L

Header Ads
Tiny Star

Hati perempuan laksana danau

kau tak akan tahu isinya kalau hanya sekadar mendayung perahu dipermukaan

Perjalanan...

Bersamamu ternyata jalan ini lebih indah, meski kadang tak mudah

Ketika kau bertanya apa warna yang kusuka

ketahuilah, bahwa aku suka sekali warna langit ketika matahari hendak bersembunyi

Indah?

...dan surga jauh lebih Indah

Menurutmu mana yang lebih kuat antara karang atau ombak?

Bagiku Ombak lebih kuat sebab meski tahu akan pecah tetapi dia tetap memenuhi janji pada pantai

ME n RAPUNZEL


Kau tahu gambar siapa apa itu? Yuph..jawabanmu benar jika berkata itu Rapunzel, versi apa yang pernah kau dengar tentang gadis tersebut? Ah..Memang ada banyak versi tentang sirambut ajaib itu.. tapi bagiku, semua versi yang dimulai dari kalimat “pada suatu hari..”, “once upon a time..”, dll itu selalu menarik. Tahu kenapa? Sebab akhir cerita selalu “ dan mereka bahagia selama-lamanya”, “n they are  happily never after”, dll (Husnulkhatimah ^^ he..he..) sebab alur cerita selalu memposisikan si jahat selalu kalah, dan si baik selalu menang (sesuatu yang jarang ditemukan didunia nyata).

Oopz.. maksud tulisan ini bukan hendak membahas tentang ‘dongeng’ Rapunzel tapi sebenarnya membahas tentang seorang adik yang selalu bersemangat jika menonton ‘Si Rambut Ajaib’..

“kenapa selalu minta diputarkan Rapunzel?” tanyaku siang itu

“suka” jawabnya pendek..

“ada banyak kaset ‘dongeng’ lain yang bahkan belum pernah diputar, kenapa Rapunzel berkali-kali?” usikku lagi..

“Rapunzel itu mirip kakak”..suaranya polos

*gdrak… bintang kecil muncul dilangitku yag biru,,

“Mirip???” protesku menatap layar

“shttt….udah mulai kak” bisiknya meletakkan jari didepan mulut

Waduh..nie anak kecil, filmnya kan bisa di-pause

“sini kak, duduk..” dia kembali bersuara, menepuk lantai kosong disebelahnya. Aku menurut..mencoba meneliti Rapunzel yang katanya ada kemiripan denganku.

“Hm..mirip apanya coba?” aku tidak sabar..

“sht,,,,” matanya tidak berpindah dari layar

Dan…

“kakaaaak…..” protesnya melihat si kuda (Maximus)  tidak bergerak.

Kuberi tatap’_memangnya_ada_apa’

“kakaaaak…..” kali ini intonasi permintaan,


aku bergeming.

“kakaaaak….” Intonasi permohonan dan sekejab kemudian Maximus langsung menjatuhkan sepatunya
,

Hingga dongeng berakhir sebagaimana biasa, aku belum menemukan kemiripan apapun dengan Rapunzel tapi tetap saja adikku yang keras kepala berkata bahwa kami sangat mirip, “tapi tolong diingat kak.. bukan wajah, postur apalagi rambut..!” ujarnya berkali-kali.

 LALU APA???

Phufft…
 

Selamat Tahun Baru ^^

Selamat tahun baru ^^..

Wah..gak terasa ya,, udah awal tahun 1433 H.

Terlepas dari pertikaian kapan satu muharram,,tetap saja kita perlu besyukur telah diberi hidup yang penuh warna hingga hari ini. Bersyukur masih bertemu bulan haram yang  puasanya merupakan puasa terbaik (setelah ramadhan tentunya)..

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ  بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram dan shalat yang paling utama setelah puasa wajib adalah sholat lail”    \[ HR. Muslim(11630) ]

He..he..itu hadist pengantar..(eit..jangan kabur dulu_ insyaAllah pembahasan kita kali ini ada manfaatnya)

Wah..keren ga tuh? Tapi tahukah sahabat  keutamaan puasa asyura tersebut?
Hm..let see,,

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Dari Abu Qatadah radhiyallohu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Puasa hari ‘Asyuro aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa tahun lalu” \[ HR. Tirmidzi (753), Ibnu Majah (1738) dan Ahmad(22024). Hadits semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shohih beliau (1162)]

Dosa tahun lalu..! mari berhitung_kalo ga bisa setahun, hitung persemester aja, atau perbulan juga boleh.. perhari juga ga apa-apa.. (ingat waktu bohong ma orang tua waktu minta tambahan subsidi bulanan? Ingat waktu nyontek jawaban ujian? Ato yang paling kecil n sering dilupakan..ingat waktu ada ada sedikit sombong ketika kita lebih hebat dari yang lain?) hufft..banyak ga?

