L

Header Ads
Tiny Star

Hati perempuan laksana danau

kau tak akan tahu isinya kalau hanya sekadar mendayung perahu dipermukaan

Perjalanan...

Bersamamu ternyata jalan ini lebih indah, meski kadang tak mudah

Ketika kau bertanya apa warna yang kusuka

ketahuilah, bahwa aku suka sekali warna langit ketika matahari hendak bersembunyi

Indah?

...dan surga jauh lebih Indah

Menurutmu mana yang lebih kuat antara karang atau ombak?

Bagiku Ombak lebih kuat sebab meski tahu akan pecah tetapi dia tetap memenuhi janji pada pantai

Mitsaqan Ghaliza


1 agustus 2014

Aku menikah..!

Hehe,, aku bahkan masih tidak menyangka akan menikah jam dua nanti. Apa yang kurasakan? Sebentar.. aku coba dulu merasa-rasainya, ah.. sepertinya kali ini (yang merupakan kali kesekian) teman-temanku benar: aku tidak punya perasaan,, buktinya aku tidak merasakan apa-apa..! Grogi? Tidak. Panas-dingin? Tidak,, suhu tubuhku baik-baik saja. Senang? Mungkin iya, sebab aku sudah punya kamar sendiri dan dihias dengan cantik. Complicated? Nah.. ini jawaban yang sering kugunakan untuk pertanyaan teman-teman,, dan mereka puas.

Pukul sepuluh aku diusir dari dapur, padahal aku tengah menggiling bumbu masak “ayo bergegas mandi dan berbenah” ujar mereka dengan senyum ganjil. Dan setelah itu aku dipingit didalam kamar, disuruh berbaring kemudian mereka sibuk menghias wajahku dengan aneka warna, dan aku? Yaph.. aku tertidur dengan pulas.
Mendekati dzuhur aku dibangunkan dan wajahku purna berwarna pelangi, ada merah dibibirku, kuning diujung mataku dan hijau disampingnya (sebagaimana kita tahu lewat lagu, bahwa warna pelangi adalah merah kuning hijau.. sedikit mirip dengan lampu rambu di jalan).

“saya berwudhu dulu untuk dzuhur” ujarku memandangi wajah asing didalam cermin yang mengeluarkan kata-kata persis dengan yang kuucapkan.

“jadi belum wudhu?” intonasi semangat dari pelukis pelangi (aku tidak tahu kenapa mereka semangat sekali), aku menggeleng dengan senyum polos.

Mendekati pukul 14.00,

Shalat jum’at telah usai dan rumahku dipenuhi oleh orang-orang cantik dengan baju-baju bagus, mereka bersiap untuk pergi ke mesjid. Aku tiba-tiba dehidrasi melihat keriuhan di rumahku sendiri.

Tak lama kami dijemput menuju mesjid, dan apa yang kurasakan? alhamdulillah masih sehat. Tidak merasa jantungku berdetak lebih cepat, tidak merasa pusing atau mual, aku merasa baik-baik saja.

Sesampai di Mesjid, kupasang sendal hak tinggi yang dibelikan untukku (ini pertama kalinya aku merasa tidak nyaman, bukan karena aku sudah melihat calon suamiku dengan jas rapi dan wajah bersih, bukan juga karena aku melihat mahar putih dikejauahan.. tapi karena aku harus berjalan hati-hati dengan sendal yang memantulkan sinar matahari).

Pukul 14.25

“Mohd Abd Arif”

“ya pak”

“saya nikahkan anak kandung saya yang bernama Nova Riati dengan engkau dengan maharnya seperangkat alat shalat dibayar tunai karena Allah”

“saya terima menikahi anak kandung bapak yang bernama Nova Riati dengan maharnya seperangkat alat shalat dibayar tunai karena Allah”

phhuufft.. alhamdulillah,, baru saja Mitsaqan Ghaliza diikrarkan, perjanjian kokoh yang mampu mengguncang arsy. Apa yang kurasakan?? Ah.. entahlah, complicated (aku suka jawaban yang tidak menimbulkan pertanyaan lagi).

Pukul 21.00

Hehe,, sudah malam. Aku baru saja membuatkan secangkir kopi untuk Uda Sutan Mudo, seperti adat di daerahku, lelaki yang sudah menikah tidak lagi dipanggil dengan nama kecilnya, tapi dipanggil sesuai ‘gala’ yang ditetapkan bersama. Baiklah,, sementara cerita cukup sampai disini.

Lelakiku


Sebenarnya sekarang sudah tanggal 28 september, mendekati dua bulan pernikahanku. (ternyata aku sudah jadi seorang istri). Sudah lama aku tidak menulis meski banyak hal yang ingin kutulis, kesibukan baru yang kujalani sungguh menyita waktuku, bagaimana tidak? Tanggal 1 agustus kemaren aku menandatangani kontrak kerja maha keren: waktu kerja tidak terbatas, bisa dilakukan dengan santai tanpa tekanan tapi rutin mendapat gaji bulanan, jaminan fasilitas hidup seperti makan dan tempat tinggal serta kenyamanan. Tidak berhenti sampai disana, kontrak kerja kali ini memiliki reward yang sungguh mengesankan: pahala yang tidak terbilang asal patuh.. hanya dengan ‘patuh’ saudara-saudara..! dan yang tidak kalah penting adalah,, tanpa PHK (insyaallah).

Sedikit kuceritakan tentang seorang yang tanda tangannya tepat disebelah tanda tanganku di kontrak kerja sama kami: namanya Mohd Abd Arif, pernah menjadi inspirasi beberapa ceritaku disini, bagi banyak orang beliau adalah sosok pendiam (hellow??). kami berkenalan dengan cara yang ajaib ketika semester dua perkuliahan, dibalik kain pembatas atau lebih dikenal sebagai ‘hijab’ di mushala fakultasku ketika kami sedang rapat. Beliau aktivis? Yaph.. tentu saja, aktivis dakwah kampus. Sedangkan aku?? Juga aktivis: aktif meninggalkan ruang kuliah dan kembali ketika jam perkuliahan hampir habis (aku tidak ingin absenku tidak ditandatangani), aktif menyalin tugas perkuliahan ditaman kampus (aku juga tidak ingin nilai tugasku kosong hanya karena aku malas membuat sendiri). Ah,, kembali lagi ke suamiku (heh..aku sudah bersuami???). beliau orang paling penyabar yang pernah kukenal, kali ini aku serius. Tingkahku yang ‘kreatif’ dan sifatku yang ‘amazing’ tidak terlalu membuat emosi beliau terusik, tapi entah: belum genap dua bulan aku mengenali beliau.

Itulah sedikit tentang lelaki yang mengambil tanggung jawab dari ayahku dan menyampirkannya dipundaknya, lelaki yang aku diwajibkan patuh dengan atau tanpa paksaan, lelaki yang ridhanya kini menjadi kunci ridha-Nya padaku. Dan lelaki yang selalu membuatku bersyukur telah dipilihkan untuknya.