L

Header Ads
Tiny Star

D

Antara Gerimis 2009
“Apa serunya pacaran?” ringan kalimatku terdengar, dia melirikku dan kemudian tertawa. Sial..aku ditertawakan untuk kesekian kalinya siang ini. “kau tak akan mengerti sebelum mencobanya kawan” ujarnya sok bijak. “aku tidak akan mencobanya” renggutku melihat keluar jendela. “pacaran itu adalah perhatian, minimal untuk bertanya tentang makan” dari sudut mata aku bisa melihatnya tersenyum. “perhatian?” aku mendapat celah “kasihan kau..” lanjutku dan wajahnya terlipat “seumur hidup.. hanya dengan pacaran kau bisa mendapat perhatian” giliranku untuk tertawa. “apa kau pernah suka pada laki-laki?” tawaku lenyap tepat ketika wajah penasaran itu terlihat.

Selapas Dhuha 2010
“aku mau ke Jakarta menyusulnya” aku masih sibuk dengan angka-angka penelitianku, “aku ingin semuanya jelas” lanjutnya kemudian, “kenapa dia tiba-tiba berubah” hembusan nafas berat terdengar disebelahku. “ah..tidak normal” gumamku sendiri.. “aku masih normal” ujarnya cepat. Kuangkat wajah dari layar, mencari nada protes yang baru saja terdengar, “data penelitianku tidak normal..!!!” suaraku memenuhi ruangan perpustakaan yang lengang. “kenapa kau tidak pernah tertarik dengan urusan cinta?” phufft..pertanyaan yang membuat kurva normalitasku menjadi semakin berantakan.

Terik siang 2011
“kau sudah punya PW kawan?” aku yakin dia tidak sedang bertanya, “aku sudah” lanjutnya kemudian, “apa kau tidak iri???” dia mulai mengolokku “tidak..aku punya kamera sendiri” ujarku memperhatikan perubahan diwajahnya. “kamera?” aku segera tersenyum “ya..jadi aku tidak butuh Pemotret Wisuda”, sejenak ronanya meredup tapi kemudian berubah menjadi amat cerah, “maksudku Pendamping Walimahan” ruang tunggu dosen segera diisi oleh tawa kemenangan miliknya.

Penghujung Tahun 2011
“kawan..” aku menoleh, “selepas wisuda ini, apa kita masih akan bertemu?” lanjutnya dengan mata menerawang. “apa kau mau menangis?” tanyaku mengolok. “tidak..aku hanya ingin tahu, laki-laki seperti apa yang besok akan jadi suamimu”. Aku mendengus kesal “kau merusak suasana siang ini?” ujarku beranjak pergi. “hei..aku serius, mungkin aku akan bekerja di kota lain..” dia menyeimbangkan langkah “lalu hubungannya denganku?” bentakku kemudian. “he..he, setidaknya tolong beritahu aku tentang pernikahanmu. Aku janji akan datang” dia menggaruk kepala sambil senyum tidak jelas. “hm..bukan karena persahabatan kita, tapi karena aku ingin tahu, laki-laki seperti apa yang besok akan jadi suamimu” ulangnya tanpa beban. “yang pasti bukan sepertimu..!” jawabku cepat, “syukurlah” dia pura-pura menghembuskan nafas.

Medium Febriari 2012
“assalamu’alaikum” sapanya diseberang, “tumben kau menelpon?” ujarku setelah menjawab salam. “apa kau tidak rindu padaku?” diam sejenak “apa kau salah makan?” tanyaku kemudian, “ah..kau tak kunjung berubah, mana ada laki-laki yang mau dengan perempuan pemarah seperti kau” suaranya terdengar kesal “nyatanya kau mau” cepat kujawab, “sebab aku tak pernah menganggap kau perempuan” kalimatnya diakhiri tawa puas. “waktumu tidak lama lagi kawan”, aku terdiam sejenak “ya..aku tahu” singkat kujawab. “oya..sudah kau temukan laki-laki itu?” phufft..dia kembali dengan usil yang sama “kalau tidak ada..ajukan saja aku ke orang tuamu” kudengar dia terkekeh diseberang, “kukira kau dapat obat terbaik dipulau jawa, tapi ternyata kau malah tambah gila” tawanya sedikit reda “ayolah.. aku bersedia jadi menantu ibumu, kukira tidak sulit memahamimu setelah delapan tahun berkenalan” ringan dia berujar, “kau ambil ember paling besar yang kau punya, isi penuh dengan air dan siramkan kekepala siang ini juga” dia masih dengan tawa yang sama “mengapa kau tidak mau?” tanyanya dengan intonasi serius “kau tahu, bagiku sahabat adalah sahabat, terlepas dari bilangan tahun” dia tidak bersuara “jangan-jangan kau suka padaku? Ha..ha.. jujur saja..! aku yakin kau suka padaku” lanjutku setengah berteriak “jangan bodoh.. mataku masih normal untuk membedakan perempuan atau bukan” dia balas berteriak..

0 Comments:

Posting Komentar