L

Header Ads
Tiny Star

25 Tahun


Usiaku sudah beranjak dari seperlima abad, tapi masih banyak hal yang ingin kutahu, masih banyak tempat yang belum kudatangi dan masih belum beragam orang yang kutemui. Jiwaku masih senang berpetualang jauh, berkelana dari satu tempat ketempat lain untuk sekedar menyaksikan kebanyakan hal yang tak ada di desa kecilku.

ah…aku menyukai segala hal yang membuat adrenalinku terpacu, tapi tidak semua hal tersebut bisa dengan mudah kukantongi izinnya dari ibu, MAPALA..target pertamaku ketika dinyatakan lulus menjadi mahasiswa sebuah perguruan tinggi harus digeser menjadi urutan terakhir sebab kebanyakan agenda milik kegiatan mahasiswa itu tak satupun mendapat restu dari ibu. Sama halnya dengan Pramuka, sejak seragamku putih-merah hingga tak perlu lagi harus memakai seragam..kata ‘boleh’ dari ibu tak kunjung kudapatkan. Tapi biarlah, aku menikmati cinta berbentuk larangan milik beliau, menikmati setiap akhir tahun dikamar tidur padahal teman-temanku tengah bersorak di puncak gunung sambil meluncurkan kembang api ditempat tertinggi itu.

“karena kebanyakan teman-temanmu itu laki-laki, makanya keinginanmu jadi aneh-aneh. Coba kalau kamu lebih sering berteman dengan perempuan, ibu yakin keinginanmu bukan panjat dinding gak jelas ataupun mengarungi sungai arus deras” jawab ibu sambil memotong sayur di dapur kami. Aku menghela nafas panjang, mencoba meredam permintaan untuk terbang layang yang belum sempat disampaikan.

“usiamu sudah berapa nak?” retoris ibu sore itu, “ibu ingin sebelum usiamu 25 tahun, menantu terakhir ibu sudah ada dirumah ini” aku menatap ibu dan berharap kalimat itu hanya sebuah lelucon. Tapi hingga ibu berbalik menatapku, tak kutemukan tanda-tanda yang kuharapkan “ayah, uda dan uni juga sudah sepakat” aku bergeming, semua rasa bercampur menjadi satu: marah sebab mereka tak henti mendikte sibungsu, sedih sebab masaku tak panjang lagi untuk bebas sendiri, kecewa sebab harus merenovasi kembali rencana masa depan yang sudah kususun, bingung sebab aku tak punya satu orangpun calon, sedikit gembira sebab mereka semua selalu punya rencana untuk hidupku, dan rasa-rasa lain yang tak bisa kujabarkan. “bu..” aku tak punya kata-kata lagi, “carilah calon dari sekarang nak” tandas ibu mengakhiri pembicaraan

***

“jadi sudah berapa orang calon yang bisa ditawarkan?” pertanyaan uni setelah satu semester berselang, aku terkekeh “uni inginnya berapa?” jawabku sekenanya “satu saja cukup kalo sudah mewakili semua syarat” aku mengernyit “syarat apa?” buruku “ibu belum bilang?” tanyanya balik dan aku segera menggeleng “syaratnya…” ia mengerling padaku “uni lupa..he.he.he” aku melemparnya dengan bantal, kesal sebab sukses membuatku kesal.


Aku selalu menghindari pembicaraan mengenai hal itu, bukan karena aku benci dengan kata ‘pernikahan’ tapi sebab aku belum siap, benar-benar belum ada dibenakku tentang hari-hari yang akan kujalani dengan seorang lelaki yang berjanji didepan saksi sambil menggenggam tangan ayah untuk ‘serah terima’. Aku belum siap untuk berbakti pada orang yang andai diizinkan manusia sujud pada manusia maka dialah orangnya. Aku juga belum terfikir bagaimana cara taat pada orang yang tiba-tiba ada dihidupku kemudian memerintahku sesukanya. “imajinasimu boleh juga..” kata uni setelah puas menertawai kerisauanku, “tidak seburuk itu uni rasa” dia mencoba menenangkanku. “lagian..usia 25 tahun kan masih lama” lanjutnya ringan.

**

Alhamdulillah.. siang ini satu bebanku selama empat tahun terakhir telah berkurang tapi beban berat lain masih menempati posisi sentral diotakku, tentang limit 25 tahun yang belum kukantongi masa perpanjangannya “rencana mau S2 da,, kira-kira dapat izin penangguhan gak ya?” tanyaku pada uda dengan harap “dapat..” kalimat uda menggantung “dapat dipercepat sebelum berangkat S2, he..he..” aku kenal sekali dengan tawa lepasnya diseberang sana, dan kutahu dia pasti sudah bisa membayangkan wajahku yang cemberut mendengar jawabannya. Phufft.. bolehkah pertambahan usia sekali dalam dua tahun saja? Agar angka 25 tahun itu menjauh dua kali lipat dari waktu seharusnya.

0 Comments:

Posting Komentar