Diluar
hujan lebat dalam gelap, 100215.
Kali
ini tentang Hauna, apa?? Belum ada nama HAUNA KANISYA di catatan pelangi? Hm..baiklah,
selalu ada kali pertama untuk berkenalan: itulah Hauna (bayi montok yang kini
tergolek memunggungiku), perempuan yang
lahir 25 mei tahun lalu dengan berat 4,1 lewat jendela (padahal pintu sudah
terbuka setengahnya). Cukup sekian.
Petang ini aku mendengar teriakan histeris Hauna ketika di dalam kamar, segera aku berlari ke ruang depan dan mendapatinya tengah duduk dan memberi senyum manis dengan delapan gigi mungil, gantian aku yang berteriak histeris. Aku masih ingat ketika meninggalkannya dengan posisi tengkurap dan kini mendapatinya sudah bisa duduk sendiri entah bagaimana caranya.
“waaah..
anak Bundo udah pintar duduk sendiri” kupeluk dia erat dan tawanya terdengar
renyah.
Petang
ini pula jalan terjauh untuk Hauna, biasanya hanya berputar2 di dalam rumah
tapi sore ini aku membawanya ke warung yang berjarak 100 meter.. sepanjang jalan
dia berteriak girang, melangkahkan kakinya dengan langkah maksimal kemudian
memperhatikan sepatu pink yang dikenakannya, sehingga waktu yang dihabiskan
untuk mencapai warung menjadi berkali lipat lamanya, tapi tidak masalah: toh
aku memang berniat jalan-jalan sore dengannya. Masalahnya ada di PINGGANGku..!
aku membayangkan bunyi gemeretuk tulang ketika meluruskan pinggang setelah
membantunya berjalan, ah.. tentu saja itu hanya bayanganku sebab kenyataannya
adalah bunyi terikan hauna menolak penghentian bantuan,
“masih
mau jalan, bundo” ujar matanya menatapku saat berteriak.
Baiklah anakku, mungkin yang dialami
nenek lebih parah dari ini ketika bundo kecil. Dan saat ini tidak akan lama,
bundo juga tidak ingin melewatkannya: melewatkan mengajarimu banyak hal dengan
izin-Nya
“ayoklah”
kembali kubungkukkan badan seiring semangatnya yang kurasakan menjalari
tanganku.
0 Comments:
Posting Komentar