L

Header Ads
Tiny Star

puzzle 5

“apa kamu masih ingat kriteriaku dulu?”
Aku diam.. mencoba mengingat-ingat  rincian poin yang pernah disampaikannya.
“kriteria setelah memenuhi syaratkan?” aku mencoba mengalihkan sebab hanya beberapa yang berhasil kuingat.
“tentu saja.. syarat itu tak bisa diusik lagi” jawabnya cepat.
“hm.. pintar” tebakkan pertama yang kuyakin benar.
“ya.. apa lagi?”
Kembali otakku melakukan pencarian.
“hitam manis..” ujarku terkekeh,, aku masih ingat penjelasannya mengenai poin ini, dia bersikeras tidak mau yang berwarna terang sebab tak pernah ada ‘white sweet’ ujarnya,, yang ada Cuma ‘black sweet’ dan itu yang dia mau.
“benar.. kemudian?”
“hm.. beri aku bocoran” jawabku setelah lama terdiam.
“aku pernah berkata bahwa aku tidak mau lelaki kaya, lelaki yang dalam hidupnya serba ada.. aku ingin lelaki yang tau makna kata bersabar ketika keterbatasan mengekang keinginannya. Aku ingin dia yang terbiasa berjuang untuk mendapatkan apa yang dia butuh”
Aku mengangguk tipis,, ya.. dia pernah berkata seperti itu.
“lalu..?” aku mengakhiri paragraf pembuka.
“dia sepertinya dari keluarga itu” kembali otakku mencerna kata ‘itu’ sembari menyesuaikan dengan intonasi yang baru saja digunakannya.
“apa kamu ragu? Apa dia melanggar kriterimu karena orang tuanya kaya??”
“aku hanya tidak ingin dia menganggap rendah keluargaku”
“apa dia seperti itu?” tanpa jeda aku bertanya
“mungkin tidak.. lalu bagaimana dengan keluarganya? Aku sungguh tidak terima jika orang tuaku dipandang rendah hanya karena perkara harta” ada letupan emosi disana.
“ayolah.. tidak semua orang kaya seperti itu, pun.. apa kamu yakin dengan penilaianmu?”
“he..he.. tapi jika yang terjadi sesuai dengan  bayanganku, maaf saja.. tidak akan sulit mengakhiri semua itu demi orang tua”
“disaat kebanyakan perempuan menginginkan laki-laki kaya.. kamu malah menghindari” gumamku tak percaya
“aku ingin rumah tanggaku berdiri sendiri, aku ingin kami mandiri dengan uang dari hasil keringat kami” dia menghela nafas berat. “kamu tau bagaimana cara elang mengajarkan anaknya terbang dengan gagah..?”
“bagaimana?”
“dia akan melemparkan anaknya dari atas tebing tinggi, sesaat si anak merutuki  ibunya tapi tak henti berharap bahwa kaki kokoh ibunya akan segera membawanya kembali kesarang. ketika permukaan tanah semakin jelas,, saat itu dia berusaha mengepakkan sayap kecilnya, berhenti berharap pertolongan akan dan ternyata dia berhasil”
“lalu.. apa keputusanmu selanjutnya?”
Lama dia terdiam
“entahlah..”
Kembali aku tersenyum mendapati teman baikku terdengar gamang.
“jalani saja dulu” ujarku sebelum mengakhiri pembicaraan.. aku harus segera mengajar karena bel pertukaran jam sudah berbunyi.

0 Comments:

Posting Komentar