Aku bingung
bagaimana caranya mengawali cerita, hari ini terlalu berbeda. Pagi setiba
dikantor,, rutinitas jari telunjukku menunaikan tugas pertamanya di scanfinger,
Kemudian koran giliran kedua.. sesaat setelah headline kubaca terdengar bunyi dari laptop
bahwa ada pesan mendarat di inbox.
Sedikit rasa penasaran pada seseorang yang terlalu bersemangat mengirimiku
pesan diminggu pagi.
“saya punya kisah”
singkat isi pesan itu, dan aku segera tahu bahwa teman baikku itu ingin
berbagi, “ya.. kisah apa yang kamu punya?” lekas kujawab dan tak lama terdengar
lagi bunyi yang sama untuk kedua kalinya..
“dia,, menawariku
jadi istrinya”, wajahku merona.. teman baikku ditawari dengan sesederhana itu,
“aku sudah baca judulnya,, dapatkah kutahu lebih lanjut bagaimana isinya?”,
kali ini entah karena didampingi oleh rasa penasaran.. cukup lama aku menunggu
pesan darinya,, koran yang tadi kubuka segera kulipat kembali,, ada yang lebih
menarik dari pada tulisan si kuli tinta.
“sudah dua kali dia
mengajukan pertanyaan serupa dan kutanggapi dengan bercanda sebab tak pernah
terpikirkan bahwa dia akan serius dengan kalimat sesederhana itu, sungguh
berbeda dengan inginku selama ini,, bahwa seseorang yang nanti meminta kesediaanku
haruslah punya cara yang indah, punya rangkaian kata-kata yang manis untuk
dikenang ketika sudah berumah tangga” pesan selanjutnya yang segera kutanggapi
dengan satu kata “lalu?”.. “kali ketiga dia bertanya, aku mulai curiga.. apa
memang dia serius dengan kalimat-kalimat itu sehingga kubalikkan pertanyaan
serupa ‘apa abang mau jadi suamiku?’ dan segera dijawab dengan satu kata yang
aku yakin kamu sudah bisa menebaknya. Tahu apa yang kurasa? Panik.. tentu saja,
dia yang selama ini terlalu sering kurepotkan malah menawarkan diri lebih
lanjut untuk selalu kurepotkan, dia yang selama ini dikenal tidak terlalu
banyak bicara sekarang menawarkan diri menjadi pendengar omelanku yang tak
kunjung berujung”
Aku tertawa
membaca ceritanya,, “lalu?” masih kata yang sama,, “aku ingat bahwa Rasulullah
mempermudah urusan ini, maka aku tak punya hak membuatnya terlihat rumit..”
terlalu singkat jawaban yang kuterima, “lalu??” waktu berjalan dengan pelan dan
pesannya tak kunjung hadir. BUZZ, berusaha mengingatkannya bahwa aku menunggu
namun tak ada respon, BUZZ lagi dan lagi hingga dia datang dan berkata “apa
kamu tak punya kata selain ‘lalu’??” aku terkekeh sendiri menyadari bahwa
temanku ini masih mudah emosi, “calmdown,, aku penasaran dan tak punya kata
lain untuk mengekspresikannya” balasku cepat, “dan lagi.. mulailah untuk tidak
pemarah” sambungku kemudian. “lalu.. tunggu saja kisahku selanjutnya, sebab
akan ada banyak hal mengejutkan yang kubagi nanti”, “ayolah.. kalau kamu punya
kisah itu hari ini,, kenapa harus ditunda hingga nanti??”, “hari ini cukup itu
saja..he..he..”, rasanya aku mendengar tawa kemenangan miliknya karena telah
membawaku dalam rasa ingin tahu yang tinggi. Phufft.. aku diam_ percuma memaksanya
berbicara karena sejauh ini aku tak pernah berhasil melakukannya. Setidaknya
pagi ini aku tahu bahwa satu persatu temanku tengah melangkah untuk
menggenapkan separuh agamanya.
0 Comments:
Posting Komentar