Ha.. akhirnya
aku sampai di Sumatera Barat (lagi), aku suka kampungku.. suka dengan tebing
curam dan perbukitan sunyi di Pangkalan 50 koto, suka dengan rumah bagonjong
yang masih banyak di Payakumbuh, suka dengan kabut yang menuruni bukit pinus
daerah baso, pun tidak ketinggalan merapi dan singgalang yang anggun bersanding
di depan rumahku.
(ha..ha..kampungan), Perjalanan panjang yang melelahkan
segera menguap ketika adzan Dzuhur terdengar dari sebuah mushala ditepi jalan
ketika memasuki Sumatera Barat, hm..betapa rindunya aku pada ‘panggilan’ itu,
sebab sudah lama aku tidak mendengarnya.
Merapat di
tepian payakumbuh, aku tidak langsung pulang menuju rumah.. bukankah ini liburan
yang menyenangkan.. jadi tidak ada salahnya menunda kepulangan untuk semalam. disini,
ada ‘pacu jawi’ (logat penduduk membuat bacaannya berubah) yang lucu, tapi entah
sapinya atau orang yang berlari dibelakangnya. 
Jam 7.30 aku
berangkat ke Bukittinggi, kota Dahlia.
Perjalanan tidak kalah menyenangkan,
kabut masih tebal menutupi gonjong rumah yang kulalui, juga tebing curam
bermotif garis coklat yang masih samar. Ada jaring laba-laba berembun di daun padi,
ada gembala yang berjalan pelan dipematang sawah, ada anak-anak berlarian
dengan seragam sekolah, ada terowongan
bambu dan yang paling aku suka: kabut
tipis dipuncak-puncak bukit berpinus.
Sampai di kampungku
ketika Dhuha, ketika matahari menghangatkan permukaan tanah berembun. Pun sekali
lagi aku tidak langsung pulang menuju rumah, kulangkahkan kaki menuju ‘mudiak’..
tempat dimana kenangan-kenangan masa kecil berserakan disetiap jengkal tanah. Ketika
seluncuran dengan pelepah kelapa, ketika memanjat jambu biji didalam hutan,
ketika mencoba buah-buahan yang dimakan burung (ada yang manis, dan ada juga
yang teramat pahit).
Sekian kalimat
pembuka untuk liburan kali ini..
*alangkah
menyenangkannya menjadi guru dengan status single, bisa ikut libur ketika
kenaikan kelas tanpa harus memikirkan banyak hal. I’m single n i’m happy 
0 Comments:
Posting Komentar