L

Header Ads
Tiny Star

andre -saudaraku


Kamis, 9 Ramadhan 1430.
Prolog: Alhamdulillah, sore yang indah.. seindah pengalaman siang ini di pojok, siapa sangka uni tersebut bisa beramah tamah juga, selama ini kami (tim pojok) tak pernah bicara lebih dari 5 kalimat dengannya dan bahkan senyum manis kami sering kali terbuang percuma sehingga kami akhirnya meminta kunci pintu sendiri untuk pojok karena semua jurus keramahan yang kami pakai tak kunjung berhasil (mengenaskan…)

11.45 WIB-kita tak pernah tahu kemampuan kita sebelum mencobanya..pilihan dan resiko itu tak bisa dipisahkan..lebih baik mencoba dan gagal dari pada gagal untuk mencoba karena antara keduanya dipisahkan oleh kata ‘pengalaman’.. tulisku pada kolom status FB pagi tadi sebelum memutuskan untuk menginstal fajar,, aku tahu resiko yang mungkin terjadi tapi aku tak akan pernah tahu kemampuanku sendiri jika ketakutan ini masih saja ada maka cara yang paling ampuh untuk mengalahkan ketakutan dalah melawannya, ada niat untuk memindahkan file-file penting terlebih dahulu sebelum diinstal tapi tak kulakukan karena menurutku, tingkat hati-hati berbanding lurus dengan resiko. Dan dengan bismillah kumulai operasi itu.

13.45 WIB,, aku berangkat dari kos menuju pojok, rencana awal pukul 13.00 tapi karena operasi belum selesai maka kukirim pesan singkat bahwa pertemuan diundur ,, aku sampai di kampus sebelum 14.00 di jam tanganku tentu saja dan kulihat andre telah menunggu ditaman MM dengan ‘sedikit’ kesal maka dengan wajah tersenyum aku mendekat.. konon kabarnya_senyum itu adalah solusi untuk semua hal. Dan ternyata kabar tersebut benar,,! Arrgh… malas untuk masuk pojok jika harus meminta kunci pada uni yani tapi lebih malas lagi jika masuk sekre BEM U,, maka berbekal rasa percaya pada kabar tadi, kembali aku tersenyum sambil meminta kunci pojok,,tentu saja dengan sedikit basa-basi. Berbeda dari biasa, ini pertama kali kulihat senyumnya teramat cerah, aku tak mau berhipotesis maka kulupakan saja senyumnya.
Waktu berjalan lumayan cepat dan andre berangkat dari pojok tepat ketika jam tanganku mengarah keangka tiga, selang beberapa lama, kulihat ni yani berdiri diambang pintu maka kupersilakan masuk (ini keanehan kedua yang kuadapat siang ini darinya setelah senyum manis tadi, dan untuk selanjutnya keanehan itu kutandai dengan nomor) tak biasanya dia mau repot-repot kepojok (walau Cuma harus berjalan tujuh langkah dari kursinya). “kemana andre?”3 ingin tak percaya dengan pendengaran tadi tapi kulihat dia menungguku bersuara “dia ada seminar” jawabku cepat, “uni kenal andre?” tanyaku sekenanya tapi tak kusangka responnya sangat asing “tentu saja, uni sering melihatnya di MM, diakan pintar computer,, teknisi kan?”4 empat kalimat sederhana langsung meluncur dari mulutnya, tak seperti biasa..pikirku lagi “iya,,”jawabku pelan dan kembali sibuk dengan fajar “BP berapa dek?” “2007 ni” jawabku singkat karena kali ini fajar sangat butuh perhatian, “andre juga?”5 ku jawab dengan anggukan “jurusan apa?” “pendidikan ekonomi” jawabku singkat diiringi dengan senyum “andre juga pendidikan ekonomi?”6 senyumku langsung pudar.. “ekonomi pembangunan ni”. Cukup bagiku menarik benang merah dari 6 keanehan tadi tapi tak kulakukan karena tak baik berprasangka.. apalagi bulan puasa maka cepat kuganti topic pembicaraan meski perhatianku harus terbagi.

