L

Header Ads
Tiny Star

Bolehkah laki-laki menangis??

Aku ingin menangis.. tapi bolehkah laki-laki menangis??

“boleh saja..bukankah airmata bukan mutlak punya perempuan” jawab kawanku dulu, ketika itu kami melihat teman kelas menangis sesegukan hanya karena nilai ujian. “tidak.. tidak boleh..!” ujarku berapi, “laki-laki tidak boleh menangis” lanjutku kemudian. Kawanku menatap heran “kalau begitu, mengapa laki-laki tetap dianugerahi air mata?”, aku tersenyum sombong. “itu bukan anugerah kawan..! itu hanyalah suatu pelengkap, atau boleh dibilang sebagai pilihan terakhir”, kawanku terkekeh “kau terlalu sombong.. suatu saat nanti kau akan merasakannya, merasakan bahwa tangisan itu bukan mutlak punya perempuan, dan jika saat itu tiba.. ingatlah hari ini, hari dimana kau melarangnya” aku mendengus kesal. “masa itu tidak akan pernah tiba”.

Aku ingin menangis.. tapi bolehkah laki-laki menangis??

Aku terjatuh, siku dan lututku berdarah hanya karena kerikil nakal yang menghalangi jalanku, panik..aku takut melihat darah mengalir dari bagian luka, nyeri juga segera terasa ketika informasi itu diterima otak. Seketika aku berteriak dan menangis keras, tergopoh ibu menghampiri dan membangunkanku dari posisi telungkup diatas tanah “sht.. laki-laki tidak boleh menangis” ujar beliau mengobati luka-luka itu.

Aku ingin menangis.. tapi bolehkah laki-laki menangis??

Sebenarnya cuaca sore itu cerah tapi tidak dirumahku. Aku kecil mengintip nenek yang terbujur kaku ketika diturunkan dari ambulance, kemudian beliau dibujurkan diruang tengah. Rumahku perlahan ramai oleh tetangga dan kulihat dua tanteku terus menghapus airmata yang mengalir di pipi mereka, mata mereka telah bengkak sebab telah lama menangis. Aku berjalan keluar, kulihat ayah bercengkerama dengan beberapa orang tidak kukenal.. kuperhatikan wajahnya, ada sendu disana tapi tanpa air mata. Kudapati juga paman yang duduk disudut ruangan, membaca al-qur’an lamat-lamat dan kembali tidak kutemukan airmata diwajahnya padahal kuyakin, bungsu nenek tersebut lebih pantas menangis mengingat kedekatan mereka.

Aku ingin menangis..tapi bolehkah laki-laki menangis??

Sungguh..aku tidak sanggup lagi menahan airmata ini, meski aku percaya bahwa laki-laki tidak punya hak untuk menangis tapi nyatanya aku menangis.. sesegukan disudut kamar hanya karena perkara yang selama ini kuanggap bukan sebuah alasan untuk mengalirkan air mata. Perkara tolol bernama ‘perpisahan’ membuatku melewati sore ini dengan malu-malu. Bagaimana jika mereka tahu bahwa aku menangis? Bagaimana jika mereka menertawaiku? Apa kata ibu jika mendapati keadaanku sore ini? Masihkah beliau berkata “sht.. laki-laki tidak boleh menangis”? ah..aku benci berada diposisi ini, aku benci pernah berkata bahwa ‘laki-laki tidak boleh menangis’, bahwa ‘airmata itu bukan anugerah kawan..! itu hanyalah suatu pelengkap, atau boleh dibilang sebagai pilihan terakhir”.

Aku sudah menangis..terlepas dari boleh atau tidak!!

2 komentar: