L

Header Ads
Tiny Star

Jakarta

Hm..jakarta

Satu-satunya kota yang tidak ingin kukunjungi. Kota dimana hampir semua teman-teman baikku berada disana, dan ketika mereka pamit untuk berangkat, ketika itu pula aku mengikhlaskan untuk tidak bertemu mereka lagi, bukan tidak ingin tapi aku sadar bahwa aku tak akan lagi menemukan mereka yang biasa kukenal. Jelaga kota itu seolah merubah mereka menjadi sosok asing, sedangkan aku masih anak kampung yang suka bermain layangan ketika kemarau, aku masih anak kampung yang suka berlarian di pematang sawah ketika musim panen tiba.. mana kukenal dengan Patung Selamat Datang, mana kutahu dengan Bundaran HI, apalagi Puncak Monas yang katanya berwarna emas.

Ah..aku cuma anak kampung yang tidak kenal dengan hiruk pikuk kemacetan ibu kota, yang tidak tahu betapa tercemarnya kota itu sehingga disebut-sebut sebagai salah satu penyumbang global dimming (pendinginan global) sebagai kelanjutan dari  global warming (pemanasan global). Pun mana kutahu tentang penurunan permukaan tanah kota itu setiap tahunnya karena tingginya beban bangunan dan eksploitasi air tanah yang berlebihan tentu saja. Yang aku tahu adalah kota itu sudah menahan teman-teman masa kecilku, mereka yang biasanya selalu kujahili. Teman-teman sekolahku, mereka yang sering kurepotkan. Teman-teman kuliahku, tempat pikiran-pikiran liarku berlabuh.


“kami tunggu di Jakarta” ujar mereka ketika kukatakan betapa ‘bencinya’ aku pada kota itu. “tidak perlu repot-repot menungguku yang tidak akan datang” ketus kujawab. “hanya kamu yang belum disini” lanjut mereka lagi. “Phuufft.. sampai saat ini aku belum tertarik, entah esok..” jawabku mengakhiri pembicaraan.

0 Comments:

Posting Komentar