17.00 WIB- waktunya istirahat sejenak sambil muhasabah kegiatan harian, dan Alhamdulillah setiap agenda terlaksana. Tapi kejadian pojok benar-benar menarik perhatianku, betapa seringnya nama andre muncul disana..! ah andre,,kenapa dia lagi??? Protesku memandang langit-langit kamar, ini bukan kali pertama namanya jadi sesuatu yang menyejarah dalam hariku, tahun lalu..mahasiswa ’09 tanpa segan-segan bertanya banyak tentangnya, semua tentangnya hingga jumlah saudara dan alamat rumahnya (memangnya kakak petugas sensus penduduk dek???).
“hm..andre” gumamku pelan “hayooo…” tiba-tiba tetangga kamar telah ada didekatku “kapan kak masuk?” protesku, “ya jelas aja nggak dengar, lagi mikirin andre ternyata..ha..ha.., ketahuan!” aku mulai berfikir “menurut kak andre gimana?” tuturku serius, dan tawanya tiba-tiba berhenti “andre…”dia memutar matanya “kak suka…!” keningku berkerut “kok??” Tanya itu keluar dengan nada protes “iya, suka” dia meyakinkan “ya kenapa?” lanjutku, mungkin darinya aku akan mendapat alasan mengapa beberapa gadis sangat tertarik untuk tahu tentangnya, bahkan kutemukan binar asing itu dimata seorang akhwat ketika mendengar namanya, hanya mendengar nama
andre..andre..andre..andre.., ah, aku belum mengerti. “andre itu tenang..” gedubrak..nyaris aku jatuh padahal sedang dalam posisi tidur yang sangat tak memungkinkan untuk jatuh “tenang..???” potongku, tenang apanya? Satu hal yang membuatnya bisa tenang itu cuma tidur! Protesku dalam hati “iya, kalo ngelihatnya kita ngerasa tenang” jawabnya sambil menerawang (mungkin ingin jadi paranormal yang suka menerawang) “trus..?” “baik, supel, ramah, dan sepertinya penyayang” mataku langsung membelalak “penyayang…???” kali ini aku benar-benar protes, bagaimana bisa mereka mengatakan dia penyayang padahal teramat sering aku didzalimi..! “kenapa sih dari tadi protes terus?” nah..nah..aku ketahuan dan jurus ampuh segera kugunakan, “ingin tahu lebih dalam aja kak” jawabku bijak sambil tersenyum. “menurut kak dia itu sabar..” Arrggh…aku sungguh sangat ingin protes..! “trus dia tu pintar dan gak gampang putus asa..” dia menghela nafas “kak salut ma dia” hm...kenapa aku gak pingsan saja sebelum mendengarnya.

