L

Header Ads
Tiny Star

Hati perempuan laksana danau

kau tak akan tahu isinya kalau hanya sekadar mendayung perahu dipermukaan

Perjalanan...

Bersamamu ternyata jalan ini lebih indah, meski kadang tak mudah

Ketika kau bertanya apa warna yang kusuka

ketahuilah, bahwa aku suka sekali warna langit ketika matahari hendak bersembunyi

Indah?

...dan surga jauh lebih Indah

Menurutmu mana yang lebih kuat antara karang atau ombak?

Bagiku Ombak lebih kuat sebab meski tahu akan pecah tetapi dia tetap memenuhi janji pada pantai

beginner's luck


“Ayok lah” ajak sohibku asal medan pagi itu, hm….aku benar-benar tak ingin kemanapun hari ini “itung-itung cari pengalaman, macam mana pula rasanya melamar pekerjaan” dia kembali bersuara. “bolehlah” jawabku singkat ketika mengingat aku tak pernah punya satupun pengalaman dalam hal ini.

Sampai dilokasi, kudapati beberapa pelamar tengah menunggu didepan ruangan tes dengan tampilan formal, dan tanpa menunggu lama aku sadar bahwa aku salah kostum. Berjalan mendekat kulempar senyum paling ramah yang kupunya tapi tak ada respon balik selain tatapan datar. Aku terkekeh sendiri, berharap ini bukan wujud persaingan tapi wujud dari ke’tidakkenal’an
seorang perempuan muncul dari celah pintu yang terkuak dan menyilakan kami semua masuk, dan sungguh lega sebab ternyata dalam ruang tersebut telah ada beberapa orang yang kukenal. “mbak jurusan apa?” Tanya wanita yang tadi menyilakan kami masuk, “pendidikan ekonomi mbak” jawabku cepat, “apa?” ulangnya tak percaya pada pendengaran sendiri “pendidikan ekonomi” kueja setiap konsonan dengan beberapa penekanan, “bisa akuntansi?” tanyanya dengan pandangan menilai, “ya..bisa” optimis kujawab, “soal tes pertama tentang menjurnal, mbak yakin bisa?” he..he.. dia meragukan lulusan pendidikan ekonomi, “insyaAllah, saya bisa mbak” dan saya akan buktikan bahwa pendidikan ekonomi bukan hanya mengerti bagaimana cara mendidik tapi kami juga tahu tentang akuntansi hingga audit lanjut batinku yang merasa diremehkan. “isi absen dulu ya mbak”, aku tertegun mendapati kolom ‘posisi yang diinginkan’ sebab aku tak tahu perusahaan apa ini dan posisi apa saja yang diterima, maka kucontek posisi paling banyak yang dipilih pelamar dalam absen tersebut. “surat lamarannya udah dikirim kan mbak?”, “belum mbak..boleh nyusul ya” intonasi bujukan begitu kentara, “ikut tes aja dulu” jawabnya menyodorkan kertas padaku.

Tes pertama berjalan mulus, kedua dengan adrenalin, sedang tes ketiga yang paling lucu hingga temanku sedikit merasa terusik sebab aku terus-terusan tertawa (aku tak habis pikir..mengapa kening mereka malah berlipat-lipat melihat gambar lucu tersebut), tes keempat dengan media computer dan tes kelima membuat gambar pohon sedang tes terakhir adalah wawancara.

