L

Header Ads
Tiny Star

Hati perempuan laksana danau

kau tak akan tahu isinya kalau hanya sekadar mendayung perahu dipermukaan

Perjalanan...

Bersamamu ternyata jalan ini lebih indah, meski kadang tak mudah

Ketika kau bertanya apa warna yang kusuka

ketahuilah, bahwa aku suka sekali warna langit ketika matahari hendak bersembunyi

Indah?

...dan surga jauh lebih Indah

Menurutmu mana yang lebih kuat antara karang atau ombak?

Bagiku Ombak lebih kuat sebab meski tahu akan pecah tetapi dia tetap memenuhi janji pada pantai

Pergi sebelum Hadir

Aku memandang harap pada calon tubuhku, kata malaikat.. tidak lama lagi aku akan berada disana, tak sabar aku punya detak jantung seperti teman lain yang sudah duluan menempati ruangnya sendiri, setiap saat kuminta Dia untuk membolehkanku mengintip perkembanganku, aku tahu, Dia menciptakan perempuan yang penuh dengan kelembutan maka aku tak cemas untuk berada bersamanya kelak, Dia ciptakan juga kasih sayang, itu sebabnya aku menunggu dengan penuh harap.

Oh hari, cepatlah berganti agar aku bisa segera bernafas dengan paru-parunya, agar aku bisa berdetak dengn jantungnya, agar aku bisa merasakan hangat elusan tangannya,,meski untuk sementara dibatasi oleh kulit perut dan cairan seperti yang pernah kulihat ketika menjenguk calon tubuhku. Tuhan..mengapa begitu lama??

Tiba-tiba..

Aku kehilangan kata, ini kekecewaan terbesar yang pernah kurasa, ini kesedihan terbesar yang pernah terjadi.. mengapa? Apa salahku, ibu? Ibu..ibu..?? mengapa harus kupanggil perempuan itu ibu?!! Tuhan…apa Dia termasuk jenis perempuan yang Engkau cipta dengan kelembutan yang selama
ini kudengar? Apa Dia adalah jenis perempuan yang Engkau cipta dengan kasih sayang-Mu? Lalu mengapa dia tak lembut sedikitpun? Mengapa dia tak punya kasih sayang? Engkau tahu bukan,,betapa harapnya aku punya detak jantung, betapa inginnya aku punya seorang ibu yang berjuang untuk melahirkanku, yang mau mengorbankan nyawa demi nyawaku (seperti yang selama ini kudengar dari pengasuhku tentang sosok seorang ibu)..

Ibu, aku masih tetap memanggilmu ibu karena aku masih berharap engkau merubah niatmu mengeluarkan calon tubuhku dengan paksa dari rahim itu, aku masih memanggilmu ibu karena Dia mengajarkanku untuk mencintaimu, aku masih memanggilmu ibu karena sampai hari ini, aku masih bertahan didinding rahimmu.
Tapi apa engkau tahu ibu, semenjak usahamu dimulai untuk menggugurkanku, semenjak itu pula aku mempertanyakan mengapa Dia memilihkan perempuan salah cipta untukku, perempuan dengan hati tanpa rasa. semenjak engkau menemui beberapa orang yang kabarnya bisa memisahkanku denganmu, semenjak itu aku terus menagis, mereka menyakitiku ibu.. Dan semenjak obat itu engkau minum..semenjak itu pula dadaku terasa terbakar ibu, tubuhku dilingkupi api yang membara, panas ibu.. sakit..apa salahku ibu hingga engkau begitu tega menganiaya tubuhku?

Meski sempat kudengar alasanmu bahwa engkau masih terlalu muda untuk punya bayi, engkau belum berani memberi tahu keberadaanku pada calon nenekku, dan calon ayahkupun tidak memperbolehkan aku hidup karena masih belum siap untuk menikah tapi boleh kah kutanya sesuatu ibu,, tidak takutkah engkau pada-Nya jika membunuhku? Tidak cukupkah dosa zina itu engkau tanggung hingga dosa besar kedua engkau lakukan padaku? Lalu mengapa engkau lebih takut ‘apa kata orang lain nanti’ dari pada kata-kata Allah? Mengapa engkau lebih cemas calon nenekku mengutukmu dari pada kutukan dari Tuhanku? Ibu..engkau telah menyakitiku, tapi tolong jangan sakiti adik-adikku.. engkau telah mengubur calon tubuhku tapi sudahkah engkau mengubur dosamu ibu?

