L

Header Ads
Tiny Star

serenade untuk saudaraku

27 Agustus 2007
Selamat malam dy, hari ini adalah kali pertama sodaraku jadi mahasiswa, kira-kira gimana ya rasanya menjadi seorang mahasiswa, pasti seru ya dy? Hhmm…pengen deh bersaing nilai lagi ma dio, kaya dulu itu lho dy,,, dio nangis-nangis ketika tahu bahwa nilainya cuma beda tipis dibanding nilaiku,,he..he.
Oya, tadi aku nerima laporan dari dio, kabarnya sih rambutnya harus dipotong pendek, lebih tepatnya,,gundul bin botak…! Tadi dio juga cerita bahwa hari ini dia dijemur diterik padang, udah segosong apa dio sekarang? Maga-moga aja hitamnya melebihi warnaku supaya aku nggak diledek si ‘aling’ lagi.
Sebenarnya aku sedih dy, nggak bisa ketemu ma dio tiap hari, nggak bisa ngerjain dio dan yang terpenting, nggak ada lagi yang ngelarang aku untuk manjat pohon jambu didepan rumah. Aku nggak habis pikir, kenapa aku yang diberi penyakit ini, kenapa nggak orang yang memang dasarnya malas aja yang disuruh istirahat penuh seperti aku sekarang? Ah..aku nggak boleh ngeluh karena dio pernah bilang bahwa Allah itu nggak suka ma orang yang banyak ngeluh, Allah lebih nggak suka lagi kalau kita protes ma takdirnya..ya kan dy?
28 Agustus 2007
Seperti hari-hari biasa, lima butir obat harus kutelan berdasarkan jam makan, maksudnya tiga kali sehari, tapi Alhamdulillah nggak berdasarkan waktu shalat. Hari ini, Dio telat ngasih laporan, mungkin karena capek mengikuti pkmb itu. Tapi nggak apa-apa dy, yang penting dio masih ingat denganku, setidaknya mengingatkan bahwa obat yang ‘manis’ ini harus dihabiskan. Moga aja asa bunda yang disematkan pada semangat dio nggak menguap karena terik padang dan semoga aku masih mampu menyemangatinya walau tidak dengan tandingan nilai seperti yang selama ini terjadi.
3 september 2007
Aku benar-benat muak untuk meminum obat ini dy, kalau bukan karena keinginan untuk melihat dio memakai toga, sudah dari kemarin obat ini kubuang. Senin ini adalah hari pertama dio kuliah, seperti apa ya rasanya belajar tanpa seragam? Duduk nggak diatur dan dianggap sebagai orang dewasa? Meski bukan aku yang ada disana namun aku udah bahagia karena ada dio yang menampung setiap bulir ilmu yang mengalir dari pendidik disana.
16 September 2007
Selamat berbuka puasa, udah dua hari dio nggak ngasih kabar, sesibuk itukah jadi seorang mahasiswa hingga aku yang dulu berbagi rahim dengannya dapat begitu saja terlupa. Ini tanggal pertama kami menangis 18 tahun yang lalu, kemudian kucoba mengeja setiap wujud cinta-Nya meski dengan air mata, dengan obat yang tak kunjung bereaksi, dan dengan tulus cinta bunda serta doa untuk almh ayah. Eh..lupa dy, dengan dio juga tentunya.
Aku nggak mau ngucapin selamat ualng tahun duluan karena memang aku yang lebih besar, logikanya aja dy, udah pasti aku yang duluan lahir dan Alhamdulillah selamat, makanya aku yang harus diucapin selamat duluan,,he..he, egois ya dy?
19 desember 2007
Sampai hari ini dimulai dy, tak ada ucapan apa-apa dari dio, kali ini aku memang harus menyadarkannya bahwa dia masih punya saudara yang lahir pada tanggal yang sama. Pun udah tiga hari ini dio nggak ngasih kabar padaku, apalagi pada bunda…! Ada apa sebenarnya dengan kata aktivis, adakah kata itu mampu mengikis rasa rindu pada seorang ibu? Atau mungkin ada alasan lain yang membuatnya melupakan kami? Kuharap Tanya terakhir lebih tepat untuk dio karena akupun nggak mau berlaku nggak adil pada kata aktivis. Sore ini kulihat rindu penuh sendu diwajah bunda meski kuyakin bunda telah berusaha menyembunyikannya.
12 Oktober 2007
Takbir berkumandang melepas ramadhan tahun ini, ingin rasanya setiap hari mendengar puji-pujian untuk sang Maha Terpuji karena semesta seolah bersenandung bahagia melihat islam berjaya. Coba pikir, kapan lagi kita mendengar seruan takbir bersahut-sahutan dari satu mesjid kemesjid lain, kapan lagi kita melihat kanak begitu bahagia berlarian dihalaman rumah menunggu tabuh dipalu melewati mereka.
Aku ikut melongokkan wajah kearah jalan, bukan hendak melihat arak-arakan tapi menunggu saudara yang telah seminggu ini menghilang tanpa kabar, dan bahkan untuk melepas ramadhan saja dia tak ada.
13 Oktober 2007
Syawal telah beberapa jam menemani namun pagi ini dia begitu cerah membias disetiap wajah yang kujumpai. kata bunda, semalam dio pulang larut malam sehingga tidak tega untuk mengganggu tidurku. Coba tebak dy, seperti apa dio sekarang? Apa terik padang telah mampu menyamakan warna kami?.
