L

Header Ads
Tiny Star

privat pertama

Pagi-pagi, tengah bersiap untuk berangkat kerja ketika sebuah pesan singkat mendarat di Hp-ku,, dari seorang teman kerja yang bertanya mengenai kesediaan mengajar privat ekonomi. wow.. aku yang tidak pernah sekalipun mengajar privat tentu saja girang bukan kepalang. Segera kujawab dengan persetujuan sebelum akhirnya nomor tidak dikenal menghubungiku, dan ternyata adalah orang tua siswa yang akan kuajar. Ah.. bahagia sekali rasanya dapat kesempatan ini.
Sesuai kesepakatan, pertemuan pertama kami setelah maghrib hari ini dirumahnya. Ya.. meski aku belum tau dimana lokasi rumahnya tapi dengan sangat yakin aku menyetujui.. pulang kerja jam 6 dan bersiap-siap untuk berangkat mencari rumah siswa tersebut. Seorang teman kerja menawarkan diri untuk mengantar, awalnya aku menolak padahal berharap. Meski akhirnya diantar hingga ke bel pintu (hahaha.. keberuntungan orang-orang berpuasa  #nah lho..hubungannya?).
Canggung.. itu kata pertama ketika memasuki rumah mewah dan mungil itu. ‘Inspiratif’ menurutku, ada kolam kecil berisi ikan koi, jalan setapak dari batuan alam menuju sebuah taman yang tepat membelah kolam itu. Dan setelah berbuka dengan segelas teh hangat dan shalat maghrib. Kumulai tugas bersejarah itu. Kali pertama selalu tidak terlupakan bukan? Jadi aku ingin semua ini jadi kenangan manis nanti.
Ketika proses belajar tengah berlangsung, ibu siswaku pulang bersama putra keduanya. Ada yang tidak biasa, tapi berusaha kutepis.. ‘semuanya baik-baik saja’ ulangku beberapa kali didalam hati.
“ustadzah.. ustadzahnya kak billi ya?” cadel dengan intonasi anak usia 6 tahun.
Aku tersenyum dan mengangguk. “namanya siapa?” ah.. kuharap prediksiku tidak salah.
“nama saya dafa, usia saya 12 tahun, saya baru pulang terapi sama mama, saya lapar, saya mau makan” ujarnya dan berlari pergi menuju dapur.
Kembali aku tersenyum dan melanjutkan pelajaran.
**
“itu anak kedua saya bu” ujar bu inggit ketika mengantarku pulang kerumah setelah isya.
“usianya 12 tahun tapi kemampuannya sama dengan anak usia 6 tahun. baru umur 9 dia bisa berbicara bu, setelah terapi selama 3 tahun” aku mengangangguk dan merespon sebaik yang kumampu.
“pertama saya tahu dia autis, rasanya ingin berhenti bekerja.. rasanya ingin selalu bersama dia dan melakukan apa saja yang saya bisa untuk menyembuhkannya, tapi biaya terapi anak autis tidak murah bu, saya kembali bekerja” lanjut bu inggit yang terakhir kutahu adalah seorang notaris.
“pilihan ketika itu, saya berhenti bekerja dan merawatnya, atau saya tetap bekerja untuk dana terapinya. Saya pilih yang kedua bu.. sebab percuma saya berhenti bekerja dan merawatnya padahal saya tidak punya cukup ilmu untuk itu” kenangnya.
**
Hari kedua, Kembali aku sampai dirumah itu, rumah dengan pagar tinggi berwarna putih. Seorang ibu separuh baya membukakan pintu, menyilakan kumasuk, membuatkan secangkir teh hangat dengan senyum tidak kalah hangat.
Billi ternyata sudah menunggu ditaman, dengan whiteboard bersih berdiri tegak disampingnya. Kumulai lagi pelajaran kali ini dengan basmalah dan semua berjalan lancar hingga 75 menit kemudian. Hari ini rumah tersebut sepi, tidak terlihat dafa dan ibunya. Namun beberapa lama kemudian ayah billi datang dan bertanya aneh-aneh tentang ekonomi pada putranya. Mereka terlihat persis sama, bukan postur ataupun perawakan, tapi sama-sama keras kepala. Terakhir kutahu bahwa ayah billi telah menyelesaikan S3nya di USA.. ah,,awalnya memang sedikit canggung berhadapan dengan seorang doktor dibidang ekonomi, tapi segera pikiran itu kutepis jauh-jauh.. nyatanya aku yang sekarang mengajar putranya.
Sebelum pulang, ibu billi muncul dari dalam rumah menuju taman, menyodorkan sebuah amplop dengan senyum dan terimakasih. Ah.. privat pertamaku berakhir.

0 Comments:

Posting Komentar