L

Header Ads
Tiny Star

:wujud kepedulian:

Ruang kerja.
Pintu terkuak dan seorang perempuan dengan jilbab lebar masuk sambil tersenyum dan berucap salam, rasanya aku mengenalnya dan sedikit ragu kusapa. “kak cinta?” Benar.. dia menoleh dan menatapku dengan pandangan tidak biasa, “eh.. iya, siapa ya?” aku menyebutkan nama dan pembicaraan berlanjut kemana-mana, tapi dapat kulihat bahwa dia masih menatapku dengan pandangan asing.. biarlah.. itu biasa.

**

“fitri..” teman lamaku tiba-tiba berteriak ketika kuangkat telpon darinya,
“aku tahu kamu rindu, tapi tak perlu sehisteris itu” jawabku kemudian.
“kamu..! aku dapat cerita dari kak cinta,, sependek apa jilbabmu sekarang?” pertanyaan menusuk yang akhirnya menyadarkanku arti dari tatapan asing milik kak cinta.
“jilbab??” aku pura-pura bingung.
“iya,, kak cinta bilang bahwa nyaris dia tidak mengenalimu karena jilbabmu sangat pendek sekarang” aku tertawa pelan..
“ghibah..!” satu kata dengan intonasi datar
“ha,.ha.. memang benar  bukan?” dia membela diri.
“karena benar itu makanya kukatakan ghibah, jika salah.. namanya fitnah” kembali tawanya terdengar.
“sudahlah.. akui saja, sependek apa jilbabmu sekarang??”.

**

“kak cinta” sapaku lagi ketika kali kedua bertemu dengannya diruang kerja.
“kakak ngomongin fitri ke dina ya?” kulihat sedikit terkejut diwajahnya
“iya.. jilbab fitri tambah pendek aja” jawabnya ringan
“ghibah lo kak..” ujarku sambil tersenyum dan wajah tidak senang segera tergambar.
“biarin.. kan memang benar jilbab fitri sekarang udah pendek sekali”
“he..he.. kak sejak kapan berjilbab syar’i” aku memutar topik, takut terjadi korsleting dari arus kami.
“alhamdulillah setelah melahirkan.. kak dapat hidayah, insyaallah akan kak jaga” wajahnya berseri .
Lagi, aku tersenyum.. entah perasa-ku terlalu sensitif menangkap ujung kalimat tersirat yang baru saja kudengar. Ya.. aku tidak tahu perkara mendapat hidayah, akupun tidak tahu perkara menjaga hidayah.. yang aku tahu adalah pemahaman agamaku masih teramat dangkal sehingga dosaku mungkin masih tinggi menggunung karena ketololan yang kuciptakan sendiri.

“jika tidak ingin dinilai oleh orang lain,, maka tinggal saja di Mars” ujar temanku ketika aku bercerita tentang kejadian itu. Dan dia benar.. selagi masih hidup di Bumi,, maka selagi itu pula penilaian orang lain itu tidak dapat dihindari sebab itu adalah wujud kepedulian yang mereka tampakkan.

0 Comments:

Posting Komentar