L

Header Ads
Tiny Star

Biarlah Bulan Jadi Mentariku (Part III)

Kamar 2 C, Ruang Bedah.
“hai” sapanya ramah, aku bergeming. Tidak berniat menjawab bahkan memberi seulas senyumpun aku enggan. “selamat datang” tuturnya lagi, dan aku menoleh pada ibu. Ibu tersenyum kearahnya, “apa kabar?” ibu bersuara. “baik buk. Baru habis operasi ya buk?” jawabnya cepat dan ibu mengangguk.

Itulah awal perkenalan kami diruangan yang cuma ada dua pasien. Dia unik,, seolah dunianya tidak mengenal sakit apalagi derita, walaupun kenyataanya tidak seperti itu. Tubuhnya kurus dengan wajah tirus, sering kali memakai penutup kepala untuk menyembunyikan berkas jahitan operasi, ditangannya ada beberapa bekas luka suntikan.. (mungkin bekas infus).

“tidurmu nyenyak?” sapanya suatu pagi, “lumayan” jawabku sambil tersenyum tapi tidak balik bertanya sebab aku jarang melihatnya tidur, setiap kali aku terjaga.. dia pasti sedang khusu' dengan mushaf kecilnya berwarna coklat. “hujan” gumamku sendiri menatap jendela “ya..aku suka hujan”, aku tak bersuara..menunggu dia melanjutkan kalimat “kau tahu, kenapa aku suka hujan?” bergegas aku menggelang “sebab itulah salah satu waktu do'a terbaik untuk berdoa" dia memandang keluar jendela, "wa nahnu akrabu ilaihi min hablil warid" gumamnya pelan, "artinya...?" sambungku dengan intonasi anak" TPA ketika membaca do'a, ia menoleh kearahku sambil tersenyum "dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, surat Qaaf ayat 16" jawabnya, "kau tahu zee.. aku tak pernah menyangka akan hidup  hingga hari ini, sudah bermacam obat kuminum, beragam pengobatan kucoba dan hasilnya tetap sama. ketika dokter memvonis usiaku tak akan lama, aku sempat terpuruk dan bertanya tentang keberadaan-Nya" dia terkekeh "ternyata Dia menjawab tanyaku disurat Al-Baqarah ayat 186 zee, Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat..."  aku menyimak "maka ketika aku merasa sendiri, ketika aku merasa bahwa tak seorangpun mengerti bagaimana rasa sakit dalam kepalaku, saat itu kusentuh leher sambil berkata Duhai Maha penyayang,,Engkau tahu apa yang kurasa bukan?“ dia memperhatikanku "jadi zee.. ada Dzat Maha Hidup yang selalu ada untukmu, yang selalu mendengar meski kau berbicara dengan bahasa hati, yang selalu menunggumu mendekat dan menyampaikan semua hal" aku meraba urat leher dan sekali lagi dia tersenyum "kurasa cukup tausiyah pagi ini..he..he. kau sudah lebih sehat sekarang..” senyumku mengembang “sebab ketika pertama disini.. kupikir aku tak akan sempat melihatmu tersenyum” aku tertawa.. “umurku masih panjang” jawabku sekenanya “ha..ha.. semoga saja” dia ikut tertawa.

“zee.. sudah bangun nak?” Ibu masuk keruangan, “sudah bu.. ibu dari rumah?” kulirik barang bawaan ibu. “pasti nyari rubbik’s?” ibu menebak dan aku mengangguk. Sebuah rubbik renta diulurkan ibu padaku, ah..aku sungguh rindu padanya sehingga dengan cepat kuacak warna-warna itu. “rubbik..” aku nyaris lupa bahwa masih ada yang terbaring tidak jauh dariku. “boleh kucoba?” suaranya bersemangat. Aku diam sambil terus mengacak “zee jelek.. boleh kucoba?”. Aku berbalik kearahnya “oya…tentu saja tuan keren, tapi hati-hati..kau hanya boleh menyusun, bukan merangkai” dan rubbik itu berpindah ketangannya. Tak lama rubbik rentaku berserakan dilantai dan selimut bergarisnya. “tak apa.. memang sudah longgar” ujarku ketika menemukan penyesalan dimatanya. “ma’af zee..”, “he..he.. sudah biasa, rubbik itu memang sudah renta, sini kurangkai” jawabku ringan.

