L

Header Ads
Tiny Star

puzzle 1

Aku bingung bagaimana caranya mengawali cerita, hari ini terlalu berbeda. Pagi setiba dikantor,, rutinitas jari telunjukku menunaikan tugas pertamanya di scanfinger, Kemudian koran giliran kedua.. sesaat setelah headline kubaca terdengar bunyi dari laptop bahwa ada pesan mendarat di inbox. Sedikit rasa penasaran pada seseorang yang terlalu bersemangat mengirimiku pesan diminggu pagi.

“saya punya kisah” singkat isi pesan itu, dan aku segera tahu bahwa teman baikku itu ingin berbagi, “ya.. kisah apa yang kamu punya?” lekas kujawab dan tak lama terdengar lagi bunyi yang sama untuk kedua kalinya..

“dia,, menawariku jadi istrinya”, wajahku merona.. teman baikku ditawari dengan sesederhana itu, “aku sudah baca judulnya,, dapatkah kutahu lebih lanjut bagaimana isinya?”, kali ini entah karena didampingi oleh rasa penasaran.. cukup lama aku menunggu pesan darinya,, koran yang tadi kubuka segera kulipat kembali,, ada yang lebih menarik dari pada tulisan si kuli tinta.

“sudah dua kali dia mengajukan pertanyaan serupa dan kutanggapi dengan bercanda sebab tak pernah terpikirkan bahwa dia akan serius dengan kalimat sesederhana itu, sungguh berbeda dengan inginku selama ini,, bahwa seseorang  yang nanti meminta kesediaanku haruslah punya cara yang indah, punya rangkaian kata-kata yang manis untuk dikenang ketika sudah berumah tangga” pesan selanjutnya yang segera kutanggapi dengan satu kata “lalu?”.. “kali ketiga dia bertanya, aku mulai curiga.. apa memang dia serius dengan kalimat-kalimat itu sehingga kubalikkan pertanyaan serupa ‘apa abang mau jadi suamiku?’ dan segera dijawab dengan satu kata yang aku yakin kamu sudah bisa menebaknya. Tahu apa yang kurasa? Panik.. tentu saja, dia yang selama ini terlalu sering kurepotkan malah menawarkan diri lebih lanjut untuk selalu kurepotkan, dia yang selama ini dikenal tidak terlalu banyak bicara sekarang menawarkan diri menjadi pendengar omelanku yang tak kunjung berujung”

 Aku tertawa membaca ceritanya,, “lalu?” masih kata yang sama,, “aku ingat bahwa Rasulullah mempermudah urusan ini, maka aku tak punya hak membuatnya terlihat rumit..” terlalu singkat jawaban yang kuterima, “lalu??” waktu berjalan dengan pelan dan pesannya tak kunjung hadir. BUZZ, berusaha mengingatkannya bahwa aku menunggu namun tak ada respon, BUZZ lagi dan lagi hingga dia datang dan berkata “apa kamu tak punya kata selain ‘lalu’??” aku terkekeh sendiri menyadari bahwa temanku ini masih mudah emosi, “calmdown,, aku penasaran dan tak punya kata lain untuk mengekspresikannya” balasku cepat, “dan lagi.. mulailah untuk tidak pemarah” sambungku kemudian. “lalu.. tunggu saja kisahku selanjutnya, sebab akan ada banyak hal mengejutkan yang kubagi nanti”, “ayolah.. kalau kamu punya kisah itu hari ini,, kenapa harus ditunda hingga nanti??”, “hari ini cukup itu saja..he..he..”, rasanya aku mendengar tawa kemenangan miliknya karena telah membawaku dalam rasa ingin tahu yang tinggi. Phufft.. aku diam_ percuma memaksanya berbicara karena sejauh ini aku tak pernah berhasil melakukannya. Setidaknya pagi ini aku tahu bahwa satu persatu temanku tengah melangkah untuk menggenapkan separuh agamanya.
 

0 Comments:

Posting Komentar