Terakhir..kutitip do’a untukmu ibu,, do’a dari calon anak yang tidak engkau harapkan..
Semoga Dia mengampunimu, mengampuni calon ayahku dan mengampuni orang-orang yang membantu untuk membunuhku.. meski kalian semua telah melakukan sesuatu yang sangat dibenci-Nya tapi kutahu ibu.. bahwa Dia pernah berkata “jika engkau datang pada-Ku dengan semua dosa-dosamu, maka ampunan-Ku jauh lebih luas dari pada itu”.

mY dreaM

Guru..
Sejak dari kelas 1 SD aku ingin menjadi bagian dari profesi itu, keinginan awal yang sederhana dari bocah kecil “ingin menjadi orang paling pintar dikelas” ketika aku melihat pertama kali bahwa guruku punya tulisan indah dipapan tulis, bahwa guruku bias membaca dengan lancar dan bahwa guruku bisa menjawab semua pertanyaan yang kami ajukan. Tapi tak pernah terfikir bahwa jalan hidup membawaku terdampar di Akuntansi..
Usiaku berlanjut hingga samapi dikelas tiga, mulai belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang planet, sungguh aku sangat kagum dengan benda mengambang yang mengelilingi matahari tersebut, hingga dengan cepat kukenali mereka satu persatu beserta cirri masing-masing. Satu pertanyaan aneh muncul ketika aku bekenalan dengan Jupiter yang punya 12 satelit “pak, bumi Cuma punya satu bulan dan itu berguna untuk menerangi malam, lalu kalau dijupiter tidak ada manusia , untuk apa ada 12 bulan mengelilinginya” dan guruku tersenyum bijak “besok jika sudah naik kelas, kamu akan mengetahui jawabannya” aku diam, sangat tidak puas dengan jawaban itu “mengapa harus besok ketika aku bisa memperolehnya sekarang”protesku sendiri dan sejenak kemudian aku berjanji pada diri sendiri, esok kalau jadi guru..tak kan kugunakan kalimat itu.
Kelas 4 aku mulai belajar menganiaya tumbuhan, mengikat batangnya agar menjadi ramping setelah belajar tentang ciri-ciri makhluk hidup. Dan ketika kelas 5, kudapati batangnya berubah sesuai keinginanku..aku mulai tertarik pada IPA. Puncaknya ketika kelas 6, pertama kali kulihat amoeba lewat mikroskop, beberapa hari ku tak mau mandi dengan air mentah karena tidak mau makhluk yang berkembang biak dengan membelah diri tersebut menempel dikulitku. Selanjutnya kukagumi struktur irisan bawang dengan kristalnya hingga IPA menjadi benar-benar menarik.
Tsanawiyah yang nyaris menghabiskan semua persediaan lemak dibawah kulitku. Tapi tak apa karena sekolah ku yang baru punya peralatan labor IPA yang lengkap.. pertama kukenali kertas indicator, yang dengan cepat berubah warna sesuai kadar asam-basa. Selanjutnya kukenali lagi klorofil daun setelah diekstraksi menggunakan cairan dalam gelas ukur yang tidak kukenal. Fisika kelas satu tidak begitu menarik karena gurunya hanya mencatatkan semua materi untuk selanjutnya dihafal setiap detil kalimat padahal sajak pertama mengenal tulisan.. aku paling malas untuk menghafal..!!! biologi kelas tidak menarik lagi karena lebih banyak teori dari pada praktek, sedangkan fisika mulai menampakkan wajah manisnya, semua rumus nyaris kukuasai tanpa perlu dihafal dengan serius.. maka kubalik lagi buku kelas satu untuk dipahami. Dan fisika benar-benar jadi andalanku ketika rumus dari kelas satu hingga kelas tiga kurangkum dalam satu buku, sehingga ketika ujian akhir sekolah..hanya tiga soal yang tidak mampu kujawab dari sekian pertanyaan fisika tapi soal biologi? Hafalan? Sudahlah..kubayar nilai biologi yang anjlok dengan nilai fisika yang cemerlang.. kutanam niat dihati bahwa aku ingin jadi guru fisika.
Kubawa ijazah tsanawiah pulang dengan bibir tersenyum..berharap diberi kesempatan melanjutkan ke SMK jurusan elektonika atau minimal listrik (tak ada keinginan masuk SMA atau MAN,,entah mengapa). Tapi nasib berjalan sesuai kehendak-Nya, mendamparkanku pada pelajaran asing hingga kuharus belajar lebih keras meski tidak perlu menghafal,,dan itu salah satu nilai lebih mengapa aku mau bertahan di akuntansi..jurusanku sekarang.
Kita tak pernah tahu kemana nasib hendak membawa, maka..semai saja harap itu karena mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok. Dan biarkan Dia yang menentukan arah angin dari layar yang telah kita siapkan.. yakinlah semuanya indah jika Dia yang merancang-Nya.
Teruntuk…sahabatku yang masih Ragu dengan tujuan hidupnya, yang masih belum berani bermimpi karena takut akan terbangun. Yang membiarkan semuanya mengalir tanpa berusaha.
Dengar sobat.. mimpi orang sukses adalah mimpi ketika dia terjaga.. jadi mari ukir mimpi kita hari ini.

