Adzan berkumandang ketika aku melewati sebuah sepeda
besar yang dipajang di tepi jalan. Entah milik siapa sepeda itu dan entah untuk
apa digantung disana..
tujuanku kali ini bukan untuk berwisata atau sekedar
jalan-jalan, tapi aku kesini untuk belajar dan mengajar.. belajar banyak hal
dari apapun yang kutemui di kota ini dan mengajar ilmu ekonomi yang sedikit
kupunya. SMA itu berada di payakumbuh utara, dengan lingkungan yang asri dan
dikelilingi oleh beberapa pohon kelapa, ini pertama kali kulihat kelapa yang
dilubangi tupai tapi masih erat di tandannya, pertama kali juga kaca jendela
kelasku ditabrak burung yang akhirnya balik kanan dengan wajah merah.. he..he..
ini serius,, siang itu aku tengah menjelaskan tentang siklus akuntansi
perusahaan dagang ketika tiba-tiba kaca jendela kelas seperti dilempar,
bergegas kumelongokkan kepala keluar dan kulihat seekar burung bersiap-siap
terbang lagi dengan lemah, “biaso nyo kak, buruang tu alun kenal jo kaco” dan
seisi kelas riuh tertawa. Dan pertama kali juga aku harus berfikir keras ketika
menanggapi pertanyaan muridku,, bukan karena aku tidak tau jawabannya tapi
karena aku tidak tau apa yang dia tanyakan.. ‘bahasa tanpa jeda dengan intonasi
khas’ membuat kelasku kembali tertawa ketika kusampaikan bahwa alangkah lebih
baik jika kita menyamakan bahasa.
Di kelasku ada tujuh murid, dua diantaranya perempuan.
Mereka pintar, lucu dan seru.. ada azizi,, murid lelaki yang bertubuh tambun.
Tidak pernah mencatat tapi selalu semangat menanggapi pertanyaanku (dengan
‘bahasa tanpa jeda dengan intonasi khas’).
ada arif,, kinestetik, Jangan terlalu berharap dia akan duduk manis dan
mendengarkan penjelasan. Ada waluyo,,
aku yakin golongan darahnya A sebab selalu mengambil tempat duduk di
dekat dinding. Ada Budi,, yang selalu tersenyum dalam situasi apapun, dia yang
bercita-cita ingin bekerja diperusahaan gas di aceh. Murid laki-laki terakhir
bernama Dari, menyimak hanya jika berkaitan dengan angka-angka, jangan bertanya
tentang teori-teori pendapatan nasional,, tapi beri dia soal berupa angka-angka
mengenai pendapatan nasional maka dengan cepat dia akan menyelesaikannya. Dua
gadis dikelasku: Dina dan Cece,, heboh_seru dan cerdas.
Menjelang petang.. kutingggalkan sekolah untuk kembali ke
kota padang.. kota dimana beberapa hari belakangan terjadi kelangkaan BBM. “mau
beli minum dulu kak?” tawar adri dan aku segera mengangguk.. mobil kami merapat
di sebuah kedai kecil ditepi jalan, “disini ada capuccino keju lho kak” ujarnya
antusias, “ada sate pisang juga ya?” retorisku ketika melihat menu yang
tersedia. Tidak lama kami berhenti sebab kami harus segera pulang kepadang. Coba
tebak berapa satu tusuk sate pisang crispy, dengan margarin, meses coklat, susu
coklat, parutan keju, dll itu dihargai disini?? Rp 2.000,- hahaha.. gak nyangka
semurah itu. Kemudian tebak lagi berapa cappucino cincau dengan parutan keju
dkk itu dijual disini?? yuph.. Rp 3.000 saja.
“penjual itu nyari
untung atau cuma cari pahala dengan derma??” pikirku sendiri sebab biaya
produksinya saja kutaksir melebihi harga jual,, tapi entahlah_ nyatanya si
penjual masih betah dengan dagangannya dan tidak merasa rugi dengan harga jual
tersebut. phufft.. sudahlah_ aku lelah, istirahat sejenak hingga sampai di kota bengkuang.
0 Comments:
Posting Komentar