L

Header Ads
Tiny Star

230221

Usai menunaikan amanah.

"Bundo, Hauna digigit Dziya" rengek Hauna ketika melihatku menuruni tangga, sepertinya sudah cukup lama dia menunggu di lantai satu.

"Astaghfirullah ... Dziya" Gumamku melihat lengan Hauna yang mulai berwarna biru gelap.

"Sakit ya, Nak? Bundo tiup ya".

"Hah, ada apa?" Dziya berlari mendekat, wajahnya polosnya tampak penasaran.

"Lengan kakak sakit, Dziya gigit?".

"Iyayah" cepat dia menjawab.

"Kenapa, Nak?"

"Kakak papaye papaye" ujarnya dengan nada jengkel.

"Kakak ... " Bundo beralih menatap Hauna.

"Gak ada, kakak main-main aja" kilahnya.

"Boleh salah, tapi gak boleh bohong"

"Kakak papaye papaye" lagi, Dziya mengulang kalimatnya.

"Gak boyeh bohong, nanti yidahnya digunting, dijemu, digoyeng" ujar Dziya berapi-api.

"Benar kakak papale papale?" Hauna menunduk, senyum-senyum.

"Hauna tahu kan, Bundo dan Dziya gak suka kalau Hauna bilang 'tapi boong, papale papale' itu. Sungguh jengkel sekali Bundo". Senyum Hauna hilang sempurna.

"Boleh main, boleh bercanda ... Tapi gak boleh bohong. Rasulullah gitu, ketika bercanda pun gak pernah bohong".

"Maaf, Bundo" pelan sekali suara Hauna.

"Tuh, gak boyeh papaye papaye" Dziya merasa di atas angin.

"Adek juga, jangan gigit. Sakit sama Kakak. Adek mau Bundo gigit juga kalo berbuat salah?". Matanya berkedip-kedip.

"Layiiii" teriaknya menjauh dengan kaki kecil yang menggemaskan.


Kami gak punya Tiktok, tapi pergaulan dan lingkungan memperkenalkan Hauna pada banyak istilah-istilah itu.

0 Comments:

Posting Komentar