L

Header Ads
Tiny Star

aku ingin Gila

Sungguh..aku ingin gila saja ketika tamu yang telah empat minggu kutunggu tak kunjung menanpakkan diri, ada apa ini? Tanyaku cemas tanpa harap. Ini memang bukan kali pertama dia terlambat datang tapi ini kali pertama kurasa ada sesuatu diperutku yang menghalanginya untuk berkunjung. Bersama cemas dan takut, kudekati penjaga apotek..dan kuminta testpack dengan nada bergetar..

Tuhan,,tolong jangan ada dua garis nanti? Bisikku ragu bahwa Dia masih mau mendengar pintaku.. sebelum alat itu kubuka, kucari seorang yang telah membuat cemas ini makin nyata tapi dia entah kemana, tanpa kabar dia menghilang dan akupun tak tahu harus menghubunginya kemana semenjak pacar barunya itu berubah jadi sosok teramat posesif. Ah..biarlah kupastikan dulu gumamku ragu menggunakan alat itu.

Tuhan..aku ingin gila saja lolongku dikamar mandi ketika mendapati garis kedua muncul dialat itu. Kenapa sekarang? Protesku. Izinkan aku gila tuhan agar malu ini tak perlu kutanggung.!

Minggu pertama berjalan sangat cepat, mungkin karena waktuku dihabiskan untuk memikirkannya serta mencari keberadaan ayahnya,,dan diakhir pekan_sempat kutemui dia dihalte bus, itupun hanya kebetulan, sehingga segera kukatakan bahwa dirahimku ada anaknya, betapa kecewanya aku melihat ekspresi datar diwajahnya, tak ada riak terkejut disana sehingga aku berfikir..apakah informasi yang kusampaikan tadi sudah pernah didengarnya sebelum ini dari gadis lain? Kalau memang begitu..sungguh aku ingin gila saja karena tak ada harapan lain, “aku belum siap untuk menikah..kuliahku memang tinggal wisuda tapi aku tak ingin ibuku kecewa mengetahui bahwa aku menghamilimu, pun anganku masih panjang untuk cita-cita yang telah kurancang sebelumnya” tak ada kalimat yang mampu kulontarkan, hanya suara isak yang kian lama kian jelas “jangan menagis disini, apa kata orang nanti” bisiknya mengamit tanganku untuk menjauh dari orang-orang yang tengah menunggu bus dihalte tersebut. Kali ini arah langkah kami tanpa tujuan, yang jelas aku akan terus berjalan hingga solusi untuk bayi ini diperoleh.. “kita keluarkan saja” usulnya pendek dan aku tertegun semudah itu dia berkata untuk mengeluarkan bayiku, “aku yakin kamupun belum siap, bukan?” sambungnya kemudian dan sedikit ragu aku mengangguk. Aku memang belum siap mendapati ibuku pingsan mendengar kabar ini, aku memang belum sanggu mndengar kata-kata orang nanti tentang anak ini, akupun belum sanggup mengakhiri kuliahku yang tinggal dua semester lagi. “tenang saja, kubantu untuk mengeluarkannya” janjinya dengan nada lembut, selembut janjinya ketika itu bahwa tak akan ada bayi dirahimku. Kembali isakku terdengar lirih “jangan menagis lagi.. aku akan berusaha agar dia segera keluar” lanjutnya meneruskan langkah.

Seperti kesepakatan awal, kutunggu dia dihalte kemaren. Hening,,sepi,,hanya ada beberapa orang mahasiswa yang berlalu-lalang kekampus sebab ini adalah pekan terakhir sebelum ujian jadi kebanyakan UKM menunda acaranya. Sebuah motor berhenti tepat didepanku “ayo..aku tahu dimana memperoleh obatnya”, segera aku beranjak mengikutinya. “kabarnya didaerah ini ada obat yang bisa untuk menggugurkan kandungan” ucapnay diatas motor, aku berharap tak seorangpun yang mendengar kata-katanya kecuali aku. Tapi aku semakin yakin bahwa aku bukanlah gadis pertama yang pergi bersamanya keapotek ilegal ini.