aku ingin Gila

Sungguh..aku ingin gila saja ketika tamu yang telah empat minggu kutunggu tak kunjung menanpakkan diri, ada apa ini? Tanyaku cemas tanpa harap. Ini memang bukan kali pertama dia terlambat datang tapi ini kali pertama kurasa ada sesuatu diperutku yang menghalanginya untuk berkunjung. Bersama cemas dan takut, kudekati penjaga apotek..dan kuminta testpack dengan nada bergetar..

Tuhan,,tolong jangan ada dua garis nanti? Bisikku ragu bahwa Dia masih mau mendengar pintaku.. sebelum alat itu kubuka, kucari seorang yang telah membuat cemas ini makin nyata tapi dia entah kemana, tanpa kabar dia menghilang dan akupun tak tahu harus menghubunginya kemana semenjak pacar barunya itu berubah jadi sosok teramat posesif. Ah..biarlah kupastikan dulu gumamku ragu menggunakan alat itu.

Tuhan..aku ingin gila saja lolongku dikamar mandi ketika mendapati garis kedua muncul dialat itu. Kenapa sekarang? Protesku. Izinkan aku gila tuhan agar malu ini tak perlu kutanggung.!

Minggu pertama berjalan sangat cepat, mungkin karena waktuku dihabiskan untuk memikirkannya serta mencari keberadaan ayahnya,,dan diakhir pekan_sempat kutemui dia dihalte bus, itupun hanya kebetulan, sehingga segera kukatakan bahwa dirahimku ada anaknya, betapa kecewanya aku melihat ekspresi datar diwajahnya, tak ada riak terkejut disana sehingga aku berfikir..apakah informasi yang kusampaikan tadi sudah pernah didengarnya sebelum ini dari gadis lain? Kalau memang begitu..sungguh aku ingin gila saja karena tak ada harapan lain, “aku belum siap untuk menikah..kuliahku memang tinggal wisuda tapi aku tak ingin ibuku kecewa mengetahui bahwa aku menghamilimu, pun anganku masih panjang untuk cita-cita yang telah kurancang sebelumnya” tak ada kalimat yang mampu kulontarkan, hanya suara isak yang kian lama kian jelas “jangan menagis disini, apa kata orang nanti” bisiknya mengamit tanganku untuk menjauh dari orang-orang yang tengah menunggu bus dihalte tersebut. Kali ini arah langkah kami tanpa tujuan, yang jelas aku akan terus berjalan hingga solusi untuk bayi ini diperoleh.. “kita keluarkan saja” usulnya pendek dan aku tertegun semudah itu dia berkata untuk mengeluarkan bayiku, “aku yakin kamupun belum siap, bukan?” sambungnya kemudian dan sedikit ragu aku mengangguk. Aku memang belum siap mendapati ibuku pingsan mendengar kabar ini, aku memang belum sanggu mndengar kata-kata orang nanti tentang anak ini, akupun belum sanggup mengakhiri kuliahku yang tinggal dua semester lagi. “tenang saja, kubantu untuk mengeluarkannya” janjinya dengan nada lembut, selembut janjinya ketika itu bahwa tak akan ada bayi dirahimku. Kembali isakku terdengar lirih “jangan menagis lagi.. aku akan berusaha agar dia segera keluar” lanjutnya meneruskan langkah.

Seperti kesepakatan awal, kutunggu dia dihalte kemaren. Hening,,sepi,,hanya ada beberapa orang mahasiswa yang berlalu-lalang kekampus sebab ini adalah pekan terakhir sebelum ujian jadi kebanyakan UKM menunda acaranya. Sebuah motor berhenti tepat didepanku “ayo..aku tahu dimana memperoleh obatnya”, segera aku beranjak mengikutinya. “kabarnya didaerah ini ada obat yang bisa untuk menggugurkan kandungan” ucapnay diatas motor, aku berharap tak seorangpun yang mendengar kata-katanya kecuali aku. Tapi aku semakin yakin bahwa aku bukanlah gadis pertama yang pergi bersamanya keapotek ilegal ini.