Udah selesai menghitung jadi timbul pertanyaan.. puasanya kapan aja ya?

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ صُومُوا التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ

Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma beliau berkata, “Berpuasalah pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram, berbedalah dengan orang Yahudi”\[ Diriwayatkan dengan sanad yang shohih oleh Baihaqi di As Sunan Al Kubro (8665) dan Ath Thobari di Tahdzib Al Aatsaar(1110)]

Nah..berarti mulai menghitung lagi.. hari apa kita ‘mewajibkan diri’ untuk puasa ^^


Mengenalnya seperti mengenal titik-titik,


Aku lupa kapan pertama mengenalnya, aku juga lupa bagaimana awal perkenalan kami..

Tapi yang pasti aku ingat..perlahan aku belajar banyak darinya, tentang senyum, tentang semangat, tentang kecerian, tentang pengorbanan, tentang caranya memandang hidup, tentang semua yang berhasil kutahu dari sedikit informasi yang kupunya.

Mengenalnya seperti mengenal titik-titik, selalu ada jeda dalam setiap kisah yang kupungut dan kusimpan, yang kadang bahkan tidak ada kelanjutan sama sekali. tapi biarlah..aku menikmati setiap semangat yang meletup ketika menyadari bahwa aku belum punya telaga seperti miliknya untuk segenggam garam kehidupan, aku belum bisa menyimpan semua keluh tentang  tulisan-Nya seperti rapinya dia bersembunyi dibalik jawaban yang sama (senyum), aku bahkan tidak sesiap dia menghadapi semua hal yang tidak lebih menyakitkan.

Aku tak ingin lebih dekat, sungguh..! aku hanya ingin mengenalnya dari semua keterbatasan yang telah ada, aku hanya ingin menikmati indahnya dari sisi yang kupunya, aku hanya ingin mempelajari setiap  puzzle-nya hingga waktu itu tiba, aku hanya ingin ada dalam ruang sederhana miliknya, sebuah ruang untuk siapapun yang jarang diingat bahkan rentan untuk dilupa.

dan jangan ada salah sangka,, kutulis semua ini sekedar untuk pengingat apabila memoriku dibajak oleh sesuatu yang asing, sekedar pemindai bahwa ada orang dalam hidupku yang pernah singgah dan kemudian berlalu.

Sketsa Bumi

Niat awal sih mau nyari bahan geografi untuk tes besok.. sebab sudah tujuh tahun tidak bersitatap dengan ‘sketsa bumi’ tersebut, yaph..sejak SMK mencatat nama saya sebagai salah satu siswanya, sejak itu pula geografi makin jarang berkunjung kedalam ingatan dan hari ini saya harus (berusaha tidak terpaksa) kembali silaturahim pada sisa-sisa ingatan yang tertimbun.

Nah..itu niat awal, tapi setelah waktu berjalan..


...



(ternyata waktu berjalan dengan anggun)
saya menemukan ‘bahan geografi’ yang sedikit berbeda:

Mengeluhlah pada langit, troposfer yang menyangga awan-awan dingin yang menangis setiap saat tapi tegar. Mengeluhlah pada putri-putri malu yang setiap harinya terinjak-injak percuma namun ia tetap berbunga. Mengeluhlah pada tanah-tanah retak yang rela menjadi patahan, maka akan kau temukan mereka lebih sengsara tapi lebih bahagia darimu.
Kita adalah korelasi sederhala dalam kehidupan, aku – kamu, dimana perbedaan wilayah tidak menjadi alasan untuk menyatukan dua hati. Kita tidak terikat oleh urut-urutan temporal. Tidak terhitung oleh regresi sebab-akibat dan koefisien-koefisien baku metode kuantitatif
Jangan kau tanyakan cinta pada orang yang tak kau kenal. Tanyakanlah pada dosen-dosen geografi. mungkin ia akan menerangkan kepadamu siklus hidrologi. Mungkin ia sebuah perkolasi yang rumit. yang takkan bisa dihitung dengan rumus horton atau rumus manapunhttp://budiografi.wordpress.com

Whaaa…. Geografi

Merasa seperti denudasional dalam bimbang antara agradasi atau degradasi

Perlahan bahasa bisnis terkondensi menjadi sketsa bumi..

Jadi semoga tidak terdapat masalah modifikasi gen dalam kurun waktu sewindu ini..

judulnya pa an ya???