Selepas dzuhur aku kembali keruangan dan menerima kabar bahwa pukul 13.30 akan ada breffing, “tentang apa?” tanyaku pada Surya, teman kuliah yang ternyata mengincar posisi yang tadi kucontek. “kita diterima, jadi nanti membicarakan tentang keberangkatan ke Jakarta dan hal-hal lainnya”, ini kali pertama lututku lemas setelah dinyatakan lulus ujian skripsi. Entahlah..aku tak gembira tapi malah merasa bersalah, merasa telah ‘memulangkan’ mereka yang benar-benar berminat pada posisi ini, merasa telah mempermainkan sebuah ‘harapan’ milik beberapa pelamar lain. “serius?” aku sungguh berharap ini leluconnya tapi dia malah mengangguk mantab, “Dina ikut kan?” Tanya balik yang tak bisa kujawab, “tolong jelaskan, ini perusahaan apa dan dimana pengumuman lowker kemaren? Sebab na baru tau tadi pagi jam 8”, lututku makin lemas ketika mengetahui bahwa ini bukan perusahaan kecil-kecilan sebab hingga akhir tahun mereka berniat membuka 18 cabang lagi yang tersebar diseluruh Indonesia.

Kusebut saja ini keberuntungan pemula, sayangnya aku tak ingin bergabung tapi minimal aku telah membuktikan bahwa Pendidikan Ekonomi di kampusku tak patut diremehkan.

andre -saudaraku


Kamis, 9 Ramadhan 1430.
Prolog: Alhamdulillah, sore yang indah.. seindah pengalaman siang ini di pojok, siapa sangka uni tersebut bisa beramah tamah juga, selama ini kami (tim pojok) tak pernah bicara lebih dari 5 kalimat dengannya dan bahkan senyum manis kami sering kali terbuang percuma sehingga kami akhirnya meminta kunci pintu sendiri untuk pojok karena semua jurus keramahan yang kami pakai tak kunjung berhasil (mengenaskan…)

11.45 WIB-kita tak pernah tahu kemampuan kita sebelum mencobanya..pilihan dan resiko itu tak bisa dipisahkan..lebih baik mencoba dan gagal dari pada gagal untuk mencoba karena antara keduanya dipisahkan oleh kata ‘pengalaman’.. tulisku pada kolom status FB pagi tadi sebelum memutuskan untuk menginstal fajar,, aku tahu resiko yang mungkin terjadi tapi aku tak akan pernah tahu kemampuanku sendiri jika ketakutan ini masih saja ada maka cara yang paling ampuh untuk mengalahkan ketakutan dalah melawannya, ada niat untuk memindahkan file-file penting terlebih dahulu sebelum diinstal tapi tak kulakukan karena menurutku, tingkat hati-hati berbanding lurus dengan resiko. Dan dengan bismillah kumulai operasi itu.

13.45 WIB,, aku berangkat dari kos menuju pojok, rencana awal pukul 13.00 tapi karena operasi belum selesai maka kukirim pesan singkat bahwa pertemuan diundur ,, aku sampai di kampus sebelum 14.00 di jam tanganku tentu saja dan kulihat andre telah menunggu ditaman MM dengan ‘sedikit’ kesal maka dengan wajah tersenyum aku mendekat.. konon kabarnya_senyum itu adalah solusi untuk semua hal. Dan ternyata kabar tersebut benar,,! Arrgh… malas untuk masuk pojok jika harus meminta kunci pada uni yani tapi lebih malas lagi jika masuk sekre BEM U,, maka berbekal rasa percaya pada kabar tadi, kembali aku tersenyum sambil meminta kunci pojok,,tentu saja dengan sedikit basa-basi. Berbeda dari biasa, ini pertama kali kulihat senyumnya teramat cerah, aku tak mau berhipotesis maka kulupakan saja senyumnya.
Waktu berjalan lumayan cepat dan andre berangkat dari pojok tepat ketika jam tanganku mengarah keangka tiga, selang beberapa lama, kulihat ni yani berdiri diambang pintu maka kupersilakan masuk (ini keanehan kedua yang kuadapat siang ini darinya setelah senyum manis tadi, dan untuk selanjutnya keanehan itu kutandai dengan nomor) tak biasanya dia mau repot-repot kepojok (walau Cuma harus berjalan tujuh langkah dari kursinya). “kemana andre?”3 ingin tak percaya dengan pendengaran tadi tapi kulihat dia menungguku bersuara “dia ada seminar” jawabku cepat, “uni kenal andre?” tanyaku sekenanya tapi tak kusangka responnya sangat asing “tentu saja, uni sering melihatnya di MM, diakan pintar computer,, teknisi kan?”4 empat kalimat sederhana langsung meluncur dari mulutnya, tak seperti biasa..pikirku lagi “iya,,”jawabku pelan dan kembali sibuk dengan fajar “BP berapa dek?” “2007 ni” jawabku singkat karena kali ini fajar sangat butuh perhatian, “andre juga?”5 ku jawab dengan anggukan “jurusan apa?” “pendidikan ekonomi” jawabku singkat diiringi dengan senyum “andre juga pendidikan ekonomi?”6 senyumku langsung pudar.. “ekonomi pembangunan ni”. Cukup bagiku menarik benang merah dari 6 keanehan tadi tapi tak kulakukan karena tak baik berprasangka.. apalagi bulan puasa maka cepat kuganti topic pembicaraan meski perhatianku harus terbagi.

