petang, 26.06.13
Mendung menggelayuti
langit kota, sejenak tadi sempat hujan tapi tak lama.. mungkin uap air itu
masih dititahkan untuk bertahan dan mengambang di Litosfer kota kami.
Aku dan
seorang teman bergegas menuju toko tujuan kami, hendak membeli beberapa barang
kebutuhan bulanan,, tidak ingin menyia-nyiakan waktu karena sepertinya tidak
lama lagi hujan akan turun lagi lebih deras.
“hap”..
satu tangan menangkap lenganku, sedikit terkejut aku menoleh pada pemilik
suara.
“rica?”
senyumku menetralisir keterkejutan.
“dari
mana kamu?” tanyanya memperhatikanku
“pulang
kerja, ada yang mau dibeli. Dari mana cha?”
“ketemu
teman” jawabnya singkat dan kulihat dia tengah memperhatikan sesuatu..
“futur
kamu sekarang” lanjutnya dengan intonasi yang sulit kutebak maksudnya, tapi
dari wajahnya terlihat keseriusan.
“hehe..”
aku membunuh ketidaknyamanan.
“oia..
aku harus bergegas, keburu hujan” bergegas kupamit dan mengejar temanku yang
sudah duluan berjalan.
**
Menunggu angkot
penuh, kegiatan yang bagi sebagian orang termasuk hal yang membosankan. Tapi menurutku
tidak, ada banyak hal yang bisa kita kerjakan contohnya seperti yang saat ini
kulakukan.. bercengkrama dengan pikiran sendiri tentang makna futur yang baru
saja disandangkan seorang teman untukku.
Perasaan: “Ah.. aku
tahu, futur yang dimaksudnya bukanlah sebuah aliran musik atau pandangan yg
lebih mementingkan pemenuhan arti masa depan.. bukan..! aku tahu maksudnya
adalah kondisi ruhiyyah yang sedang menurun. apa ukuran jilbab menjadi acuan ke’futur’an
tersebut? Jadi apa hubungan ibadah dengan ukuran jilbab padahal sama-sama syar’i?
Berapa beda pahala untuk masing-masing ukuran jilbab? Ah.. atau biar kutebak,
mungkin pemakai jilbab yang lebih lebar itu punya hati yang lebih khusu’ dalam
beribadah? Makanya ketika futur, ukuran jilbabnya berkurang. Nah.. atau lagi,
orang-orang dengan jilbab ukuran sedang sepertiku kurang baik? Kurang sopan? Kurang..
phufft,,”
Pikiran: “bukan..bukan.. bukan seperti itu, jangan menyamakan semua hal,
mereka berada di folder berbeda, coba sekarang: apakah yang bersih itu selalu
suci? Ataukah yang suci itu selalu bersih?”
Perasaan: “yang suci itu pasti bersih.. tapi yang bersih belum tentu
suci”
Pikiran: “itu dia kawan, jangan salah memaknai banyak hal. Perintah yang
turun itu adalah menutup aurat dengan benar: tidak transparan, menutup dan
bukan membungkus, tidak menyerupai pakaian laki-laki (dan sebaliknya) atau
pakaian wanita kafir, dan bukan bertujuan menarik perhatian. Udah..!”
Perasaan: “tapi tadi?”
Pikiran: “sudahlah.. apa dia yang mencatat amalanmu?”
Perasaan: “tidak”
Pikiran: “ya sudah_ selesaikan?”
Perasaan: “baiklah..”
Dan cengkrama dalam kepalaku dimenangkan oleh otak.. perasaanku sudah
tenang. Ah.. peduli apa aku dengan anggapan orang.
0 Comments:
Posting Komentar