Selamat malam, saya hanya ingin menulis..  (meski otak tak punya topik apapun), sekedar meninggalkan jejak bahwa pernah ada hari dalam hidup saya yang dilalui dengan biasa (he..he..emang hari lainnya luar biasa gituh?)

Hm..kenapa saya ingin menulis? (hayyo main tebakan). Sebab saya suka menjadi siapa saja dalam tulisan, ketika menjadi sosok ayah yang berusaha tabah dalam tulisan ‘aceh : mengapa Engkau ambil semua?’, ketika menjadi janin kecil belum bernyawa dalam ‘pergi sebelum hadir’,, sosok aku yang digugurkan oleh seorang ibu (andai ibu tahu bahwa betapa harapnya aku punya nyawa seperti teman-teman yang lain), ketika menjadi sosok jahat keisya yang ditemui oleh hantu Dimitri (ha..ha..ternyata saya pernah juga bicara hantu dalam tulisan), ketika menjadi seorang ODAPUS yang terus mencoba memaknai hidup dari sisi indah. Dan saya paling suka jadi willa dalam ‘antara aku, femme dan buci’ sebab disana saya bertemu kehidupan ‘lain’ yang selama ini hanya sebatas cerita. (lho..itukan cerita juga ya?).


Dan alasan yang paling saya suka (dan jarang saya kemukakan) adalah:

Dengan menulis..saya jadi makin salut pada-Nya, pada Maha sempurna yang telah merancang segala sesuatu dengan Maha Teliti. Sebab ketika saya menyelesaikan sebuah tulisan..saat itu saya puas namun selisih berapa lama,,saya merasa ada banyak hal yang ‘kurang’ ketika membaca tulisan itu lagi. Saya jadi makin salut pada-Nya, pada Maha Kaya yang punya semua perbendahara kata hingga setiap kalimat dalam wahyu-Nya punya semacam kekuatan yang menjadikan Dia Maha Kuat. Saya jadi makin salut pada-Nya, pada diksi dalam surat cinta-Nya yang membuatnya Maha Indah. Ah..saya jadi makin salut pada-Nya.


Mendekati menit-menit catatan pergantian jumlah usia,,besok hari lahir saya puluhan tahun lalu (waaaa.. ternyata saya tidak muda lagi).. tak ada yang lebih special sebenarnya (sebab semua hari itu special..he..) tapi kelebihan dari ‘sekarang’ adalah saya sedang menulis (meski sudah saya bilang bahwa otak tak punya topik apapun) dan tambahan kelebihan (jiah..banyak donk?) adalah saya  sedang merindukan Ibu dan Ayah.. dua  malaikat yang membimbing saya selalu.. dua malaikat yang kini sepi dalam jarak ratusan kilo dari sini.. dua malaikat yang selalu punya senyum dan peluk hangat.. dua malaikat akan saya jadikan syarat sebelum ijab qabul (oopz)

Dah ah.. tiga menit lagi pukul 00.00 menjelang tanggal dimana saya dilahirkan,, dan inginnya sih pukul 00.01 tulisan ini sudah berada dalam catatan PELANGI.. Ok_ ‘Always see from the bright side va..!!’

Biarlah Bulan jadi Mentariku (Part II)


Andai kau tahu berapa lama lagi boleh hidup..apa yang akan kau lakukan?? “mengisi waktu dengan hal-hal penting yang menyenangkan” jawab kawanku suatu kali.

Dan andai dokter berkata umurmu tak lebih dari 3 tahun lagi, dua tahun, satu tahun atau malah hanya hitungan bulan. Apa yang akan kau lakukan?? “yang kulakukan adalah tidak mempercainya” jawabku cepat.

Zee…” ibu mengetuk pintu seperti puluhan pagi yang lalu, “bangun nak” lanjut beliau lagi, kututup buku yang penuh coretan tanpa judul itu “iya bu.. udah bangun dari sebelum subuh” jawabku bergegas membuka pintu kamar. “mau jalan-jalan bu?” kali ini aku yang bertanya dan beliau jawab dengan senyuman.

Kabut subuh masih kental di udara ketika kami memulai langkah, menapaki jalan kecil antara kebun dan sawah.. aku suka kampungku, suka dengan aroma rumput ketika pengembala memotongnya untuk sapi dalam kandang-kandang kayu. Aku suka aroma lumpur ketika petani mulai menggarap sawahnya, aku juga suka aroma kering jerami ketika panen usai sebab itu adalah waktu terbaik untuk main layangan.

