Mendung menggelayuti langit kota ketika
adzan maghrib membawa langkahku kesebuah mushalla. Beberapa jamaah telah
bersiap dengan mukena rapi.. berdiri disepanjang sajadah sambil sesekali
melirik kiri-kanan. Aku segera berwudhu, tidak ingin tertinggal meski satu
ruku’pun.
Selepas shalat aku langsung menuju tempat
yang dituju, sebuah toko buku bertingkat tiga di jalan pemuda. Ada beberapa
buku yang sedang kucari untuk tugas akhir kakakku. Langkahku sempat terhenti
ketika informasi aroma sate dipinggir jalan sampai di otakku,, perutku
berbunyi. Ah,, nanti saja pikirku dan
meneruskan langkah.
Mendekati pukul 9 malam, aku masih belum
menemukan buku yang kucari. Toko buku mulai sepi, beberapa orang mulai beranjak
pulang mumpung hujan sudah sedikit reda. Kuputuskan juga untuk pulang.. tak ada
gunanya aku berlama-lama disini.
“dilla?” sapa seseorang
Aku menoleh segera “ya?”
“kamu pasti sudah lupa denganku,, sudah
lama kita tidak bertemu”
Bagaimana aku bisa lupa dengan mata itu,
mata yang sempat menghanyutkanku. Bagaimana aku bisa lupa dengan tangan itu,
tangan yang membuatku sangat ingin menyentuhnya.
“aku ingat” jawabku singkat, dan dia
mengambil tempat disebelahku, sedikit jarak. Aku tidak suka situasi ini,
situasi dimana hanya ada aku dan dia di halte lengang serta gerimis yang
melambat ketika melewati lampu jalan.
“apa kabarmu?” suara beratnya kembali
terdengar. Apa yang harus kujawab? Apa aku harus berkata bahwa aku masih merasa
sakit ketika tanpa kabar dia menghilang.
“baik” satu kata yang membuat suasana
beku..
“maaf tidak datang wisudamu, dimana kerja
sekarang?”
Aku meliriknya lewat ujung mata, mengukur
seberapa penyesalan yang ada ketika dia mengucapkan kata maaf. Tapi yang
kudapati adalah tubuh kurus dengan wajah tirus.. dan baru kusadari,, dia
berbeda jauh dengan terakhir kali kulihat.
“kamu sehat?” sedikit menyesal kalimat
itu terlontar. Apa peduliku..!.
“alhamdulillah..” jawabnya tersenyum.
Hening sejenak, dan sebuah angkot menepi.
“aku duluan” tanpa menoleh aku
meninggalkannya.. malam membawa kembali dia padaku, dia yang harus punya alasan
mengapa tiba-tiba menghilang.
*bersambung
0 Comments:
Posting Komentar