***

“kau tahu dimana ICU?” tuturnya pelan siang itu sambil melirik ibuku dan ibunya yang berbincang tak jauh dari kami “aku pernah kesana tapi tidak tahu tempatnya dimana”, “ICU itu disayap kiri rumah sakit ini, didekat pos satpam” dia menghela nafas “tepat disamping ruang operasi dan fisioterapi”. “jadi jika kau tak sadar nanti setelah operasi, kau akan langsung dikirim keruang disebelahnya” ujarku dan dia tersenyum, “atau ruang dibelakangnya..” aku mengernyit “ruang apa dibelakang ICU?” dia menatapku agak lama “ruang jenazah..ha..ha..” tawa khasnya terdengar asing.

“hati-hati” mataku berkaca ketika mengucapkannya, “tenang, aku akan baik-baik saja” senyumnya tegar sehingga tak mampu kutahan bendungan air mata “hei..jangan menangis, setidaknya tolong jangan tangisi aku”, “nanti jangan pergi keruangan dibelakang ICU..!” suaraku putus-putus, “nanti jika aku pergi kesana..ambil sesuatu dalam laci mejaku” pandanganku makin kabur tertutup air mata “zee..”pelan suara ibu menenangkan.

“baiklah.. aku pergi dulu.. do’akan ya” perawat mulai mendorongnya “oya.. terima kasih untuk minggu yang indah, ma’af tentang rubbik itu” ujarnya sebelum hilang dibalik pintu ruangan.

Waktu berjalan pelan, aku pura-pura tidur agar ibu bisa istirahat. Sesekali kulirik jam dinding untuk memastikan berapa lama lagi aku harus menunggu. “Rabb.. jika kesembuhan adalah lebih baik baginya maka mohon engkau mudahkan dan segerakan” gumamku. Pintu kamarku terkuak dan seorang wanita muda masuk keruangan sambil tersenyum kearah ibu, matanya merah dan sedikit sembab. “mau ambil barang-barang bu” tuturnya setelah mengucap salam.  “barang-barang ardi?” ibu bertanya singkat, “iya..dia sudah bisa dibawa pulang”. Tanpa suara tangisku pecah, ibu mendekat dan menenangkanku, perempuan itu mendekat “zee ya? Tadi ardi titip barang dalam kotak untuk diberikan sama zee” beliau tersenyum “cepat sembuh ya, tante pergi dulu, banyak yang harus di urus. Assalamu’alaikum” ujarnya meninggalkanku dengan sebuah kotak bening berisi rubbik baru dan sebuah gulungan kertas.

“hari itu aku sangat senang ketika mengetahui akan mendapat teman baru, aku berharap teman baruku laki-laki tapi ternyata perempuan jutek nan manis. Tak apalah sapaan pertamaku diabaikan, tak apa juga senyum pertamaku diacuhkan.. namun semua ceritaku ditanggapi dengan baik,, sangat baik :D.Zee..aku benar-benar menyesal mengenai rubbik itu, aku baru tahu bahwa itu rubbik pertama yang kau punya sehingga pantas saja kau begitu menyayanginya. Hari ini kuberi kau satu rubbik, anggap saja sebagai rubbik pengganti pertama yang kau punya jadi kuharap kau juga menyayanginya (sama-sama yang pertama jadi harus sama-sama disayangi..ya kan zee?)
Baiklah..aku harus istirahat untuk operasi besok, terima kasih sudah menjadi teman yang baik seminggu ini.. kau tahu,, kau teman kamar terbaik yang kupunya,, tahu kenapa? Sebab kau tak punya seorangpun saingan..he..he.. cepat sembuh zee “.

0 Comments:

Posting Komentar