Ah..layangan_  aku pernah punya sebuah layangan berwarna biru dengan sedikit putih, lebarnya 1 meter dan panjang ekor kira-kira 3 meter (aku tak tahu pasti berapa panjangnya sebab semua sisa kertas kujadikan ekor dari layanganku), suatu kali hujan tiba-tiba turun ketika layanganku meliuk indah dilangit jingga, tentu saja bergegas kutarik benang hingga layangan berada ditangan kemudian kupacu langkah menuju ‘dangau’ terdekat. Setelah berteduh kutemukan benang layanganku kusut sebab tadi tak langsung kupintal. ada gerimis dihatiku dan malamnya gerimis itu berubah hujan ketika menceritakan pada ayah tentang kejadian sore. Dengan bijak ayah berkata “nak..semua hal pasti ada penyelesaiannya,  semuanya” kemudian mengambil benang layanganku yang sudah sangat kusut sebab niatku memperbaikinya malah berakhir berantakan. Ketika pagi aku terjaga, benang itu sudah ada disampingku dan aku langsung percaya kata-kata ayah ‘semua hal pasti ada penyelesaiannya..semuanya’.

**

Andai kau tahu berapa lama lagi boleh hidup..apa yang akan kau lakukan?? Kutulis lagi kalimat serupa dalam buku itu sebab hingga hari ini aku masih belum menemukan jawabannya. Mungkin aku memang harus sepakat dengan jawaban kawanku untuk mengisi waktu dengan hal-hal penting yang menyenangkan, namun kenyataannya aku hanya menghabiskan waktu dengan mencoret setiap angka dikalender ketika hari berlalu, menghitung mundur waktu yang diprediksi dokter (padahal sudah kubilang tidak akan mempercayainya), menziarahi setiap potong kenangan bersama orang-orang yang kusayang, aku belum siap untuk meninggalkan sketsa cinta itu, sketsa dengan ragam warna hingga kadang kusebut ‘pelangi’.


“zee” entah kapan ibu berdiri disampingku dan ikut melihat keluar jendela “ada apa?” beliau mungkin berhasil membaca gamang yang telah berusaha kusembunyikan “ada mentari bu” dan aku langsung menyesal telah mengucapkannya, “bulan yang indah”ujar ibu berusaha untuk tetap tenang.


*mendekati pergantian bilangan usia dan saat bertemu dengan-Nya sudah semakin dekat. Tetaplah bersyukur sebab Dia masih memberimu waktu untuk melakukan hal penting yang menyenangkan. dan ingat,,semua hal pasti ada penyelesaiannya..semuanya..!






Biarlah Bulan jadi Mentariku (Part I)



siang ini cukup terik untuk ukuran awal bulan hujan, sejenak berdiri mematung didepan sebuah bangunan bertingkat yang tidak asing bagiku, “ayo” pelan suara ibu ketika mengamit tanganku, beliau berjalan tergesa ke loket karcis dan tak lama sebuah suara membaca namaku diiringi anggukan kepala ibu. Mereka tidak (akan lagi) kesulitan menemukan namaku sebagai pengunjung tetap disini.


“ayo” kembali ibu bersuara mengajakku ke ruang yang semua tempelan dindingnya  nyaris hapal bagiku “assalamu’alaikum” sapa ibu pada seorang gadis berbaju putih yang duduk didekat pintu “wa’alaikumsalam.. masuk bu, apa kabar zee?” ramah gadis itu menyapa. “alhamdulillah..” ucapku singkat diiringi senyum. “langsung masuk saja zee”  ujarnya menyilakan. Ah..aku selalu benci jika harus masuk kesana, keruangan cat putih berukuran 3x4 dan bertemu dengan orang yang sama berkali-kali, sebenarnya aku tak ada masalah dengan beliau, tapi aku (selalu) bermasalah dengan berita yang beliau sampaikan. “hari ini cerah?” suara beliau ketika aku menyibak kerai pembatas, “lumayan” jawabku setengah hati. “baiklah, bagaimana kuliahnya?” beliau masih (tetap) ramah, “baik” terdengar sedikit ketus tapi beliau malah tersenyum “dengan siapa kesini?” aku tak menjawab dan beliau memberi tahu gadis tadi untuk menyuruh ibu ikut bersamaku disini.

Setelah beramah tamah dengan ibu, ‘sesuatu’ yang kutunggu akhirnya terdengar juga, dengan hati-hati dan bahasa yang amat bijak serta terkesan menabahkan.. beliau menyampaikan hasil lab dari Jakarta yang dikirim minggu lalu. Aku ingin teriak tapi malah terisak, meski aku belum  kenal ‘jenis’ yang beliau sampaikan tapi aku rasa ‘hal itu’ adalah sesuatu yang mengerikan. Terlebih saat mendengar bahwa aku harus berada disini sampai batas waktu yang belum ditentukan.

