan tahu isinya kalau hanya sekadar mendayung perahu dipermukaan
Perjalanan...
Bersamamu ternyata jalan ini lebih indah, meski kadang tak mudah
Ketika kau bertanya apa warna yang kusuka
ketahuilah, bahwa aku suka sekali warna langit ketika matahari hendak bersembunyi
Indah?
...dan surga jauh lebih Indah
Menurutmu mana yang lebih kuat antara karang atau ombak?
Bagiku Ombak lebih kuat sebab meski tahu akan pecah tetapi dia tetap memenuhi janji pada pantai
#edisi ngawas SD
selalu ada cerita
setiap kali mengawas di jenjang pendidikan berbeda.
Kali ini giliranku
mengawas SD. Kamu tahu kawan,, mengawas disini berbeda dengan mengawas di
sekolah. Mereka lebih ‘sesuka hati’ dan lebih ‘berisik’ serta lebih ‘semangat
nyontek’. Maka sesuka hati pula kupakai mimik wajah. Kali ini kupakai wajah
sangar (meski tanpa taring dan tanduk)..
Tik..tik..tik.. waktu
berjalan 45 menit, akhirnya kuganti mimik wajah bijak,, dengan senyum ramah
kuheningkan seluruh kelas.
“kakak yakin gak seorangpun
dikelas ini yang mau dikatakan bodoh” kuperhatikan perubahan di wajah mereka.
“sebab adik-adik
adalah generasi cerdas” beberapa senyum mengembang diwajah kanak itu.
“Nah.. tanda-tanda
orang cerdas adalah yakin dengan kemampuan sendiri” lanjutku lagi.
“ada yang gak yakin
ma kemampuan sendiri?” mereka serentak menggelang.
“jadi kerjakan dan
isi sendiri-sendiri ya..” ujarku mengakhiri.
Mereka mengangguk,
sibuk mencoret-coret kertas buram.. melanjutkan kembali soal matematika yang
sempat tertunda.
Hm.. lain padang lain
cuaca, lain kelas lain suasana.. dan kenyataannya aku menikmati liburan ini.
.. celoteh ..
“fotomu
juga berserakan di net” ujar temanku suatu kali, pembicaraan ringan kami
memberati pikiranku.. tidak pada siapapun pernah kubagi gelisah ini, sebab
takut akan berbalik pada diri sendiri.. kadang, ketika iman ini berada diatas,
kusayangkan foto teman-temanku yang manis berserakan di dunia maya, aku tidak
ingin mata-mata liar memperhatikan lekuk senyum diwajah manis itu. Siapa yang
berani menidakkan bahwa setiap perempuan berjilbab itu punya daya tarik sendiri?
Tidak ada.. mereka menarik bagi siapapun.. hukum alam bagi sebuah kemisteriusan
(menutup aurat). Namun ketika imanku setipis kulit bawang, kupajang foto paling
cantik yang kupunya, kubagi untuk semua mata yang bertandang ke-blog-ku, terlupa
pada semua sesak yang pernah ada ketika imanku berada dipuncak. Phufft.. tidak
lagi, sengaja kutulis ini, sebagai pengingat bahwa aku pernah sangat tidak
setuju.
“apa
salahnya? Toh mereka cuma bisa memandangi” jawab temanku ketika kutanya
pendapat mengenai foto di jejaring sosial. Ya..benar, mereka hanya bisa memandangi
dan kita hanya bisa berharap bahwa foto itu hanya sekedar dipandangi, tidak
disimpan dalam memori dan hati, tidak muncul dalam sujud mereka, tidak tampil
dalam keseharian mereka, dan tidak ada dalam bayangan liar mereka.
“jangan
berlebihan,, kembalikan semua pada niatnya, mungkin dia ingin segera dikenali
oleh teman lama” tambahnya lagi.
Niat?