Pil dengan ukuran lumayan besar harus kutelan setiap hari agar dia yang ada dirahimku keluar segera tapi sampai pil itu tak bersisa, tak ada apapun yang keluar dari rahimku kecuali rasa sakit yang sangat hingga aku berfikir ada api didalam sana. “masih belum?” tanyanya tak percaya ketika kujelaskan bahwa pil itu tidak mampu berbuat apa-apa. “kita urut saja?” usulnya kemudian dan kamipun berangkat menuju rumah seorang ibu setengah baya yang kabarnya bisa membantu kesulitan orang-orang seperti kami..

Rasa sakit setelah minum obat kemaren masih terasa tapi aku harus segera mengeluarkannya sebelum 40 hari karena kudengar pada usia 40 hari, roh sudah ditiupkan pada janin ini..aku tak mau membunuhnya, aku hanya belum menginginkannya.. “ayo” desak mantan pacarku, dan dengan takut kuhampiri ibu tersebut, tangannya mulai mengurut perutku, sakit… tapi aku harus bertahan sampai semua ini selesai,,awalnya memang hanya bagian perut tapi setelah itu dia menyuruhku menelungkup..menginjak punggungku karena katanya janin itu menempel didinding rahim. Aku tak tahu lagi apa yang dilakukannya pada punggung dan perutku karena yang kurasa hanya sakit yang sangat.. setelah ibu tersebut selesai,dia menyarankanku memakan nenas putih.. entahlah_aku tak tahu jenis apa itu karena yang kutahu saat ini bagaimana agar sakit ini segera sembuh.

Selang seminggu, masih belum ada tanda-tanda.. hufh…engkau memang keras kepala..! sekeras kepala ayahmu kurasa..! bentakku menampar perut. Untuk kesekian kalinya kutemui lagi mantan pacarku, dan kali ini dia terlihat mulai muak dengan bayi kami.. “aku tahu dia sedikit keras kepala, jadi ini obat terakhir yang kuyakin bisa membuatnya patuh” dia menyerahkan satu pil asing dan terkahir kutahu dia harus menyerahkan fotocopy KTP sebaga jaminan untuk memperoleh pil ini, sebagai jaga-jaga kalau polisi mencium keberadaan obat yang mungkin sungguh sangat terlarang ini maka sipenjual juga bisa menyeret mantan pacarku bersamanya.

Dengan harap yang nyaris pupus serta keraguan yang mulai menyapa agar aku membiarkan bayi ini untuk hidup maka kutelan pil itu. Satu jam kemudian kurasa sakit diperutku, ada yang meregang disana, pun sepertinya ada yang menderita dalam rahimku melebihi deritaku saat ini.. aku menangis, lebih tepatnya meraung menyesali diri, kenapa aku begitu tega membunuh anakku sendiri? Mengapa aku menyakitinya sedangkan dia tak pernah memilih ada dirahimku? mengapa dosaku menjadi derita yang membuatnya harus berakhir seperti ini? Maafkan aku nak,,jika kali ini engkau masih belum mau keluar, biarlah kurawat engkau hingga tumbuh besar seperti bayi lain, kujaga engkau seperti nenekmu menjagaku, kulindungi engkau jika ayahmu masih ingin engkau pergi.. tenanglah.. bisikku sendiri dan sedetik kemudian aku tertawa menyadari bahwa aku bicara sendiri “tuhan..apa aku memang sudah gila seperti pintaku akhir-akhir ini?”. Seharian aku meringkuk dalam kamar, menikmati kesendirianku dengannya, bercengkrama bersama bayi yang mungkin sudah tak lagi terhubung dengan tali pusarku..

Aku pucat pasi, nyaris lupa bernafas menatap onggokan daging berdarah yang berbentuk bayi meringkuk, tangisku pecah melihat warna kehitaman didadanya, tepat disekitar tali pusar.. apa ini karena pil itu nak? Gumamku takut.. lama aku menatapnya yang tengah tertidur pulas, memang kepalanya belum terbentuk sempurna tapi dia terlihat cantik, tangan dan kaki melindungi tali pusar yang terhubung ketubuh kecilnya.. kembali aku meraung tanpa suara, andai dia kubiarkan hidup..!!

0 Comments:

Posting Komentar