Pil dengan ukuran lumayan besar harus kutelan setiap hari agar dia yang ada dirahimku keluar segera tapi sampai pil itu tak bersisa, tak ada apapun yang keluar dari rahimku kecuali rasa sakit yang sangat hingga aku berfikir ada api didalam sana. “masih belum?” tanyanya tak percaya ketika kujelaskan bahwa pil itu tidak mampu berbuat apa-apa. “kita urut saja?” usulnya kemudian dan kamipun berangkat menuju rumah seorang ibu setengah baya yang kabarnya bisa membantu kesulitan orang-orang seperti kami..

Rasa sakit setelah minum obat kemaren masih terasa tapi aku harus segera mengeluarkannya sebelum 40 hari karena kudengar pada usia 40 hari, roh sudah ditiupkan pada janin ini..aku tak mau membunuhnya, aku hanya belum menginginkannya.. “ayo” desak mantan pacarku, dan dengan takut kuhampiri ibu tersebut, tangannya mulai mengurut perutku, sakit… tapi aku harus bertahan sampai semua ini selesai,,awalnya memang hanya bagian perut tapi setelah itu dia menyuruhku menelungkup..menginjak punggungku karena katanya janin itu menempel didinding rahim. Aku tak tahu lagi apa yang dilakukannya pada punggung dan perutku karena yang kurasa hanya sakit yang sangat.. setelah ibu tersebut selesai,dia menyarankanku memakan nenas putih.. entahlah_aku tak tahu jenis apa itu karena yang kutahu saat ini bagaimana agar sakit ini segera sembuh.

Selang seminggu, masih belum ada tanda-tanda.. hufh…engkau memang keras kepala..! sekeras kepala ayahmu kurasa..! bentakku menampar perut. Untuk kesekian kalinya kutemui lagi mantan pacarku, dan kali ini dia terlihat mulai muak dengan bayi kami.. “aku tahu dia sedikit keras kepala, jadi ini obat terakhir yang kuyakin bisa membuatnya patuh” dia menyerahkan satu pil asing dan terkahir kutahu dia harus menyerahkan fotocopy KTP sebaga jaminan untuk memperoleh pil ini, sebagai jaga-jaga kalau polisi mencium keberadaan obat yang mungkin sungguh sangat terlarang ini maka sipenjual juga bisa menyeret mantan pacarku bersamanya.

Dengan harap yang nyaris pupus serta keraguan yang mulai menyapa agar aku membiarkan bayi ini untuk hidup maka kutelan pil itu. Satu jam kemudian kurasa sakit diperutku, ada yang meregang disana, pun sepertinya ada yang menderita dalam rahimku melebihi deritaku saat ini.. aku menangis, lebih tepatnya meraung menyesali diri, kenapa aku begitu tega membunuh anakku sendiri? Mengapa aku menyakitinya sedangkan dia tak pernah memilih ada dirahimku? mengapa dosaku menjadi derita yang membuatnya harus berakhir seperti ini? Maafkan aku nak,,jika kali ini engkau masih belum mau keluar, biarlah kurawat engkau hingga tumbuh besar seperti bayi lain, kujaga engkau seperti nenekmu menjagaku, kulindungi engkau jika ayahmu masih ingin engkau pergi.. tenanglah.. bisikku sendiri dan sedetik kemudian aku tertawa menyadari bahwa aku bicara sendiri “tuhan..apa aku memang sudah gila seperti pintaku akhir-akhir ini?”. Seharian aku meringkuk dalam kamar, menikmati kesendirianku dengannya, bercengkrama bersama bayi yang mungkin sudah tak lagi terhubung dengan tali pusarku..

Aku pucat pasi, nyaris lupa bernafas menatap onggokan daging berdarah yang berbentuk bayi meringkuk, tangisku pecah melihat warna kehitaman didadanya, tepat disekitar tali pusar.. apa ini karena pil itu nak? Gumamku takut.. lama aku menatapnya yang tengah tertidur pulas, memang kepalanya belum terbentuk sempurna tapi dia terlihat cantik, tangan dan kaki melindungi tali pusar yang terhubung ketubuh kecilnya.. kembali aku meraung tanpa suara, andai dia kubiarkan hidup..!!