Siapa yang tau perkara niat selain dia dan penciptanya?? Yakinkah setiap kali
foto di’upload, niat itu tanpa cabang sedikitpun? Ah.. kenapa aku yang malah
meragui niat mereka..!
ke'tua'an
Membalik-balik
lembar kertas dibuku makro ekonomi,, ada hal yang membuatku penasaran berkaitan
dengan soal yang tadi kutemukan di tes harian siswa.
“udah
pulang ya?” seseorang yang keberadaannya baru kusadari setelah bersuara,
menunggu jawabanku.
“belum..
baru mau pergi” jawabku singkat, aku tidak mengenalnya, mungkin dia naik ketika
angkot berhenti di depan kampus STKIP tadi.
“jurusan
ekonomi ya?” ujarnya lagi, aku mengangguk pelan.
“BP
berapa?” aku mulai terusik, apa pentingnya dia bertanya..
“2007”
mataku tak lepas dari lembar buku.
“hahahah..
becanda kamu, senior dikadalin.. mana mungkin” tawanya menyaingi musik dari
speaker.
Aku
mengangkat wajah, siapa yang pagi ini sudah berani mencandaiku.. sosok
laki-laki yang tidak begitu rapi, sepatu kets, kemeja longgar, tas yang
diberati beberapa kertas yang kutaksir adalah proposal skripsi.
“kenapa
tidak mungkin?” ujarku balik
“jurusan
ekonomi disini baru buka tahun 2009. Dan abang BP 2008, sebenarnya tamat
sekolah 2007” intonasi jemawa.
“oo..”
aku tidak berminat meneruskan pembicaraan, terserah dia mau berfikir apa, otakku
dipadati oleh soal tadi.
“masih
ujian MID ya?” kembali dia membuka percakapan.
“iya,
MID anak-anak” aku kembali mengangkat wajah, memperhatikan lawan bicara.
“MID
anak-anak?” ulangnya merasa dicandai lagi..
Aku
mengangguk pasti.
“haha..
ternyata kamu lucu juga ya,, berapa SKS semester ini? oia.. mau kemana bawa
buku sebanyak itu??” dia melirik buku makro, modul dan problem set.
Aku
mulai bosan..
“saya
tidak sedang kuliah, saya sudah menyelesaikannya 2 tahun lalu di UNP dengan
jurusan pendidikan ekonomi, BP 2007. Sekarang saya pergi mengajar siswa kelas
12 SMA di daerah jati, persiapan MID mereka di sekolah” jawabku agak panjang
dan membuatnya mengerjap beberapa kali untuk kemudian menghentikan angkot.
“maaf,
saya duluan” ujarnya sebelum turun. Dan aku tersenyum, menang.
**
Phufft..
adzan magrib sudah berkumandang beberapa menit yang lalu, selalu seperti ini,
aku menjumpai magrib ketika masih diatas angkot menuju kos sepulang kerja.
“assalamu’alaikum”
sapa sekelompok laki-laki ketika aku melewati kos mereka.
“wa’alaikumussalam”
ringan kujawab sambil berlalu, bergegas menuju kos.
“lamo
bana pulang kuliah diak?” lanjut sebuah suara lagi.
Kuabaikan,,
lelah jika harus menjelaskan bahwa aku mungkin seumuran dengan tante mereka.
**
Tok..tok..tok..
“assalamu’alaikum”
Aku
bergegas membuka pinta sembari menjawab salam.
“nana
ada?” dia bertanya entah pada siapa..
Kupikir-pikir,
tidak baik juga jika pertanyaan kurang sopan itu tidak kutanggapi.
“nana
udah pergi kuliah, ada pesan?” aku mencoba ramah.
“oo..
tolong aja disampaikan bahwa kak Riska nyari ya, makasih dek” dia senyum dan
berlalu.
Aku
melongo didepan pintu, phufft.. adek?? Alasan apa yang membuat mahasiswa BP 2009
itu pantas memanggilku ‘adek’.