“Ibu..” kalimatku terputus ketika menjumpai bulir bening menggaris wajah beliau “ya”kudapati senyum yang menenangkan, “apa zee harus disini?” tanyaku hati-hati sebab tak ingin ada garis selanjutnya diwajah beliau, “kenapa nak? Bukankah ibu juga disini bersama zee?” aku tahu beliau mencoba menahan bendungan air mata, “ya.. ada ibu disini” senyumku berusaha tulus.

**

Aku tak tahu lagi bagaimana teriknya siang bulan ini, pun aku tak mengenali titik hujan dari awan kelabu september, yang kutahu hanya jendela dengan tirai tinggi untuk menghalangi cahaya matahari, yang kutahu hanya selang-selang monitor terhubung dengan tubuhku, yang kutahu hanya delapan pil pahit yang harus kutelan tiga kali sehari, yang kutahu hanya satu persatu dari temanku diruang ini ‘pergi’ bersama airmata tertahan dari orang-orang yang menyayangi. Dan yang terakhir kutahu adalah.. semua yang terbaring disini tak pernah keluar ruangan dengan bernafas.

“ibu..”kucari mata teduh itu “zee ingin tinggal dirumah”. “disini saja nak, agar zee lekas sembuh” senyum yang selalu menentramkan. “dirumah saja bu,, zee suka dirumah”, beliau menghela nafas berat “zee janji tetap makan obat, zee juga janji untuk menghindari sinar matahari” kupegang tangan ibu “zee lebih suka dirawat ibu” ujarku mengakhiri kata. Beliau tak bersuara, hanya tersenyum dan melangkah pelan kekamar mandi, aku tahu bahwa tangis beliau pecah disana.

**

Kukuak pintu kamar yang sudah 37 hari kutinggalkan, ada kerinduan tersemat di gorden jendela, tempat kubiasa memandangi hujan dibulan-bulan berakhiran ‘ber’, tempat kubiasa melihat anak-anak MDA keluar dari kelasnya sambil berlari, tempat kubiasa berlama-lama dengan buku yang penuh coretan tanpa judulku. Kuedarkan pandangan sekeliling, kutemukan mushaf hijau lumut diatas meja, sudah lama tak kusapa dia, semenjak Dia memberiku gelar ODAPUS karena Systemic Lupus Erythematos dengan senang hati menginfeksi sistem dan organ tubuhku seperti kulit, persendian, paru-paru, darah, pembuluh darah, ginjal, hati, jantung dan  otak (serta nyawaku..!), semenjak sinar matahari merupakan ‘musuh’ besarku, semenjak Dia memberiku ‘sesuatu’ yang belum diketahui obatnya, semenjak sel darah merahku dihancurkan oleh ‘sesuatu’ yang asing dalam tubuhku sendiri, semenjak aku ingin untuk tak melihat fajar selamanya.

Ah..tapi bagaimanapun_aku rindu Dia.. aku rindu saat Dia mengajarkanku buah manis kesabaran, aku rindu saat Dia mengajarkanku indahnya kemudahan setelah memberiku pahit kesulitan. Kusentuh mushaf itu dan kutemukan debu disana, apa sekarang Engkau marah? (seperti marahnya aku pada-Mu?) apa sekarang Engkau kecewa? (seperti kecewanya aku pada-Mu?) apa sekarang Engkau juga meninggalkanku?(seperti aku yang telah meninggalkan-Mu?).

Sudahlah..aku tak ingin ada Engkau hari ini..!!!

**

Mendekati subuh, aku masih sempat melirik Doraemon yang berjingkat setiap detik mengelilingi rotasi yang tertutup oleh loncengnya, sunyi mendekap malam dalam hangat pekat dan tiba-tiba semua gelap, awalnya kupikir pemadaman listrik tapi suara radio dari kamar sebelah masih terdengar jelas, segera kupanggil ibu tapi suaraku tercekat, berusaha kuberanjak menggapai pintu kamar yang seingatku berada sebelah kanan dari tempat tidur tapi sia-sia, aku tak bisa menggerakkan satu jaripun, dingin mulai mengambil tempat diujung jari kakiku, perlahan naik ke lutut dan berdiam diri hingga gigil mulai memeluk sendiku, pelan beranjak menuju dada sembari meninggalkan beku ditulang dan itu sakit, sangat sakit. “Allah” bisikku “jika ini adalah saat dimana Engkau hendak memanggilku maka tolong kabulkan pinta terakhir, izinkan aku sejenak membahagiakan ibu”, degub jantungku terdengar lantang berpacu dengan isak tertahan milik ibu yang entah sejak kapan telah berada dikamarku “nak..” suara ibu lirih. “hingga saat ini aku masih percaya bahwa Engkau Maha Mendengar wahai Dzat yang lebih dekat dari urat leher..!” sambungku tanpa suara. Hangat kembali menjalari tubuh bersama darah dari jantung yang memompa dengan kecepatan penuh, secercah sinar mulai menyentuh pupil dan mengantarkan informasi itu kesyaraf otakku, disekelilingku ada ayah dengan Al-Qur’an ditangan beliau, ada Kakak yang berdiri mematung, dan ada ibu dengan wajah lega ketika kubuka mata.