Puisi Cinta


Biarkan kudebet cinta ini pada aktiva karena Engkau telah memposisikan diri sebagai pemilik hati.
izinkan kujurnal setiap kisah kita dalam jurnal khusus yang hanya diisi dengan transaksi keindahan pada setiap lajur, meski mungkin ada retur tapi kuyakin tidak akan berdampak banyak terhadap kewajiban.
Tapi perlukah kita buat akun penyisihan? Untuk kisah kita yang kerap tersisih disepertiga malam.. yang kerap tersisih dari pikiran banyak orang.. dan yang kerap tersisih akhir-akhir ini.. tapi kurasa tidak, karena jurnal penutup pada ramadhan akan menolkan kembali beban itu dan tak lupa, jurnal pembalik satu syawal menjadikan laporan kita memenuhi syarat akuntabilitas dan keandalan.
Memang jarang kuaudit laporan itu tapi percayalah..skeptisme professional berusaha kuterapkan agar keikhlasanku masih tetap kucurigai, agar ketulusanku tak langsung kupercayai, siapa tahu ada riya disikapku, ada dendam disabarku dan mungkin saja ada sombong dihariku..
Hari ini wukuf di Arafah.. kapan kita bisa bertemu disana? Sekedar merekonsiliasi hidupku agar sama dengan rekening yang telah Engkau kirim lewat kekasih-Mu..rekening yang mengarahkan saldo arus hidupku agar sama dengan ketentuan-Mu, rekening yang selalu bisa kujadikan dasar untuk melanjutkan hidup kearah yang benar.
Hari ini..di setiap seni pencatatan transaksi kita..jenuh mulai berani berkunjung hingga pertanggungjelasan sedikit kuragui dari saldo jurnal kita, ada kecurangan kurasa..dan itu salahku, salahku yang kurang hati-hati menjaga prinsip consistency. Tapi,, memang harusnya selalu kugunakan prinsip konservatif, memperkirakan dampak terburuk dari suatu kejadian tapi perlahan prinsip itu kusisihkan karena Engkau mengajarkanku agar selalu berfikir positif tentang-Mu.. jadi semua jenuh ini, semua muak ini, dan semua ketidak beresan ini akan segera jernih, bukan? Akan segera dapat kukawal, bukan? Dan akan segera berubah indah, bukan?

DilemA

Sekolahku.. (jadi ingin tahu, siapa orang yang gak pernah nyontek atau minimal ngasih contekan???)
Aku memasuki kelas dengan membawa soal dan lembar jawaban kosong, kalau tidak ingat pada statusku hari ini sebagai pengawas..tentu aku sudah tertawa menyaksikan wajah tegnag milik mereka, santai nak, hari ini kuhabisi kalian pikiran bandel menari indah dikepalaku seiring dengan tampang sangar yang kupakai, “tas, buku dan catatan kecil lainnya dikumpul didepan” suaraku lantang setelah pembacaan do’a selesai ha..ha..begini rasanya ditakuti usik batinku lagi. “ujian apa sekarang?” pertanyaan retoris kuajukan “bahasa inggris buk..” jawaban mereka tidak serempak, tapi tak apa, mungkin beberapa orang kehilangan kata melihat wajahku pagi ini..(menyeramkan)
Kubagikan lembar soal dalam posisi terbalik dan kuawasi mereka satu persatu.
Hm…ternyata begini rasanya menjadi pengawas, DILEMA sengaja kubuat seperti itu karena memang itu yang kurasa pagi ini dan mungkin pagi-pagi berikut.. DILEMA antara kasihan dan kewajiban,, kasihan melihat lembar jawaban mereka mash kosong tapi kewajiban untuk mengawasi mereka agar tidak ada yang melanggar (baik itu nyontek apalagi lihat catatan kecil).. kasihan melihat mereka takut-takut bertanya kiri-kanan tapi kewajiban untuk menegurnya.. kasihan kalau aku berada diposisi mereka tapi kenyataannya hari ini posisiku sebagai pengawas.. DILEMA selanjutnya; sebenarnya aku tidak setuju dengan cara ujian seperti ini, lebih baik oral test kurasa karena tidak ada kesempatan untuk menyontek (posisi pengawas) tapi disisi lain aku tidak setuju dengan posisi kelas yang besar namun hanya ditempati oleh 16 siswa dengan posisi teramat renggang sehingga sangat menyulitkan untuk mencontek (posisi lain-lain).. apa salahnya sih bekerja dengan kemampuan sendiri, bukankah baru ujian semester (posisi pengawas) tapi kupikir ujian MID Semester lumayan berpengaruh pada nilai akhir (posisi lain-lain).. tidak..ujian kali ini harus berlangsung jujur sesuai tujuannya (posisi pengawas) tapi siapakah yang benar-benar jujur ujian dikelas (posisi lain-lain).. wajah pendidikan tidak akan baik jika jawaban mereka bersumber dari beberapa kepala (posisi pengawas) tapi bukankah wajah pendidikan sudah buruk, buktinya mereka disuruh membeli lembar jawaban yang telah distempel padahal sudah ada porsi dana untuk ujian (posisi lain-lain)
Ah sudahlah… aku makin bingung dengan keadaan dan posisiku sekarang maka kuizinkan mereka menyontek asalkan tidak terlihat olehku..

