L

Header Ads
Tiny Star

tentang sebentuk kejujuran

Malam larut dalam sunyi, kantuk yang tadi berhasil membuatku lelap kini pergi entah kemana, pun aku tidak berniat lagi untuk tidur.

Sebuah sakit menganga disini.  Ah..apa yang bisa kubanggakan dari kejujuran? Sebuah sumpahkah? Yang dengan nama-Nya kepercayaan itu baru mampu meruncing? Aku bersedia dimarahi, dibentak-bentak atau apalah yang mampu membuat rasa bersalahku sedikit berkurang, tapi aku keberatan jika aku harus bersaksi atas nama-Nya untuk sebuah kesalahan yang jujur kuakui.

Sejak dulu aku memang bandel, semua guruku tau betapa nakalnya gadis kecil yang tidak pernah bisa diam ditempat duduk ini. Nyaris catatan panggilan keruang guru (sebab dulu tidak ada ruang BK) sudah kutulis sejak kelas 1 SD,, dan terus bertambah hingga menamatkan pendidikan berseragam. Tapi sejauh itu, selalu jujur kuakui setiap kesalahan yang kuperbuat. Guru pertamaku pernah berkata “bahwa kebohongan itu seperti lingkaran setan,kau tidak akan pernah menemukan ujungnya”, meski ketika itu aku tidak begitu paham tentang gambaran lingkaran setan tapi minimal aku takut untuk berbohong sebab dalam imajinasi kecilku, satu setan saja sudah menakutkan,, apalagi mereka melingkar.

Hm.. dan aku baru menyadari, betapa lemahnya kepercayaan yang kudapatkan selama ini, malangnya aku tidak tau kapan kepercayaan untukku itu akan menguat, padahal nanti akan ada banyak celah yang mungkin membuatku tersudut sehingga membutuhkan sebentuk kepercayaan yang bisa kugenggam tersebab kejujuran yang berusaha kutanam dari sekarang. Terbayangkah jika suatu kali nanti aku berada diposisi Aisyah bint Abu Bakr? dan beliau dibela oleh Rabb-nya, lalu bagaimana denganku nanti? Siapa yang akan membelaku jika dari sekarang saja, dari masalah kecil itu saja.. aku sudah harus bersumpah atas nama-Nya bahwa aku jujur.

Malam kian larut dalam sunyi yang berangsur pergi, terdengar bacaan surat cinta-Nya dari mesjid dikejauhan.. kantuk yang tadi pergi entah kemana, kini masih belum kembali.


0 Comments:

Posting Komentar