17.00 WIB- waktunya istirahat sejenak sambil muhasabah kegiatan harian, dan Alhamdulillah setiap agenda terlaksana. Tapi kejadian pojok benar-benar menarik perhatianku, betapa seringnya nama andre muncul disana..! ah andre,,kenapa dia lagi??? Protesku memandang langit-langit kamar, ini bukan kali pertama namanya jadi sesuatu yang menyejarah dalam hariku, tahun lalu..mahasiswa ’09 tanpa segan-segan bertanya banyak tentangnya, semua tentangnya hingga jumlah saudara dan alamat rumahnya (memangnya kakak petugas sensus penduduk dek???).
“hm..andre” gumamku pelan “hayooo…” tiba-tiba tetangga kamar telah ada didekatku “kapan kak masuk?” protesku, “ya jelas aja nggak dengar, lagi mikirin andre ternyata..ha..ha.., ketahuan!” aku mulai berfikir “menurut kak andre gimana?” tuturku serius, dan tawanya tiba-tiba berhenti “andre…”dia memutar matanya “kak suka…!” keningku berkerut “kok??” Tanya itu keluar dengan nada protes “iya, suka” dia meyakinkan “ya kenapa?” lanjutku, mungkin darinya aku akan mendapat alasan mengapa beberapa gadis sangat tertarik untuk tahu tentangnya, bahkan kutemukan binar asing itu dimata seorang akhwat ketika mendengar namanya, hanya mendengar nama
andre..andre..andre..andre.., ah, aku belum mengerti. “andre itu tenang..” gedubrak..nyaris aku jatuh padahal sedang dalam posisi tidur yang sangat tak memungkinkan untuk jatuh “tenang..???” potongku, tenang apanya? Satu hal yang membuatnya bisa tenang itu cuma tidur! Protesku dalam hati “iya, kalo ngelihatnya kita ngerasa tenang” jawabnya sambil menerawang (mungkin ingin jadi paranormal yang suka menerawang) “trus..?” “baik, supel, ramah, dan sepertinya penyayang” mataku langsung membelalak “penyayang…???” kali ini aku benar-benar protes, bagaimana bisa mereka mengatakan dia penyayang padahal teramat sering aku didzalimi..! “kenapa sih dari tadi protes terus?” nah..nah..aku ketahuan dan jurus ampuh segera kugunakan, “ingin tahu lebih dalam aja kak” jawabku bijak sambil tersenyum. “menurut kak dia itu sabar..” Arrggh…aku sungguh sangat ingin protes..! “trus dia tu pintar dan gak gampang putus asa..” dia menghela nafas “kak salut ma dia” hm...kenapa aku gak pingsan saja sebelum mendengarnya.