**
Hari
ini kukenakan pakaian yang lebih formal, blazer ungu dengan jilbab berbunga. Tidak
lupa kukenakan eyeliner dan sedikit lipstik. Berharap anak-anak kecil itu menyadari
ke’tua’anku.
Semua
berjalan lancar hingga siang, ketika aku pindah lokasi mengajar, seorang wanita
40’an dengan pakaian pemda guru naik angkot, sambil tersenyum dan mengambil
posisi didepanku, beliau bertanya “PL dimana nak?”.
Puzzle 7
Hari-hariku
mulai dipadati aktivitas, sudah kubilang bukan, bahwa aku tidak punya hati
libur meski aku berlibur setiap hari. Baru saja aku dihubungi oleh daisy,
sahabat yang beberapa waktu lalu menghilang dari 24 jam milikku.
“buatkan
aku sesuatu” ujarnya singkat, setelah bercerita tentang kisahnya.
“tenang,
aku akan segera menulis kisahmu, puzzle-mu masih sampai nomor 6 teman” ujarku.
“aku
ingin kamu menuliskan apa yang kurasa, bisakah?”
Menuliskan
yang kamu rasa?? Ulangku sendiri,,
“entahlah..
biar kucoba” raguku terdengar jelas.
“kuserahkan
padamu”.
Hm..
ini untuk janjiku tadi pagi teman:
Apa yang kau pikirkan saat ini? Membuatku sesak dengan harapan? Atau membuatku melupakanmu dengan tidak merespon apapun upaya komunikasi yang kutempuh? Apa yang kau lakukan saat pesan singkatku mendarat di Hape-mu? Sesibuk apa hingga tak satupun sempat kau balas.Aku mulai jemu.. haruskah kutinggalkan kau diluar hatiku, sembari menyibukkan diri dengan aktivitas yang tak sulit kucari. Tapi aku tak mengerti,, atas alasan apa aku berhak diperlakukan seperti ini?***Phufft.. ayahku tak pernah mengajarkan aku selemah ini, ibuku pun tak pernah membiasakanku untuk berharap pada orang se’tidak peduli’ kau.Well.. setelah kupikir-pikir, aku tidak ‘mulai jemu’ lagi, tapi aku ‘sedang’ dan ‘sudah’. Peduli apa kau mau apa, kalau kau bukan jodohku, sekeras apapun aku memaksa tetap ‘tidak akan’, bukan? Jadi berdirilah kau diluar hatiku, diluar lingkaran nyaman yang kubuat untuk dirku. Terserah kau mau apa disana, berfikir tentang apa, aku tak peduli.Biar aku berjanji, pada diri yang mempertanyakan keberadaanmu.. bahwa kita tidak akan berhubungan kecuali kau memulainya. aku yakin tidak akan kesulitan kembali keposisi awal dimana adamu dalam ketiadaan. Biar aku buktikan, pada diri yang kerap memikirkanmu, bahwa cara paling logis untuk melupakan semua yang pernah kita bicarakan adalah dengan meletakkanmu kembali pada posisi semula, posisi dimana kau bukan siapa-siapa.
Aku yakin
tidak serupa dengan yang kamu rasa teman, tapi minimal aku sudah berusaha ^^”
untuk-MU
Engkau
tahu.. rindu ini kerap meneteskan air mata, aku cemburu ya Rabb.. maafkan kekerdilan
ini, memang tidak seharusnya aku menuntut untuk apa yang belum engkau beri
padaku.. tapi aku rindu, sunguh aku mulai rindu sejak iri ini mulai berkecambah.
Ampuni
duhai Rahim.. Mungkin aku memang belum siap, mungkin aku masih terlalu kanak
untuk diberi nikmat sedewasa itu. Perkenankan aku untuk membunuh iri itu dengan
syukur atas hadiah yang kau janjikan..