**


“tok..tok” pasti ibu mengira aku masih dalam selimut pagi ini, “iya bu..” aku membuka pintu dengan senyum mengembang, “mau jalan-jalan?” tanya ibu dan aku segera mengangguk.. hal yang sering kami lakukan setelah subuh hingga mentari terbit (meski aku rindu melihat semburat dari ufuk timur tersebut). Bersyukur Dia mau mengabulkan pinta terakhirku, bersyukur juga kini Dia ada (dan akan selalu ada) dihariku, bersyukur sebab Dia mengajariku pelajaran yang amat berharga tentang husnudzan yang ternyata berkawan baik dengan  sabar dan ikhlas. Kini aku tak marah, kecewa apalagi hedak meninggalkan-Nya.. terlalu bodoh jika pertanyaan retoris dalam surat cinta-Nya kuabaikan begitu saja “fabiayyi’ala irabbikuma tukadibaan?”. Tidak Ya Rahman,, aku tak hendak (dan tak ingin lagi) mendustakan semua nikmat-Mu, meski aku harus menghindar dari terik siang-Mu..biarlah bulan jadi mentariku, meski bocor tetap milik ginjalku tapi aku lebih beruntung dari mereka yang ginjalnya dicuri, meski ujung jariku sering biru sebab jantung tak mampu memberi oksigen yang cukup sampai disana tapi bukankah aku lebih beruntung dari mereka yang bahkan tak punya tangan. Jadi Terima Kasih Engkau telah memberiku hidup dan orang-orang yang membuatku merasa hidup. Dan jika Engkau hendak memanggilku, maka panggillah aku setelah melihat senyum ibu.

catatan Hati

Sunyi, tak ada suara selain irama jariku yang menari lincah diatas keyboard. Malam ini memang tak biasa, sejak jam sembilan tadi teman-teman kos telah kembali kekamarnya masing-masing, sebelum berangkat mereka sempat berpesan agar aku segera tidur sebab acara besok akan menguras tenaga. Ya..besok adalah hari dimana ratusan mahasiswa resmi ‘melepaskan’ status
kemahasiswaannya, hari dimana ratusan orang sepertiku harus memulai langkah baru..meski siap atau tidak, hari dimana ratusan orang sepertiku layaknya kura-kura yang keluar dari cangkang telur dan bergegas kelaut. ah..bagaimana aku bisa memejamkan mata sementara langkahku lusa masih diselimuti kabut abadi. Bagaimana aku bisa terlelap tidur padahal mulai besok, aku tak tahu harus melangkah kemana tanpa status seperti biasa.
Mendekati tengah malam, sunyi makin betah berlama dikamarku, mungkin ia tahu bahwa ini malam terakhirku disini, dikamar yang dindingnya penuh tempelan coretan yang kubuat, dan tulisan paling mencolok adalah “aku tidak tahu ini rahmat atau musibah, aku hanya ingin berprasangka baik pada-Mu, Allah” yang kubuat ketika mengerjakan skripsi. Yuph.. segera saja tulisan itu kulapalkan lagi untuk diriku sendiri, berharap semua yang akan terjadi menjadi lebih baik berdasarkan persangkaanku pada-Nya.

jam 2.30 dini hari, dan ‘nyanyian tidur’ ku sudah berulang 7 kali.. padahal biasanya aku hanya mampu mendengar setengah dari seluruh bait. Ah,, harusnya aku sudah terlelap..!