Sabtu, 11 ramadhan ditahun yang sama.
Pagi yang hening, kunikmati kesendirian menuju Mesjid Baitussalam yang menyimpan banyak kisah. Kutemukan wajah sahabat-sahabatku disana dan beberapa potong senyum dari santri pesantren, “Assalamu’alaikum”sapaku pada salah seorang sahabat (yang kuyakin langsung bisa sembuh dari sakit jika andre yang menjenguknya) dia tersenyum dan membalas salam, ide bodoh langsung muncul diotakku untuk mewawancarainya, yah..minimal mengumpulkan sedikit bahan tambahan untuk kisah yang hendak kutulis. “andre?” kutemukan sinar asing dimatanya, “gak tau” ucapnya berusaha cuek “kemaren dia sakit lho..” undangku dan ternyata dia tertarik “sakit apa na?” wah…lampu hijau..! maka kulanjutkan agresi ranjau darat, salah langkah akan berakibat fatal..
Hm…dan malam ini.Minggu 12 ramadhan (atau mungkin sudah senin dini hari??), kukuak sedikit memori tentangnya yang ada padaku. Seperti kebanyakan ADK, tak pernah ada perkenalan resmi dan langsung, aku mengenalnya lewat sari dan melihatnya pertama kali didepan secretariat PKM, tak ada hal menarik yang kudapat selain sosoknya yang lumayan rapi untuk gambaran mahasiswa EP dalam kepalaku, selebihnya..berlalu begitu saja (itu sebabnya aku heran mendapati orang-orang yang langsung terkesima pada pandangan pertama padanya..) ADK ’07 mulai terbentuk, perlahan mereka tumbuh tapi ada juga beberapa yang gugur, ketika itu..aku kembali mengenalnya.. sosok unik  yang dengan cepat melesat meninggalkan kami yang masih mengeja kehidupan kampus, banyak hal yang masuk kememoriku tentangnya untuk kemudian kusaring dan kutimbang.. namun tak kudapat kesimpulan dari sosok seorang andre. Bahkan akupun sudah lupa kapan awalnya interaksi diantara kami terjalin (sorry ndre), yang sangat kuingat adalah dia satu-satunya ikhwan ’07 yang membuat perkara dengan ku menggunakan nama dewan syuro formi, black list dan bagaimana seharusnya sosok akhwat (april 2008). Saat itu aku sadar bahwa ternyata kehidupan kampus itu sungguh berbeda (terima kasih) maka segera kupakai cangkang untuk melindungi diri, biarlah terlihat keras dan tak peduli aturan yang penting ku nyaman. Lepas dari perkara itu, aku mulai penasaran dengan hidupnya..sosok seperti apa yang berani mengusikku dan perlahan…aku mulai mengerti bahwa kehidupan yang mengajarkannya untuk keras maka aku semakin penasaran pada sisi lembutnya (kurang kerjaan mode on) setahap demi setahap, kukumpulkan informasi dari mana saja sehingga pada semester tiga dan empat, aku sempat menjadi sumber informasi tentangnya..
Medium Juni yang selalu segar dalam memoriku adalah (sisi positif) dia pernah menungguiku dirumah sakit semalaman tanpa kutahu bahwa ternyata dia tak tidur hingga pagi (salam salut yang tak pernah kusampaikan), dan belakangan kutahu bahwa banyak kalimat yang sungguh tak ingin kudengar bermunculan dari beberapa nama saudari yang kusegani tentang kejadian itu tapi sekali lagi kukatakan..telah kupakai cangkang dan kubangun koral untuk hidupku dikota ini jadi aku tak peduli lagi apa kata mereka..pagi menjelang dan tak mampu kutahan tawa ketika mendapatinya membelikan sandal jepit dirumah sakit karena aku tak mengenakan alas kaki, senyumku berlanjut ketika dengan langkah tergesa dia berjalan beberapa meter didepan kami sambil memeluk guling.. (ha…ha… seketika aku lupa bahwa dia orang pertama yang kubenci di kota Padang) menunggui bus dihalte..dia duduk menjauh, seolah tak peduli dengan keberadaan kami bertiga (beda sekali dengan keadaan semalam,,mungkin karena ada ratna ^_^) tak lama, bus yang kami tunggu berhenti, meski terlihat sangat cuek tapi kudapati gurat cemas diwajahnya dan aku kembali tertawa, hm…betapa lucunya dia..! sepanjang perjalanan sempat ada sedikit interaksi melalui HP tapi aku masih saja tak mampu menahan tawa.
Agenda Temilreg (meski belum tuntas hingga detik ini) memberi kesan untukku bahwa hampir semua orang lebih suka mengeluh dan merasa mereka yang paling menderita.. ketika itu kudapati dia dengan ketegaran yang sangat, aku tahu dia yang paling lelah tapi aku juga tahu bahwa dia yang sering disalahkan dalam kegiatan ini, itu sebabnya ketika untuk pertama kalinya aku dibentak dihadapan berpasang-pasang mata pagi itu oleh wakil wali kota (bahkan ayahku pun tak pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya) aku diam,,tanpa tangis. Karena menyadari bahwa ada orang yang lebih berhak untuk menagis tapi dia tak melakukannya (setidaknya tak pernah kulihat)..siangnya kuhabiskan dengan pandangan sendu dari panitia dan jujur, aku kasihan pada mereka. Kasihan pada saudari yang menagis tersedu digedung pramuka, adik yang mengadu digedung olah raga serta beberapa saudari lain yang berlinangan air mata..ketika itu aku kembali membaca jejaknya, dia..dengan semua keletihan yang tergambar jelas diwajahnya masih saja sempat bercanda, dia yang menurutku paling berhak untuk mengeluh dan menyalahkan kami semua tapi masih sempat tertawa, ah…aku tak boleh kalah..!!!
Senin dini hari ,,1:20 waktu desktop,.
Epilog: Sekarang, satu hal yang baru kusadari mengapa tak kutemukan rasa yang sama dihatiku seperti gadis atau akhwat lain..karena aku mengenalnya atas nama saudara dijalan ini, terlepas dari adab kami yang masih kurang sesuai atau apapun tapi aku bersyukur  berada dalam tingkatan tertinggi bernama ukhuwah (deu…!) . Dan segaris senyum untuk mereka yang hingga kini masih menyimpan harap untuknya..aku tak tahu dengan bahasa apa harus kusampaikan bahwa ada banyak nama yang kukantongi saat ini yang tengah mengawasinya (termasuk debt collector) tapi sampai kapanpun saudariku.. namamu tak akan kusebut sebagai admirer-nya.