“assalamu’alaikum ling, bangun woe..!” sapanya dibalik pintu kamarku, tanpa kuduga, sesosok lelaki asing, tirus, kurus dan pucat tersenyum kepadaku ketika pintu kamar kubuka, aku nyaris tak mengenalinya lagi jika suaranya bukan yang biasa kudengar, “Dio?” gumamku ragu, dia kembali tersenyum, kali ini lebih purna.
16 Oktober 2007
Siang ini dio kembali ke padang, melanjutkan jihadnya dengan ilmu. Akupun kembali sibuk dengan tulisanku karena hanya lewat kata aku bisa manyapa dunia dan menyadarkannya bahwa aku masih ada.
Dio benar-benar berbeda dengan ketika pertama kali pergi, aku tak perlu lagi segelas air untuk membangunkannya subuh sebab sekarang dia telah mendahuluiku menemui-Nya. Akupun tak lagi harus berteriak untuk mengurangi volume tipe karena kini dia lebih sibuk dengan lembaran-lembaran surat cinta-Nya. Namun, dio-ku tak segagah dulu, celana dasar dengan kemeja lebih sering menutupi tubuhnya yang kulihat semakin kurus, dia tak lagi secerewet dulu, tak lagi secengeng dulu dan yang terpenting, tak seiseng dulu. Kini dio jarang memanggilku aling padahal aku suka itu, katanya kita nggak boleh panggil memanggil dengan gelar yang buruk, waktu itu dio ngejelasin disertai dalil-dalil. Ah..makin hari aku makin salut aja ama kembaranku itu, namun tidak untuk kealpaannya pada kami.
16 november 2007
Hari ini hujan turun lebat dy, selebat tanya yang mengusikku setiap hari. Dalam satu bulan ini, cuma sekali dio mengirimiku kabar, itupun karena aku yang bertanya duluan. Kemana kembaranku yang dulu dy? Adakah masih dia mengingatku?
16 juni 2008
Kabarnya hari ini dio ujian dy, semoga hasilnya memuaskan ya. Aku nggak mau melihat mata bunda tiba-tiba redup mendapati lembar hasil semesternya. Sejak awal semester, dio nggak pernah pulang dy, dia makin sibuk dengan aktivitasnya dikampus, sedikit bangga sih ketika tahu bahwa dia dipercaya diberbagai organisasi tapi lebih banyak sedihnya dy karena dia tak lagi sempat menyapaku walau dengan sapaan salam yang selama ini makin sering kudengar dari mulutnya.
Aku masih seperti dulu, lima belas obat harus kutelan setiap hari tanpa hasil.
28 juni 2008
Seharusnya dio sudah sampai dirumah dy karena ujian telah selesai tapi apa kamu tahu jawaban yang kuterima ketika bertanya kapan dia sampai dirumah? “Afwan na, mungkin aku nggak bisa langsung pulang, ada banyak agenda untuk persiapan penyambutan mahasiswa baru dikampus, acara yang diangkatkan oleh forum silaturahim juga udah semakin dekat, aku diamanahkan sebagai ketua pelaksana. Jadi, tolong juga sampaikan maafku untuk bunda ya”. Sebenarnya aku ingin menyampaikan bahwa sudah beberapa hari ini bunda sakit, itu sebabnya aku menghubunginya. Apa diksi yang harus kugunakan untuk menjelaskan pada bunda bahwa putranya tak bisa hadir lagi kali ini, tapi yang pasti tidak dengan bahasa air mata tentunya.
01 Februari 2009
Aku sudah sangat hafal dengan kata-kata penolakan yang disampaikannya ketika disuruh pulang, jika bukan tentang agenda acara, pasti tentang rapat, seminar, kepanitiaan, dan tak pernah tentang kuliah. Aku muak dy…! Haruskah aku kepadang untuk menemui adik yang tak lagi kukenali itu? Haruskah juga bunda tahu bahwa indeks prestasinya pada semester tiga ini cuma 0.25..! apakah itu sebuah nilai dy? Bagiku tidak, itu bukan sebuah nilai yang boleh dipersembahkan untuk bunda, seorang perempuan yang teramat tegar mengasuh kami sendiri sejak berumur empat tahun, sosok perempuan yang selalu punya kedamaian ketika dua anaknya mengadu, sosok ibu yang tak pernah membentak walau mungkin kami pantas untuk itu.
Sepertinya aku memang harus menyusulmu kesana dek..! tumpahkan semua beban yang selama ini hanya mengalir lewat tulisan.
17 maret 2009
Dio, sebagai apa aku kini dihatimu? Sebagai kakak, saudara atau cuma seorang perempuan yang telah 19 tahun kau kenali? Apa belum cukup semua keluhku dulu untuk menyadarkanmu bahwa bunda menitipkan harapnya dipundakmu? Apa masih harus kuucap bahwa delapan organisasi yang mencatat namamu sebagai pengurus itu masih belum apa-apa ketimbang ribuan bahkan jutaan doa bunda untukmu agar mudah menunaikan amanah pertama ketika dinyatakan tercatat sebagai mahasiswa?
Aku selalu menghargai setiap usahamu untuk bermanfaat bagi orang lain tapi bukan berarti aku juga mendukungmu melupakan kami. Kuharap ini kali terakhirku mengingatkan agar air mata bunda tidak lagi menetes untukmu, kutitip bunda pada-Nya dan tolong juga kamu jaga.
Hari ini dy, harapku melihat dio memakai toga telah pupus karena aku mungkin tak mampu menunggu lebih lama, telah sebulan aku berhenti meminum obat, bukan bermaksud berhenti berusaha untuk sembuh tapi aku telah lelah dy, teramat lelah.

0 Comments:

Posting Komentar