**
Sunyi ternyata meninggalkanku jam 4.30, tepat ketika salah seorang temanku yang juga akan wisuda pagi ini keluar dari kamarnya untuk mandi. Mungkin ia bergegas kesalon agar sebelum jam 8 sudah berada diruangan dengan dandanan rapi. Hm.. “semoga hari berlalu dengan (sangat) cepat”  do’aku mengawali hari. pagi ini juga tidak seperti pagi biasa sebab kebanyakan teman-teman datang dengan wajah riang dan rupa yang nyaris tak kukenal..  bersyukur aku tidak ‘ikut’ sebab aku tak bisa membayangkan akan seperti apa wajahku setelah di’permak’.
Ruangan penuh sesak oleh lebih dari 2000 orang pagi ini, mereka adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya disini dan kembali pikiran itu melintas diotakku, akan kemana semua wisudawan/ti ini sehari, seminggu atau sebulan setelah hari ini? Adakah tawa renyah mereka adalah bentuk kebebasan atau malah sebentuk topeng untuk menyembunyikan kegelisahan seperti yang kugunakan? Adakah wajah riang mereka adalah bentuk kepuasan sebab telah lulus atau malah hanya sebentuk kebaikan agar gundah itu tidak terbaca dan menular? adakah saat ini pikiran yang ada dikepalaku juga singgah dibenak mereka? Tentang lusa yang dalam kabut abadi, tentang tangung jawab yang sebenarnya telah ada dipundak ketika pembimbing menyalami dimeja hijau dengan wajah puas? Tentang harapan dari orang tua yang kini mulai bertunas? Tentang masyarakat yang meminta partisipasi lebih pada sarjana, tentang banyak hal lagi yang tak bisa kujabarkan,,“hei..foto yuk” sebuah suara terdengar dengan tepukan pelan dipundakku, tapi aku malas untuk mengabadikan senyum tidak tulusku hari ini jadi kuputuskan untuk menjadi fotografer dengan beberapa kamera ditangan.



aku tidak tahu ini rahmat atau musibah, tapi aku hanya ingin berprasangka baik pada-Mu Allah gumamku meyakinkan hati agar otak tak galau lagi.



kadO

 sudah berhari-hari ingin kutulis sedikit cerita tentangmu tapi selalu saja terjadi defisit dalam perbendaharaan kataku .
oya..hari lahirmu bukan? hari dimana puluhan tahun lalu (jiah..udah ngerasa tuwir deh) seorang gadis mungil lahir kedunia dalam keadaan sehat (?)hm...tapi ma'af, sepertinya tak akan ada ucapan  dariku sobat sebab konon katanya gak boleh karena bid'ah .


so,,sekarang kita ngapain ya? (tuh kan.. saya gak punya ide).. 


hufft..Tapi terlepas dari bid'ah atau segala mitos tentang ulang tahun yang dikenal masyarakat dunia saat ini, seperti mengapa perayaan ulang tahun harus menggunakan kue yang menurut salah satu sumber bangsa Yunani menggunakan kue untuk persembahan ke kuil dewi bulan, Artemis dan untuk memvisualisasikan bulan purnama mereka menggunakan kue berbentuk bulat. Atau cerita tetang Geburtstagorten dijerman yang merupakan salah satu tipe kue ulang tahun yang biasa digunakan..Yang pasti menurut saya setiap orang sudah sepantasnya menghargai dan mensyukuri setip detik waktu yang kita lewati tidak hanya ketika tiba tanggal yang sama ketika kita dilahirkan. 

nah lho... itu bukan bid'ah lo ya,,cuma sekedar 'saling mengingatkan'. 

udah'n ya,,
salam..

pleGmatis

hm...iseng2 nyoba ikut kuis facebook, ternyata oh ternyata..saya adalah pendamai yang tidak suka kekerasan. namun cenderung pasif dan pemalas



kegelisahan Iblis


Once upon a time..seekor (bukan bermaksud mengada-ngada tapi berdasarkan ilustrasi gambar iblis memang punya ekor) iblis mendapati seorang manusia tengah shalat, instingnya langsung bekerja sesuai janjinya pada sang pencipta maka dia langsung menggoda dengan segala cara hingga manusia tersebut memutuskan shalatnya dan menatap iblis dengan lama, “kenapa kau menggangguku?” bentaknya kemudian.. “karena aku ingin jadi sahabatmu ” jawab iblis dengan wajah ramah “mengapa kau pilih aku?” manusia masih belum terima “karena percuma kau shalat..dosamu menghalangi do’a yang kau panjatkan.. bukankah shalat itu berarti do’a jadi tak perlu shalat kalo masih berdosa” (ternyata iblis pintar beretorika) “hm…baiklah” manusia tampak berfikir (kelebihan yang sering tidak disadari manusia) “aku setuju dengan asumsimu” sambungnya kemudian dan mata iblis langsung bersinar bahagia 

