1 agustus 2014
Aku menikah..!
Hehe,, aku
bahkan masih tidak menyangka akan menikah jam dua nanti. Apa yang kurasakan? Sebentar..
aku coba dulu merasa-rasainya, ah.. sepertinya kali ini (yang merupakan kali
kesekian) teman-temanku benar: aku tidak punya perasaan,, buktinya aku tidak
merasakan apa-apa..! Grogi? Tidak. Panas-dingin? Tidak,, suhu tubuhku baik-baik
saja. Senang? Mungkin iya, sebab aku sudah punya kamar sendiri dan dihias
dengan cantik. Complicated? Nah.. ini jawaban yang sering kugunakan untuk
pertanyaan teman-teman,, dan mereka puas.
Pukul sepuluh
aku diusir dari dapur, padahal aku tengah menggiling bumbu masak “ayo
bergegas mandi dan berbenah” ujar mereka dengan senyum ganjil. Dan setelah itu
aku dipingit didalam kamar, disuruh berbaring kemudian mereka sibuk menghias
wajahku dengan aneka warna, dan aku? Yaph.. aku tertidur dengan pulas.
Mendekati dzuhur
aku dibangunkan dan wajahku purna berwarna pelangi, ada merah dibibirku, kuning
diujung mataku dan hijau disampingnya (sebagaimana kita tahu lewat lagu, bahwa
warna pelangi adalah merah kuning hijau.. sedikit mirip dengan lampu rambu di
jalan).
“saya
berwudhu dulu untuk dzuhur” ujarku memandangi wajah asing didalam cermin yang
mengeluarkan kata-kata persis dengan yang kuucapkan.
“jadi belum
wudhu?” intonasi semangat dari pelukis pelangi (aku tidak tahu kenapa mereka
semangat sekali), aku menggeleng dengan senyum polos.
Mendekati pukul
14.00,
Shalat jum’at
telah usai dan rumahku dipenuhi oleh orang-orang cantik dengan baju-baju bagus,
mereka bersiap untuk pergi ke mesjid. Aku tiba-tiba dehidrasi melihat keriuhan
di rumahku sendiri.
Tak lama
kami dijemput menuju mesjid, dan apa yang kurasakan? alhamdulillah masih sehat.
Tidak merasa jantungku berdetak lebih cepat, tidak merasa pusing atau mual, aku
merasa baik-baik saja.
Sesampai di
Mesjid, kupasang sendal hak tinggi yang dibelikan untukku (ini pertama kalinya
aku merasa tidak nyaman, bukan karena aku sudah melihat calon suamiku dengan
jas rapi dan wajah bersih, bukan juga karena aku melihat mahar putih
dikejauahan.. tapi karena aku harus berjalan hati-hati dengan sendal yang
memantulkan sinar matahari).
Pukul 14.25
“Mohd Abd
Arif”
“ya pak”
“saya nikahkan
anak kandung saya yang bernama Nova Riati dengan engkau dengan maharnya seperangkat
alat shalat dibayar tunai karena Allah”
“saya
terima menikahi anak kandung bapak yang bernama Nova Riati dengan maharnya
seperangkat alat shalat dibayar tunai karena Allah”
phhuufft..
alhamdulillah,, baru saja Mitsaqan Ghaliza diikrarkan, perjanjian kokoh yang
mampu mengguncang arsy. Apa yang kurasakan?? Ah.. entahlah, complicated (aku
suka jawaban yang tidak menimbulkan pertanyaan lagi).
Pukul 21.00
Hehe,,
sudah malam. Aku baru saja membuatkan secangkir kopi untuk Uda Sutan Mudo, seperti
adat di daerahku, lelaki yang sudah menikah tidak lagi dipanggil dengan nama
kecilnya, tapi dipanggil sesuai ‘gala’ yang ditetapkan bersama. Baiklah,,
sementara cerita cukup sampai disini.