derita..? ini bahagia..!

Bismillah..
Siang yang terik untuk ukuran padang, lelah sangat sabar membuntutiku yang harus bolak-balik kekampus dan kesekolah dengan bus kota..tapi bukankah semuanya terasa indah kalau dinikmati maka segera kuambil posisi paling baik untuk mengamati isi bus kota disiang ini, lumayan untuk muhasabah bahwa ada orang yang lebih menderita dari pada letihku, terlihat dikursi paling belakang.. ada pemuda dengan rambut panjang yang indah sedang kepanasan (makanya mas…tu rambut digunting aja) dibangku deret selanjutnya terlihat seorang ibu sedang memangku anaknya yang terus merengek kepanasan (sabar ya nak..ibumu juga kepanasan) didepan siibu, seorang lelaki muda dengan baju rapi tengah menyeka keringat yang mengucur dari wajahnya, dan dibangku paling depan ada dua orang laki-laki berseragam loreng yang hanya mau membayar ongkos Rp 2.000,- berdua (kaya’ anak sekolah aja bang.. dikau kan sudah berpangkat, apa salahnya membayar sesuai ketentuan),
giliran ruas kiri..dibangku tengah ada aku dan seorang teman yang hampir terlelap, dibelakangku tak ada siapa-siapa sedangkan didepanku tepatnya disamping pintu.. seorang gadis resah mengurusi rambutnya yang tertiup angin, pemuda disebelahnya juga terlihat risih ketika sirambut menampar-nampar wajahnya (itu sebabnya islam nyuruh kita itu pake jilbab neng, supaya gak resah dan meresahkan..!) dan terakhir.. seorang kernek yang harusnya berada dibangku sekolah siang ini, bocah itu terlihat kebingungan..takut untuk meminta tambahan ongkos pada lelaki berbaju loreng tapi juga takut dibentak oleh sisopir.. (ah,,kasihan).
Bus kota berhenti dan music yang sejak tapi sangat mengganggu pendengaranku tak lagi mengalun, sedikit penasaran, kulongokkan kepala kearah pintu, tiga pemuda yang kira-kira berusia rata-rata 25 tahun naik dengan membawa alat seadanya, sebuah gitar, harmonica, gendang, dan satu lagi alat yang tak kukenali namanya berada ditangan salah satu dari mereka.. (hm…keren juga pikirku ketika mereka mulai memainkan alat yang mereka bawa sambil menyanyikan salah satu lagu iwan fals kegemaranku) dan benar..aku menikmati pertunjukan itu, diam-diam kuarahkan lensa kamera tapi ternyata salah seorang dari mereka menyadarinya dan sambil tersenyum, aku mengangguk,, kusimpan gambar yang baru saja kuambil..sekedar kenangan bahwa terkadang kita bisa menikmati semua hal meski dalam situasi yang membuat kebanyakan orang dilalui dengan keluhan..
Hidup ini lucu kawan.. terkadang tangis kita hari ini akan menjadi bahan tertawaan kita suatu hari nanti, bisa jadi keluhan panas cuaca padang siang ini akan menjadi tak berarti ketika menyadari bahwa ternyata neraka lebih panas, dan tidak menutup kemungkinan bahwa esok.. ketika hujan mengguyur jalanan padang sehingga kita tak bisa pergi kemana-mana, kita akan berharap cuaca siang ini terjadi saat itu..
Biarkan semuanya mengalir kawan,,sembari mengambil keindahan yang ditawarkan dari masing-masing kisah yang mungkin bernama derita (bagi sebagian orang)..