L

Header Ads
Tiny Star

Hati perempuan laksana danau

kau tak akan tahu isinya kalau hanya sekadar mendayung perahu dipermukaan

Perjalanan...

Bersamamu ternyata jalan ini lebih indah, meski kadang tak mudah

Ketika kau bertanya apa warna yang kusuka

ketahuilah, bahwa aku suka sekali warna langit ketika matahari hendak bersembunyi

Indah?

...dan surga jauh lebih Indah

Menurutmu mana yang lebih kuat antara karang atau ombak?

Bagiku Ombak lebih kuat sebab meski tahu akan pecah tetapi dia tetap memenuhi janji pada pantai

::Libur::



Ha.. akhirnya aku sampai di Sumatera Barat (lagi), aku suka kampungku.. suka dengan tebing curam dan perbukitan sunyi di Pangkalan 50 koto, suka dengan rumah bagonjong yang masih banyak di Payakumbuh, suka dengan kabut yang menuruni bukit pinus daerah baso, pun tidak ketinggalan merapi dan singgalang yang anggun bersanding di depan rumahku. (ha..ha..kampungan), Perjalanan panjang yang melelahkan segera menguap ketika adzan Dzuhur terdengar dari sebuah mushala ditepi jalan ketika memasuki Sumatera Barat, hm..betapa rindunya aku pada ‘panggilan’ itu, sebab sudah lama aku tidak mendengarnya.

Merapat di tepian payakumbuh, aku tidak langsung pulang menuju rumah.. bukankah ini liburan yang menyenangkan.. jadi tidak ada salahnya menunda kepulangan untuk semalam. disini, ada ‘pacu jawi’ (logat penduduk membuat bacaannya berubah) yang lucu, tapi entah sapinya atau orang yang berlari dibelakangnya.

Jam 7.30 aku berangkat ke Bukittinggi, kota Dahlia. Perjalanan tidak kalah menyenangkan, kabut masih tebal menutupi gonjong rumah yang kulalui, juga tebing curam bermotif garis coklat yang masih samar. Ada jaring laba-laba berembun di daun padi, ada gembala yang berjalan pelan dipematang sawah, ada anak-anak berlarian dengan seragam sekolah,  ada terowongan bambu dan yang paling aku suka:  kabut tipis dipuncak-puncak bukit berpinus.

Sampai di kampungku ketika Dhuha, ketika matahari menghangatkan permukaan tanah berembun. Pun sekali lagi aku tidak langsung pulang menuju rumah, kulangkahkan kaki menuju ‘mudiak’.. tempat dimana kenangan-kenangan masa kecil berserakan disetiap jengkal tanah. Ketika seluncuran dengan pelepah kelapa, ketika memanjat jambu biji didalam hutan, ketika mencoba buah-buahan yang dimakan burung (ada yang manis, dan ada juga yang teramat pahit).

Sekian kalimat pembuka untuk liburan kali ini..


*alangkah menyenangkannya menjadi guru dengan status single, bisa ikut libur ketika kenaikan kelas tanpa harus memikirkan banyak hal. I’m single n i’m happy

Jakarta

Hm..jakarta

Satu-satunya kota yang tidak ingin kukunjungi. Kota dimana hampir semua teman-teman baikku berada disana, dan ketika mereka pamit untuk berangkat, ketika itu pula aku mengikhlaskan untuk tidak bertemu mereka lagi, bukan tidak ingin tapi aku sadar bahwa aku tak akan lagi menemukan mereka yang biasa kukenal. Jelaga kota itu seolah merubah mereka menjadi sosok asing, sedangkan aku masih anak kampung yang suka bermain layangan ketika kemarau, aku masih anak kampung yang suka berlarian di pematang sawah ketika musim panen tiba.. mana kukenal dengan Patung Selamat Datang, mana kutahu dengan Bundaran HI, apalagi Puncak Monas yang katanya berwarna emas.

Ah..aku cuma anak kampung yang tidak kenal dengan hiruk pikuk kemacetan ibu kota, yang tidak tahu betapa tercemarnya kota itu sehingga disebut-sebut sebagai salah satu penyumbang global dimming (pendinginan global) sebagai kelanjutan dari  global warming (pemanasan global). Pun mana kutahu tentang penurunan permukaan tanah kota itu setiap tahunnya karena tingginya beban bangunan dan eksploitasi air tanah yang berlebihan tentu saja. Yang aku tahu adalah kota itu sudah menahan teman-teman masa kecilku, mereka yang biasanya selalu kujahili. Teman-teman sekolahku, mereka yang sering kurepotkan. Teman-teman kuliahku, tempat pikiran-pikiran liarku berlabuh.


“kami tunggu di Jakarta” ujar mereka ketika kukatakan betapa ‘bencinya’ aku pada kota itu. “tidak perlu repot-repot menungguku yang tidak akan datang” ketus kujawab. “hanya kamu yang belum disini” lanjut mereka lagi. “Phuufft.. sampai saat ini aku belum tertarik, entah esok..” jawabku mengakhiri pembicaraan.