Engkau
yang Maha tahu bahwa harap ini terus bercabang, punya ranting baru dan tunas
muda untuk-Mu.. tidak akan Engkau biarkan layu bukan??
:: sejarah uang (dan cinta) ::
Cinta dan
pernikahan itu tidak beda jauh dengan sejarah uang, tidak percaya??
Masih ingat
kah kawan tentang sejarah sebelum masyarakat mengenal uang? Masa sebelum barter.. kebutuhan hidup pada
masa ini (baca:kanak-kanak) masih sederhana sehingga pemenuhan kebutuhan dapat
dilakukan sendiri (baca: oleh orang tua) kemudian Ada sistem barter bukan? Dimana
orang mencari orang lain yang memiliki keinginan untuk bertukar barang yang
dibutuhkan? Atau dikenal dengan istilah double
coincidence of need Misalnya bertukar beras dengan kain. Nah.. begitu juga
dengan pertama kali seorang remaja mengenal cinta dengan lawan jenis,, mereka
bersedia bertukar ‘janji’ untuk saling setia, bertukar perhatian dengan
benda-benda cantik lainnya. Begitulah remaja,, hingga akhirnya sistem barter
mengalami beberapa kesulitan, diantaranya: (1) sulit menemukan barang untuk
kebutuhan mendesak,(2) sulit menemukan perbandingan barang yang ditukarkan dan (3)
sulit memenuhi kebutuhan yang bermacam-macam. Dan sejarah cinta remaja pun
mengalami kesulitan: (1)“dimana dia saat aku butuh bantuan?”, (2)“sudah
kuberikan dia kesetiaan tapi dibalas dengan penghianatan”, (3)“aku maunya gak
seperti itu, bisa gak kamu seperti ini?”. Dan runtuhlah sistem barter (dan juga
cinta remaja awal)
Masa setelah
barter adalah uang barang, pada tahap ini remaja sudah mulai dewasa dan serius
mencari ‘cinta’nya. Maka uang barang berbentuk cincin pertunangan,, Meski terdapat
beberapa kelebihan dari masa uang barang ini, diantaranya: dapat diterima umum,
dapat ditukarkan dengan siapa saja, mempunyai nilai tinggi dan tahan lama. Terdapat
juga kelemahan yaitu: sukar dipecah jadi satuan yang lebih kecil (pertunangan
bukan berarti peng’halal’an), sukar dibawa kemana-mana, kebanyakan tidak tahan
lama (kesetiaan itu sulit jika hanya terikat pada sebuah cincin), dan nilainya
tidak tetap. Maka masa uang barang ini pun tidak bertahan lama, segera setelah
itu muncullah uang kartal (logam dan kertas).
Masa uang
kartal ini berbentuk mahar (logam) dan surat nikah (kertas). Inilah masa dimana
kemajuan peradaban paling tinggi, jenis uang ini dapat diterima umum dan siapa
saja, tahan lama, mudah disimpan (nyaman), mudah dibawa kemana-mana, dapat
dibagi menjadi bagian yang lebih kecil dengan tidak mengurangi nilainya, jumlah
terbatas dan nilainya tetap.
Selesai..?
Belum..!
Abad ini
kita mengenal jenis uang yang baru, namanya ‘kartu kredit’ dimana cinta hanya
berdasarkan yang tertulis di slip gaji,, sebagian orang di masa ini lebih
menyukai transakasi dengan kartu kredit, tak perlu lagi uang logam dan uang
kertas sebab kartu kredit menyelesaikan pembelian mobil, rumah dan transaksi
lain hanya dalam sekali gesek.
*ha..ha..
sampai juga pada akhir tulisan ini, tidak..tidak.. saya tidak akan
menuliskan kesimpulanya, silakan disimpulkan sendiri dan selamat pada pihak-pihak yang
sudah mendapatkan "keajaiban kebutuhan kebetulan ganda" (double coincidence of need ) dan bagi yang belum selamat mengukir
sejarah uangnya sendiri.