merpati 5

Merpati 5.. tempat persinggahan terakhir dikota ini, setelah lelah berkelana dari satu tempat ketempat lain maka kulabuhkan dan kutambatkan barang-barang disini (ha..ha.. sedikit improvisasi), kawan..ada banyak kisah manis disini, dikamar lantai 1.8 sebelah kanan kurangkai cerita ini.


Kau tahu.. saya suka ke’gila’an kita ketika bertemu camdig malam itu, berpose beragam gaya seolah sesi pemotretan baru saja dimulai, (k’din curang..! lah jaleh pose ngantuk.. nyo bae senyum manis). saya juga rindu juice ‘ga jelas’ yang kita buat bersama.. semua macam buah-buahan ‘nyemplung’ didalam, dan hasilnya tentu saja sesuai namanya (gara-gara tangan k’mil,,mangga apel jadi asam). Jujur saja..kalau bukan buatan ‘kita’..saya sungguh enggan untuk meminumnya.

Pun ketika subuh menyapa,,bergegas mengenakan sepatu dan sedikit sapuan bedak diwajah.. bergegas menuju (angkot arah) Gor, dan berlari beberapa putaran (nyerah jadi teman lari k’dep) untuk akhirnya tertawa lepas ketika senam dimulai, berani bertaruh.. semua orang yakin kita jarang hadir sebab semua gerakan itu kita tertawakan. (ceng…masih ingat ‘seseorang’ dibarisan kita dengan tubuh gemulai itu –kapan kita bisa meminta ma’af atas pandangan ‘takjub’ itu..he..he..), dan saya harap ‘tragedi’ bubur ayam pagi itu menjadi sejarah berkesan. (betapa wajah neng berubah warna pagi itu.. ada pelangi dimatamu).

