L

Header Ads
Tiny Star

Dua Sisi

Setiap kisah selalu memilki dua sisi, aku yakin itu..

Sisi –

Menjelang dzuhur.. aku mandi dengan kecepatan penuh, sebab setelah shalat dzuhur dimushalla, aku nebeng ayah ke Bukittinggi. Hm…aku harus bergegas..!. tepat jam 13.00 aku sampai di Simpang Mandiangin, menunggu mobil jurusan Payakumbuh-Padang yang lewat disini, sebenarnya bisa saja langsung ke Aur tapi aku bisa memastikan disana sudah sangat ramai sebab besok adalah perkuliahan pertama semester genap di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Padang.

Panas..tak ada tempat berlindung..! lengang..yang ada hanya angkot bersileweran..! capek..tak ada tempat duduk..! waktu berjalan dan entah sudah berapa kali lampu lalu lintas berwarna merah, pun entah sudah berapa kali angkot yang sama lewat dihadapanku..! 

phufft,,,jam ditanganku menunjukkan jam 15.35 ketika sebuah Avanza menepi dan bertanya tujuanku. “padang” jawabku singkat antara lelah dan muak dengan debu jalanan. Ternyata mobil tersebut adalah travel liar (mobil tanpa izin mengangkut sewa), dan dengan terpaksa aku menaikinya (kesabaranku tidak cukup lagi untuk menunggu mobil yang biasa kutumpangi, kaki pun tidak akan kuat lagi menyangga tubuhku)
 Argh..aku bisa mati disini , diapit oleh tiga orang dengan tubuh  tambun, yang seringkali ‘menjatuhkan’ kepalanya dipundakku (tidurmu mendzalimiku..!) perjalanan terasa teramat sangat lama..! belum lagi macet di koto baru sebab pasar tumpah kejalan raya. Udara panas, jendela tidak bisa dibuka dan tanpa AC..! belum lengkapkah penderitaan ini?
18.20 sampai di Tabing dan kembali mobil tersebut menepi, dan tanpa merasa bersalah sang sopir berkata “padang sampai siko yo”.. arghh,,!!! Ternyata sial masih mengikutiku. Sebuah angkot kutumpangi menuju kos, dengan jendela yang nyaris terlalu rendah untuk melihat bangunan-bangunan yang dilewati membuatku menghentikan angkot (dan rasanya aku sudah sampai). Angkot berlalu dan aku melongo mengenali daerah.. “dimana ini..!!!” bentak batinku sendiri. Dan dengan lelah yang sangat kuseret langkah menuju arah kos.. kulewati empat tiang listrik dan itu berarti jaraknya sudah 200 meter. Maghrib sudah beberapa menit berlalu jadi kuputuskan melewati jalan pintas. Itu berarti aku melewati jalan lengang dan redup, ditambah lagi jalan ini tidak begitu kukenal. “owh..sial,, tolong menyingkirlah..!” gumamku sendiri.

Sisi +

Menjelang dzuhur.. aku mandi dengan kecepatan penuh (itung-itung belajar menghargai waktu), sebab setelah shalat dzuhur dimushalla, aku nebeng ayah ke Bukittinggi. Hm…aku harus bergegas..!. tepat jam 13.00 aku sampai di Simpang Mandiangin, menunggu mobil jurusan Payakumbuh-Padang yang lewat disini, sebenarnya bisa saja langsung ke Aur tapi aku bisa memastikan disana sudah sangat ramai sebab besok adalah perkuliahan pertama semester genap di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Padang.
Panas..tak ada tempat berlindung..! (hm..pasti saudi arabia lebih panas,,^^ beradaptasi mulai dari sekarang sebelum berangkat haji –yang entah kapan- he..he), lengang..yang ada hanya angkot bersileweran..! (phufft.. kasihan anak jalanan yang setiap hari melewati kondisi ini ) capek..tak ada tempat duduk..! (hm..aku lebih beruntung dari penjaja keliling, yang berjalan diterik siang sambil menawarkan dagangannya). waktu berjalan dan entah sudah berapa kali lampu lalu lintas berwarna merah (ini menyenangkan..! ternyata lampu merah lebih lama menyala ketimbang lampu hijau apalagi kuning; kesimpulannya..hukum itu lebih banyak melarang ketimbang membebaskan *he..he..maksa..!) pun entah sudah berapa kali angkot yang sama lewat dihadapanku..! (ternyata ingatanku masih tajam..alhamdulillah ya)

phufft,,,jam ditanganku menunjukkan jam 15.35 ketika sebuah Avanza menepi dan bertanya tujuanku. “padang” jawabku singkat. Ternyata mobil tersebut adalah travel liar (mobil tanpa izin mengangkut sewa), dan dengan terpaksa aku menaikinya (terpaksa: mengusir pikiran-pikiran jahat tentang kisah-kisah ‘aneh’ seputar travel liar)
 Argh..sempit.. bersyukur ukuran badanku tidak menyamai mereka.. kalau tidak..bisa jadi pepes ikan sesampai dipadang.. perjalanan terasa teramat sangat lama tapi menyenangkan..! tahu kenapa? Sebab disini aku belajar sabar, belajar maklum, dan belajar menghargai ukuran tubuhku sendiri.. he..he..
18.20 sampai di Tabing dan kembali mobil tersebut menepi, dan tanpa merasa bersalah sang sopir berkata “padang sampai siko yo”.. ha..ha..ini lucu,, apa Kau hendak mengujiku Tuhan? Hm..dengan izin-Mu,,aku termasuk orang-orang yang sabar. Sebuah angkot kutumpangi menuju kos, dengan jendela yang nyaris terlalu rendah untuk melihat bangunan-bangunan yang dilewati membuatku menghentikan angkot (dan rasanya aku sudah sampai). Angkot berlalu dan aku melongo mengenali daerah.. “dimana ini..!!!” (mengenaskan..aku malu pada diri sendiri, ini tahun kelima tapi aku masih belum mengenali kota ini). Dan dengan lelah yang sangat kuseret langkah menuju arah kos.. kulewati empat tiang listrik dan itu berarti jaraknya sudah 200 meter (cihuy..kapan lagi jalan-jalan malam sendirian dengan tampilan kumal ). Maghrib sudah beberapa menit berlalu jadi kuputuskan melewati jalan pintas. Itu berarti aku melewati jalan lengang dan redup, ditambah lagi jalan ini tidak begitu kukenal (mari menjalajah..!).

0 Comments:

Posting Komentar