L

Header Ads
Tiny Star

puzzle 6

Akhir pekan dimulai..

Rabu kali ini berbeda dari biasanya, aku yang setiap kamis dapat jadwal ‘dinas’ keluar kota untuk kali ini diizinkan libur.. cihuy,,aku suka dengan bibir sedikit pucat akhir-akhir ini..

“hei.. besok aku libur” tulisku antusias pada sahabatku.

“mau ketemuan?” retoris itu kuterima.

“dimana kita bertemu besok?” kembali pesannya muncul setelah lama tidak kubalas.

“ditempat biasa.. aku ingin es krim”

**

Aku sampai 5 menit sebelum janji.. tidak biasanya aku seperti ini.. tapi temanku itu adalah makhluk paling cerewet masalah waktu. Dia akan ngomel panjang jika aku membuatnya menunggu meski itu Cuma beberapa menit. Tepat seperti janji, dia melewati pintu depan dengan jalan tergesa. Seperti biasa..

“wow.. sejak kapan kamu mengenakan warna merah jambu?” godaku ketika mendapatinya dengan jilbab merah jambu dan baju kotak-kotak berpayet.

Dia cuma tersenyum, banyak berubah.

“tapi sayangnya jalanmu masih seperti dulu,, apa yang mengejarmu sehingga harus berjalan secepat itu”

Kembali senyumnya mengembang.. kali ini lebih sempurna

“waktu” jawabnya masih dengan senyum yang tadi.

“baiklah.. aku sudah pesan dua”

“bagaimana kabarmu?” dia bertanya kemudian

“haha.. jarang sekali kudengar tanya itu darimu” pancingku,, sungguh aku rindu serangan balik darinya.

“mulai sekarang akan sering..” singkat saja

“aku baik..” jawabku makin singkat,, sungguh dia berbeda akhir-akhir ini,, lebih tenang.

“cantik jilbabmu sekarang?”

“haha.. jika kamu berniat mengatakan bahwa makin pendek,, percuma saja..  sudah banyak yang berkomentar seperti itu”

“he.. tidak, selama kamu nyaman” phufft.. nyaris dia tidak kukenali.
Pembicaraan kami berlanjut kemana-mana, tentang pekerjaanku, tentang aktivitasnya, dan akhirnya tentang dia.. setelah lama mencari celah untuk bertanya hingga gelas es krimku kosong.

“baik-baik saja” jawabnya diplomatis dan aku mulai tidak menyukai sikap tenangnya.

“he..he.. jangan memasang tampang seperti itu,..” ujarnya yang akhirnya menyadari kekesalanku.

“komunikasi kami baik”

“masih setiap akhir pekan?” tanyaku lagi

“tidak.. sejak dulu aku tidak ingin pacaran, pun aku tidak ingin seperti pacaran.. jadi biar kujaga hatiku dan biar juga dia menjaga hatinya”

Aku belum mengerti arah pembicaraannya “apa maksudmu ‘break’?”

“haha.. kami tidak punya ikatan apapun selain pertemanan,, mana ada istilah ‘break’?”

Aku manyun,, berfikir..

“ha... aku ingat,, dia pernah berkata bahwa kalian tidak ada ikatan apa-apa hingga dia menjumpai orang tuamu, benar?” dia mengangguk

“dan, hingga dia kerumahmu,, komunikasi kalian seperlunya saja?” kembali dia mengangguk.

“apa dia setuju?” dia tersenyum lagi

“tidak usah sering senyum.. aku masih normal” kesalku kembali datang.

“tentu saja dia setuju, meski aku tidak menjelaskan alasannya, kurasa dia paham”

Phufft..

“kalian aneh..” ujarku sebelum beranjak memesan segelas es krim lagi.

“aneh dimana.. aku selalu tidak setuju dengan konsep ‘minta ditunggu’, ‘berjanji sekian waktu’, dan apapun itu. aku percaya bahwa jodohku ada meski tidak tau sekarang dimana, biar kusimpan rasa penasaran padanya hingga nanti pernikahan menghalalkan semuanya. Aku tidak ingin banyak bertanya,, biar jadi misteri saja hingga waktunya tiba. Sungguh aku ingin dia tapi aku tidak ingin mencampuri rencana-Nya.. Dia tau segala yang terbaik untuk kami” diam sejenak “kamu mengerti?”

Terpana.. sedewasa inikah temanku kini? Aku ingat setiap potong ceritanya, setiap rengekan bungsu miliknya, setiap bimbangnya..

“ya..ya.. aku mengerti” ringan kujawab

“aku cuma belum mengerti.. apa yang membuatmu berubah secepat ini?”

“waktu” jawabnya kemudian tertawa.

0 Comments:

Posting Komentar