L

Header Ads
Tiny Star

Peace on Earth of Earth in Pieces



Wah..wah..wah.. makin banyak tahu ternyata keberanian untuk hidup makin kecil.. (nah lho??), bagaimana tidak, sejauh ini yang saya tahu cuma global warming (bukan gombal warning lho ya),  sekarang tiba-tiba ada global dimming (waduh_selama nie saya kemana??).


Bicara tentang global dimming (pendinginan secara global), saya yakin masih banyak juga yang gak tahu (ho..ho.nyari teman..!). jadi sebenarnya apa itu global dimming? global dimming ialah peristiwa berkurangnya penyinaran Matahari ke Bumi. (penyebabnya???) disebabkan karena adanya aerosol (partikel-partikel kecil bisa berupa debu maupun abu atau partikel lainnya yang beterbangan di angkasa) yang mengakibatkan atmosfer bumi lebih tebal dan mempunyai sifat menyerap/memantulkan radiasi sinar matahari sehingga mengakibatkan turunnya suhu bumi, hujan asam dan badai dingin. (asalnya?) Salah satu fakta yang telah diketemukan, berasal dari dampak terjadinya pemanasan global (komplikasi nih..!), pemanasan global yang berlangsung secara lama akan mengakibatkan suhu bumi terus meningkat sehingga memicu adanya pergeseran lempeng bumi (secara tektonik) yang berpengaruh pada aktivitas vulkanik. nah aktivitas vulkanik inilah yang mengakibatkan munculnya aerosol berupa debu vulkanik yang beterbangan bebas diangkasa, kalau sudah demikian, dapat mengakibatkan terjadinya global dimming yang dapat merubah suhu bumi secara tidak tentu yang mengakibatkan terjadinya hujan asam, badai dingin (terdapat pusaran dingin) yang bisa membekukan siapa dan apa aja. (brrh..ice age?) Selain itu,,pencemaran udara juga berpengaruh, peneliti menemukan bahwa butir-butir air dalam awan yang tercemar mengandung lebih banyak zat pencemar padat daripada butir-butir air dalam awan yang tidak tercemar. Awan terbentuk oleh kondensasi uap air pada zat padat halus yang mengapung di udara, seperti debu dan jelaga. Dari kondensasi itu terbentuk butir-butir air awan. Karena zat pencemar berupa serbuk halus itu bekerja sebagai inti untuk kondensasi air pembentuk awan, awan yang tercemar mengandung lebih banyak butir air daripada awan yang tidak tercemar. Dengan demikian, pencemaran udara mengurangi penyinaran Matahari yang sampai ke bumi karena udara yang tercemar kurang transparan sehingga memantulkan cahaya Matahari yang lebih banyak pula daripada yang tidak tercemar.

Kita sering melihat adanya awan berupa selendang putih panjang yang mengikuti pesawat jet. Awan itu disebut contrail, sebuah istilah yang terbentuk dari singkatan condensation trail. Di Amerika Serikat, yang mempunyai lalu lintas penerbangan jet yang padat, terbentuk pula banyak contrail sehingga di banyak tempat sebagian besar langit tertutup oleh contrail tersebut. Terjadilah peredupan penyinaran Matahari. Selama tiga hari setelah serangan 11 September 2001 pada menara kembar WTC di New York, banyak penerbangan yang dibatalkan. Jumlah contrail pun berkurang dan langit terlihat lebih cerah dengan penyinaran Matahari yang lebih terang. Pengukuran suhu di banyak tempat di Amerika Serikat menunjukkan terjadinya kenaikan suhu selama tiga hari itu. Dengan lain perkataan penurunan peredupan Matahari meningkatkan suhu permukaan Bumi. Dengan temuan ini disadari bahwa kita sedang mengalami dua proses yang saling berlawanan (global warming vs global dimming).

Ratusan alat ukur radiometer yang dipasang di benua Antartika (kutub selatan) dan Artika (kutub utara) mencatat penurunan intensitas radiasi matahari yang diterima bumi sebesar 10% dari akhir tahun 1950 sampai dengan awal 1990, atau sekitar 2 – 3% untuk setiap dekade. Bahkan untuk beberapa wilayah Asia, Amerika Serikat dan Eropa, dimana industri berkembang sangat pesat, terjadi penurunan dalam jumlah yang lebih besar, seperti halnya Hongkong: 37%. (The New York Time, 13 Mei, 2004). (jadi indonesia apa kabar??) berdasarkan penelitian, Besarnya penurunan yang terjadi selama 14 tahun di Indonesia sekitar 16.6%, jauh lebih besar dari nilai 3% per dekade seperti yang dilaporkan. Hal ini menunjukkan polusi udara dalam bentuk aerosol dan partikel sejenis lainnya yang terjadi di wilayah Indonesia sangat signifikan dalam menyumbang penyusutan intensitas radiasi matahari di seluruh dunia (ha..ha.. indonesia memang kerap jadi finalis ^^). Di Jakarta dan Bandung, misalnya, kabut kelabu itu tampak dengan jelas. Kabut itu terbentuk oleh zat padat yang terapung di udara dan berbagai jenis zat kimia.

(phufft...) save the earth..!!!  peace on earth of earth in pieces.

0 Comments:

Posting Komentar