Suatu
sore.. dalam perjalanan pulang kerja, seseorang menepuk pundakku pelan.
“kakak?”
sapanya ragu.
“hae..
citra?” aku terlonjak tak percaya, gadis kecilku kini menggendong seorang bayi
kecil.
“apa
kabar?” lanjutku lagi..
“alhamdulillah
sehat kak.. kakak gimana?”
Cerita
kami berlanjut tentang aktivitas setelah lulus sekolah menengah atas. Ternyata
setahun yang lalu dia menikah setelah menamatkan D3 bidang kebidanan.
“kapan
kakak menyusul?”
“haha..
secepatnya, insyaallah” ringan kujawab namun berat kurasakan.
***
“buk...
bilo baralek?” seseorang bertanya lewat obrolan disebuah jejaring sosial
“siap
rayo aji.. hahaha” jawabku sekenanya, tapi mengena dihatiku sendiri
***
“assalmu’alaikum..”
semangat kujawab telpon salah seorang kawan lama. Sudah lama kami tidak
berkomunikasi,,
“chipep
menikah tanggal 25 besok, sudah dapat kabar?” ujarnya setelah bertukar kabar
“belum..”
“masih
lama, mungkin dalam minggu ini kamu dapat undangan,, heheh..by the way lisa udah punya dua lho..” aku tersenyum..
hafal dengan lanjutan pertanyaan tersebut.
“iya..
dan kamu masih satu.. kapan nambah?” berusaha mengulur waktu.
“untuk
sementara cukup.. kamu kapan promosi jabatan?”
Phufft..
akhirnya pertanyaan itu datang juga
“haha..
entahlah”
“ayo..
apalagi yang kamu tunggu? Kuliah udah.. kerja udah.. nunggu apalagi?” desaknya.
“nunggu
dia datang”
“siapa
dia?” burunya bertanya, dan kujawab dengan tawa
“hm..
dari dulu kamu gak berubah. aku yakin dia belum ada, kapan kamu mulai mencari?”
“haha..
tau aja loe,, nyari?? Aku gak sempat” jawaban yang kurang tepat.. sebab sejurus
kemudian kawan lama tersebut sudah berpetuah sepanjang waktu yang telah kami
lewati sendiri-sendiri. Beruntung kemudian putrinya menangis sehingga aku
selamat.
***
“eh..
kapan pulang?” sapa wanita paruh baya yang berkunjung kerumahku
“baru
sampai mak wo.. mak wo sehat?”
“alhamdulillah..
batuk sedikit” jawab beliau dengan pandangan yang tidak kumengerti.
Sesaat
setelah mak wo tersebut pulang, ibu menemuiku sambil tersenyum tak jelas.
“ada
apa bu?” penasaranku bertanya.
“mak
wo tadi.. menawarkan anak bungsunya” giliran aku yang tersenyum,, dipaksakan.
“sudah
waktunya memikirkan hal itu nak.. sudah berapa umurmu sekarang”
“masih
jalan 25 ibu..” aku sedikit merajuk,,
***
Phufft..
konspirasi macam apa ini,,
0 Comments:
Posting Komentar