Akhir
pekan dimulai..
Rabu
kali ini berbeda dari biasanya, aku yang setiap kamis dapat jadwal ‘dinas’
keluar kota untuk kali ini diizinkan libur.. cihuy,,aku suka dengan bibir
sedikit pucat akhir-akhir ini..
“hei..
besok aku libur” tulisku antusias pada sahabatku.
“mau
ketemuan?” retoris itu kuterima.
“dimana
kita bertemu besok?” kembali pesannya muncul setelah lama tidak kubalas.
“ditempat
biasa.. aku ingin es krim”
**
Aku sampai
5 menit sebelum janji.. tidak biasanya aku seperti ini.. tapi temanku itu
adalah makhluk paling cerewet masalah waktu. Dia akan ngomel panjang jika aku
membuatnya menunggu meski itu Cuma beberapa menit. Tepat seperti janji, dia
melewati pintu depan dengan jalan tergesa. Seperti biasa..
“wow..
sejak kapan kamu mengenakan warna merah jambu?” godaku ketika mendapatinya
dengan jilbab merah jambu dan baju kotak-kotak berpayet.
Dia cuma
tersenyum, banyak berubah.
“tapi
sayangnya jalanmu masih seperti dulu,, apa yang mengejarmu sehingga harus berjalan
secepat itu”
Kembali
senyumnya mengembang.. kali ini lebih sempurna
“waktu”
jawabnya masih dengan senyum yang tadi.
“baiklah..
aku sudah pesan dua”
“bagaimana
kabarmu?” dia bertanya kemudian
“haha..
jarang sekali kudengar tanya itu darimu” pancingku,, sungguh aku rindu serangan
balik darinya.
“mulai
sekarang akan sering..” singkat saja
“aku
baik..” jawabku makin singkat,, sungguh dia berbeda akhir-akhir ini,, lebih
tenang.
“cantik
jilbabmu sekarang?”
“haha..
jika kamu berniat mengatakan bahwa makin pendek,, percuma saja.. sudah banyak yang berkomentar seperti itu”
“he..
tidak, selama kamu nyaman” phufft.. nyaris dia tidak kukenali.
Pembicaraan
kami berlanjut kemana-mana, tentang pekerjaanku, tentang aktivitasnya, dan
akhirnya tentang dia.. setelah lama mencari celah untuk bertanya hingga gelas
es krimku kosong.
“baik-baik
saja” jawabnya diplomatis dan aku mulai tidak menyukai sikap tenangnya.
“he..he..
jangan memasang tampang seperti itu,..” ujarnya yang akhirnya menyadari kekesalanku.
“komunikasi
kami baik”
“masih
setiap akhir pekan?” tanyaku lagi
“tidak..
sejak dulu aku tidak ingin pacaran, pun aku tidak ingin seperti pacaran.. jadi
biar kujaga hatiku dan biar juga dia menjaga hatinya”
Aku belum
mengerti arah pembicaraannya “apa maksudmu ‘break’?”
“haha..
kami tidak punya ikatan apapun selain pertemanan,, mana ada istilah ‘break’?”
Aku manyun,,
berfikir..
“ha...
aku ingat,, dia pernah berkata bahwa kalian tidak ada ikatan apa-apa hingga dia
menjumpai orang tuamu, benar?” dia mengangguk
“dan, hingga dia kerumahmu,, komunikasi kalian seperlunya saja?” kembali dia
mengangguk.
“apa
dia setuju?” dia tersenyum lagi
“tidak
usah sering senyum.. aku masih normal” kesalku kembali datang.
“tentu
saja dia setuju, meski aku tidak menjelaskan alasannya, kurasa dia paham”
Phufft..
“kalian
aneh..” ujarku sebelum beranjak memesan segelas es krim lagi.
“aneh
dimana.. aku selalu tidak setuju dengan konsep ‘minta ditunggu’, ‘berjanji
sekian waktu’, dan apapun itu. aku percaya bahwa jodohku ada meski tidak tau
sekarang dimana, biar kusimpan rasa penasaran padanya hingga nanti pernikahan
menghalalkan semuanya. Aku tidak ingin banyak bertanya,, biar jadi misteri saja
hingga waktunya tiba. Sungguh aku ingin dia tapi aku tidak ingin mencampuri
rencana-Nya.. Dia tau segala yang terbaik untuk kami” diam sejenak “kamu
mengerti?”
Terpana..
sedewasa inikah temanku kini? Aku ingat setiap potong ceritanya, setiap
rengekan bungsu miliknya, setiap bimbangnya..
“ya..ya..
aku mengerti” ringan kujawab
“aku
cuma belum mengerti.. apa yang membuatmu berubah secepat ini?”
0 Comments:
Posting Komentar