hm,,saya pasti merindukannya. Merindukan saat kita mengejar penjual bubur yang mein petak umpet (kita gak punya kesempatan kedua ceng), merindukan pembicaraan tanpa judul hingga jam 3 dini hari (raso ndak ado hari bisuak c nag yan), merindukan agenda masak ‘bareng’ didapur sederhana kita (k’dep sia ka maagiah garam untuak ikan va lae?). tapi yang paling saya rindukan adalah Ramadhan disini, berbuka dengan kebersamaan meski kadang tak ada penganan pembuka selain air putih, shalat tarawih berjama’ah dikamar terpilih, ketukan pintu saat sahur, untuk kemudian menuju sebuah kamar lain yang tiba-tiba berubah menjadi ruang makan.

Tapi bukan berarti tak ada kisah mengharu biru yang tetap ingin dikenang. Ketika lapar berkunjung diawal malam sedang tak ada makanan dikamar (satu-satunya hal paling menyedihkan selama tinggal disini), awalnya kamar tetangga diketuk (berharap dia masih terjaga) tapi tidak ada jawaban, selanjutnya dicoba menghubungi lewat HaPe, tiga panggilan pertama terdengar dering dari dalam tapi selanjutnya tak ada bunyi apa-apa sebab pada panggilan terakhir tadi sepertinya HaPe di-silent-kan. Nekat ngirim sms sebab perut mendesak kebutuhan (nasib penderita magh: kalo udah lapar.. jangan harap tidak sakit). Tapi masih tak ada respon apa-apa (benar-benar merasa jadi pengemis: padahal makanan yang ‘diminta’ adalah hak sendiri. Itulah nasib masak gabung ma tetangga), pagi menjelang dengan perut yang mulai ‘damai’ sebab dibujuk dengan air hangat.. selesai mencuci pakaian ketika pintu kamar tetangga terkuak, berusaha tersenyum padahal perut masih belum ‘pulih’.. “saya baru baca sms k’ pagi ini.. k’ sih bandel,, udah disuruh makan malam tapi gak mau” tertegun,,tanpa kata aku masih tersenyum. Bergegas mengambil ember cucian dan berlalu.. ingin berteriak bahwa kata-katanya malah memperburuk kondisi perutku, bahwa pagi itu akan lebih baik jika redaksi kalimatnya sedikit berubah. Tapi memangnya siapa saya? Bukankah hanya seorang perantauan yang tak punya siapa-siapa disini. Hm...kenapa malah berakhir sedih begini? Padahal rencana nulis kisah menarik tentang kita.. tak apa ya,, diungkap untuk terakhir kalinya, sekedar pelajaran dan kenangan berharga bahwa dalam setiap kisah indah, sering kali terselip kisah yang tak kalah ‘indah’.

Terlepas dari kisah-kisah ‘indah’ itu, saya bersyukur mengenal kalian disini, ditempat dimana saya berlabuh dari semua kepenatan kuliah, tempat dimana saya berbagi rangkaian kisah skripsi yang kadang mungkin menyebalkan untuk didengar, tempat dimana rasa kekeluargaan begitu kental hingga kadang sikap malah kelewat batas.. he..he.. thank’s a lot untuk semua kisah yang merangkai hari-hari disini.
(waktu dua tahun saya dan satu tahun udin memang tak lama ceng, yang lama itu waktu enam bulan milikmu):: (ba a searching-nyo k’dep? Jadi juo mo b’silenter tu?):: (k’mil,stabilitas lantai 2 agak terganggu sajak k’ pai):: (nung....sabana ndak datang wisuda k’? Jauah bana Depok tu dari UNP yo diak?):: (rasaelah neng..tingga sorang :p, tapi anggap c sebagai motivasi supayo capek wisuda):: (untuak nan katibo ko rie..! he..he..):: (bin sayang, bilo wak batanggang baliak?).