Permintaan
puisi dari seseorang_ ah.. sejak kapan aku mampu membuat rangkaian kata-kata
indah yang dinamakan puisi itu?
Untukmu
seorang asing,
Yang bersedia
menjadi pengambil tanggung jawab atasku dengan janji terberat yang setara
dengan sumpah kenabian.
Ketahuilah
bahwa aku tidak seindah sosok Khadijah yang dengan penuh sayang mendampingi
awal kerasulan. Aku juga tidak secerdas Aisyah yang selalu mampu menceriakan, tidak
juga setabah Hajar yang ditinggalkan di padang tandus dengan janji seorang Ibrahim
atas titah Rabb-nya.
Tidak_
aku hanyalah seorang diantara milyaran makhluk yang selalu ingin mendekati-Nya
namun sering lalai berusaha. Aku hanyalah perempuan dengan kecerewetan milik istri
‘umar ibn khatab, dengan keras kepala dan keusilan milik bint ‘umar, istri nabi
Muhammad, atau dengan cemburu yang setara dengan milik bint Abu bakar, istri
nabi Muhammad.
Maafkan
bila aku tidak bisa memjanjikan apa-apa seperti halnya janjimu yang mengguncang
Arsy. Aku hanya akan berusaha sebisaku, semampu yang dapat kulakukan agar rumah
kita nanti menjadi syurga bagimu, menjadi madrasah bagi anak-anak kita dan
menjadi tempat yang nyaman untuk pulang bagi
cucu-cucu kita nanti.
Ah..
aku nyaris melupakan satu hal.. beberapa permintaan sederhana dari seorang yang
selalu diintai, nanti apabila aku duluan menghadap-Nya, tolong jangan ada
susunan batu berbingkai semen di pusaraku, cukup satu nisan sebagai penanda,
biarkan bunga-bunga rumput bermekaran dengan indah disana. Dan tolong,
berjanjilah lagi untuk seorang perempuan lain, yang bersedia mendampingimu
untuk melanjutkan tugasku.
Maafkan,,
aku hanya punya kalimat-kalimat sederhana yang jauh dari makna puisi yang kau
minta, teman.