Adzan dzuhur berkumandang dan manusia terlihat tak peduli maka dengan hati-hati iblis bertanya “kau tidak shalat?” manusia bergumam “tidak..pekerjaanku hampir selesai dan sayang kalau ditinggal” jawabnya cuek dan sekali lagi iblis teramat senang “kau memang sahabatku” tuturnya merangkul pundak manusia, aku pergi sebentar untuk mencari sahabat lain yang sedang shalat (NB: sahabat tak pernah meninggalkanmu jadi iblis bukan sahabat yang baik).
Ashar datang bersama matahari yang mulai merunduk dan kembali iblis menemui sahabatnya.. “tidak shalat kah?” tanyanya lagi “sebentar lagi.. aku masih lelah dengan pekerjaan tadi siang” (padahal dalam satu riwayat.. sahabat pernah meminta bilal untuk mengistirahatkan mereka dengan shalat) “baiklah..” jawab iblis mulai bernada cemas, dia berdiam diri dan melupakan tanggung jawabnya untuk menggoda manusia yang sedang shalat “ashar hampir berlalu dan kau masih belum shalat” protesnya lagi dan manusia diliputi keheranan “kenapa kau lebih cerewet dari pada ustadz/ah???” iblis bergeming, bingung harus menjelaskan kegelisahannya.

Sisa kemerahan masih membayang di langit barat diiringi dengan adzan maghrib yang mengalun merdu, kegelisahan iblis makin menjadi-jadi “kenapa kau tak shalat..!” bentaknya “aku sangat lapar,, jadi sebaiknya aku makan dulu..” iblis menghela nafas berat (apa iblis bernafas..???) “makanlah..” tuturnya pasrah. Dan waktu berlalu hingga isya datang dipekat malam “shalatlah..”pinta iblis dengan mengesampingkan amanah dari nenek moyangnya agar mencegah manusia untuk shalat “nanti saja.. ketika akan tidur, bukankah waktu isya itu panjang” jawab manusia sambil tidur-tiduran dan beberapa saat kemudian telah hanyut dalam bunga tidurnya yang hampir bersifat adiktif.
“hei bangun…!” iblis benar-benar tak sabar (pernahkah iblis sabar???) mendengar adzan subuh sudah bersahut-sahutan “ada apa?” malas manusia bangkit dari tidurnya “mulai sekarang aku tak mau lagi jadi sahabatmu…!” intonasi marah benar-benar kentara dikalimatnya “apa?” manusia mengernyit mengumpulkan sadarnya “aku tak mau jadi sahabatmu..apa kurang jelas” iblis benar-benar emosi “kenapa?” kali ini manusia ketularan sifat iblis -tukang protes- “kau tahu…”iblis mulai terisak “bahwa aku mendurhakai-Nya dengan tak mau sujud sesuai perintahnya..” dia berhenti sejenak menyeka air matanya “aku tahu” potong manusia tak sabar (memang sifat asli sepertinya) “dan kau tahu bahwa aku hanya sekali menolak untuk bersujud..?” dan manusia mengangguk “sedangkan kau..??? lima kali kau menolak sujud dalam sehari, betapa lebih durhakanya kau dari pada aku..” dia menunduk “awalnya kupikir aku mendapat sahabat yang bisa menemaniku dineraka nantinya tapi sekarang aku mulai ragu.. jangan-jangan akulah sahabat yang harus menemanimu dineraka nantinya” galau yang sejak tadi sore membungkus hatinya perlahan menipis, “dan aku minta maaf.. alasanku kemaren pagi itu tak bisa dibenarkan”.
Hening.. tak ada tanggapan dan dengan keberanian yang dipaksakan, iblis mulai mengangkat wajahnya dan betapa kecewanya dia bahwa sahabat yang diharapkan mau mendengar gundahnya telah tertidur pulas “manusia ternyata lebih keji dariku, udah capek-capek curhat..e…malah ditinggal tidur” (bahasanya mulai tidak sesuai KBBI) “manusia juga lebih durhaka ketimbang aku, mereka berkali-kali gak peduli seruan-Nya, berkali-kali mengumpat-Nya jika diberi cobaan dan berkali-kali gak bersyukur kalo dikasih nikmat” gumamnya sendiri “mereka melanggar larangan-Nya, gak nggeh ma perintah-Nya, betapa sombongnya mereka” dia mendengus “dan anehnya, mereka terus saja melaknatiku karena gak mau sujud.. inilah mengapa mereka punya pepetah ‘semut diseberang lautan tampak sedangkan gajah dipelupuk mata tidak kelihatan’…lagian, sebenarnya aku lebih suka orang-orang yang tunduk pada-Nya, rasanya damai aja ngelihat mereka sujud dan nutup aurat,,terlepas dari tantangan yang harus kutaklukkan” dia beranjak pergi meninggalkan manusia yang melupakan subuhnya, “selagi kau masih punya kesempatan maka taubatlah.. kau mungkin sudah tahu bahwa Allah suka mendengar tangis orang-orang yang bertaubat” bisiknya berlalu sambil menyeka airmata.