Sabtu, 11 ramadhan ditahun yang sama.
Pagi yang hening, kunikmati kesendirian menuju Mesjid Baitussalam yang menyimpan banyak kisah. Kutemukan wajah sahabat-sahabatku disana dan beberapa potong senyum dari santri pesantren, “Assalamu’alaikum”sapaku pada salah seorang sahabat (yang kuyakin langsung bisa sembuh dari sakit jika andre yang menjenguknya) dia tersenyum dan membalas salam, ide bodoh langsung muncul diotakku untuk mewawancarainya, yah..minimal mengumpulkan sedikit bahan tambahan untuk kisah yang hendak kutulis. “andre?” kutemukan sinar asing dimatanya, “gak tau” ucapnya berusaha cuek “kemaren dia sakit lho..” undangku dan ternyata dia tertarik “sakit apa na?” wah…lampu hijau..! maka kulanjutkan agresi ranjau darat, salah langkah akan berakibat fatal..
Hm…dan malam ini.Minggu 12 ramadhan (atau mungkin sudah senin dini hari??), kukuak sedikit memori tentangnya yang ada padaku. Seperti kebanyakan ADK, tak pernah ada perkenalan resmi dan langsung, aku mengenalnya lewat sari dan melihatnya pertama kali didepan secretariat PKM, tak ada hal menarik yang kudapat selain sosoknya yang lumayan rapi untuk gambaran mahasiswa EP dalam kepalaku, selebihnya..berlalu begitu saja (itu sebabnya aku heran mendapati orang-orang yang langsung terkesima pada pandangan pertama padanya..) ADK ’07 mulai terbentuk, perlahan mereka tumbuh tapi ada juga beberapa yang gugur, ketika itu..aku kembali mengenalnya.. sosok unik  yang dengan cepat melesat meninggalkan kami yang masih mengeja kehidupan kampus, banyak hal yang masuk kememoriku tentangnya untuk kemudian kusaring dan kutimbang.. namun tak kudapat kesimpulan dari sosok seorang andre. Bahkan akupun sudah lupa kapan awalnya interaksi diantara kami terjalin (sorry ndre), yang sangat kuingat adalah dia satu-satunya ikhwan ’07 yang membuat perkara dengan ku menggunakan nama dewan syuro formi, black list dan bagaimana seharusnya sosok akhwat (april 2008). Saat itu aku sadar bahwa ternyata kehidupan kampus itu sungguh berbeda (terima kasih) maka segera kupakai cangkang untuk melindungi diri, biarlah terlihat keras dan tak peduli aturan yang penting ku nyaman. Lepas dari perkara itu, aku mulai penasaran dengan hidupnya..sosok seperti apa yang berani mengusikku dan perlahan…aku mulai mengerti bahwa kehidupan yang mengajarkannya untuk keras maka aku semakin penasaran pada sisi lembutnya (kurang kerjaan mode on) setahap demi setahap, kukumpulkan informasi dari mana saja sehingga pada semester tiga dan empat, aku sempat menjadi sumber informasi tentangnya..
Medium Juni yang selalu segar dalam memoriku adalah (sisi positif) dia pernah menungguiku dirumah sakit semalaman tanpa kutahu bahwa ternyata dia tak tidur hingga pagi (salam salut yang tak pernah kusampaikan), dan belakangan kutahu bahwa banyak kalimat yang sungguh tak ingin kudengar bermunculan dari beberapa nama saudari yang kusegani tentang kejadian itu tapi sekali lagi kukatakan..telah kupakai cangkang dan kubangun koral untuk hidupku dikota ini jadi aku tak peduli lagi apa kata mereka..pagi menjelang dan tak mampu kutahan tawa ketika mendapatinya membelikan sandal jepit dirumah sakit karena aku tak mengenakan alas kaki, senyumku berlanjut ketika dengan langkah tergesa dia berjalan beberapa meter didepan kami sambil memeluk guling.. (ha…ha… seketika aku lupa bahwa dia orang pertama yang kubenci di kota Padang) menunggui bus dihalte..dia duduk menjauh, seolah tak peduli dengan keberadaan kami bertiga (beda sekali dengan keadaan semalam,,mungkin karena ada ratna ^_^) tak lama, bus yang kami tunggu berhenti, meski terlihat sangat cuek tapi kudapati gurat cemas diwajahnya dan aku kembali tertawa, hm…betapa lucunya dia..! sepanjang perjalanan sempat ada sedikit interaksi melalui HP tapi aku masih saja tak mampu menahan tawa.
Agenda Temilreg (meski belum tuntas hingga detik ini) memberi kesan untukku bahwa hampir semua orang lebih suka mengeluh dan merasa mereka yang paling menderita.. ketika itu kudapati dia dengan ketegaran yang sangat, aku tahu dia yang paling lelah tapi aku juga tahu bahwa dia yang sering disalahkan dalam kegiatan ini, itu sebabnya ketika untuk pertama kalinya aku dibentak dihadapan berpasang-pasang mata pagi itu oleh wakil wali kota (bahkan ayahku pun tak pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya) aku diam,,tanpa tangis. Karena menyadari bahwa ada orang yang lebih berhak untuk menagis tapi dia tak melakukannya (setidaknya tak pernah kulihat)..siangnya kuhabiskan dengan pandangan sendu dari panitia dan jujur, aku kasihan pada mereka. Kasihan pada saudari yang menagis tersedu digedung pramuka, adik yang mengadu digedung olah raga serta beberapa saudari lain yang berlinangan air mata..ketika itu aku kembali membaca jejaknya, dia..dengan semua keletihan yang tergambar jelas diwajahnya masih saja sempat bercanda, dia yang menurutku paling berhak untuk mengeluh dan menyalahkan kami semua tapi masih sempat tertawa, ah…aku tak boleh kalah..!!!
Senin dini hari ,,1:20 waktu desktop,.
Epilog: Sekarang, satu hal yang baru kusadari mengapa tak kutemukan rasa yang sama dihatiku seperti gadis atau akhwat lain..karena aku mengenalnya atas nama saudara dijalan ini, terlepas dari adab kami yang masih kurang sesuai atau apapun tapi aku bersyukur  berada dalam tingkatan tertinggi bernama ukhuwah (deu…!) . Dan segaris senyum untuk mereka yang hingga kini masih menyimpan harap untuknya..aku tak tahu dengan bahasa apa harus kusampaikan bahwa ada banyak nama yang kukantongi saat ini yang tengah mengawasinya (termasuk debt collector) tapi sampai kapanpun saudariku.. namamu tak akan kusebut sebagai admirer-nya.

1 komentar: