L

Header Ads
Tiny Star

:: umpan yang lezat ::

menjelang pergantian hari..

malam larut dalam nafas teratur mereka yang tertidur disebelahku, hari ini aku kecewa,, meski sahabatku pernah berkata bahwa kecewa itu jangan ditulis dan kalaupun hendak ditulis maka tulislah pada secarik kertas untuk kemudian diterbangkan bersama angin sore menuju laut. Ah.. sungguh hari ini aku berada diposisi yang tidak bisa dibilang nyaman. Aku tersudut, antara menolong dan menggolong. Entahlah.. aku bahkan tidak ingat bagaimana kisah ini bermula, tapi yang pasti kuingat.. kisah ini harus berakhir sekarang. Besok aku tidak ingin lagi berurusan dengan kisah cinta orang-orang dewasa yang rumit.. biar cintaku kelak sederhana saja, yang bermula dari pernikahan dan rehat sejenak pada nafas terakhir dan kemudian dilanjutkan lagi...

Aku bertemu dengannya siang itu, hari liburku. Kami habiskan hingga petang dengan bertukar cerita, sebenarnya bukan bertukar tapi aku lebih banyak mendengar kisahnya yang kupikir menyenangkan. Tak perlu dia tau kisah-kisah sederhana milikku, dia tak akan terkesan. Kali itu dia bercerita tentang seorang pria yang dipanggilnya uda. Senyumku tak lepas dari rona merah jambu diwajahnya, cinta tengah bermain dihatinya. Aku turut bahagia, meski tidak yakin bahwa bahagiaku sebahagia dia.

“kami break” ucapnya selang beberapa waktu kemudian,

“kenapa?” jelas terdengar intonasi-ku takpercaya

“aku ta’aruf dengan seorang laki-laki lain yang mungkin tidak perlu menjanjikan waktu 3 bulan” setengah tak percaya kudengar kalimat itu.

“apa uda kakak tau?” tanyaku hati-hati

“ya.. beliau tau dan mengizinkannya, sekian tahun aku menunggu.. masa harus menunggu lagi” renyah suaranya terdengar.

“apa tidak sebaiknya ditunggu kejelasannya? 3 bulan itu tidak lama..”

“itu lama..”

Aku diam

“dan sekarang aku tengah ta’aruf..” kembali dia bersuara.

***
Seminggu kemudian aku dikabari bahwa prosesnya berhenti dengan beberapa alasan dari pihak laki-laki. Ah,, aku kasihan mendapati niat sahabat baikku belum terwujud. Maka kutawarkan diri menjadi mediator dalam hubungannya dengan si uda yang sempat terputus beberapa lama. Sungguh aku tidak punya niat lain.

Kumulai komunikasi lewat pesan-pesan di jejaring sosial, hingga akhirnya beliau meminta nomor Hp-ku, keberatan awalnya tapi kembali niat kuluruskan.. bahwa ini semua demi sahabatku, seorang kakak yang banyak hal kupelajari darinya. Komunikasi berpindah ke pesan singkat. Misiku bermula, meski ditengah jalan aku sempat  hendak berhenti sebab beliau terkategori cerewet untuk ukuran teman laki-lakiku.. untuk apa bertanya banyak hal tentangku, hingga malah meragukan keseriusanku dalam berteman, tapi kembali niat kuluruskan lagi: Aku hanya akan berhenti ketika memang semua sudah jelas.

Siang itu,, ditempat kerja beliau menelponku, menjelaskan jawaban dari pertanyaan dasar mengapa hubungan ini bermula: “masihkah beliau mau melanjutkan hubungan dengan kakakku”. Beliau memilih kata dengan hati-hati, beretorika yang membuatku sedikit bosan..

“jadi intinya tidak mau?” kupotong saja kalimat panjang miliknya,

“kamu orangnya to the point ya?” kudengar dia tertawa.

“bukan tidak mau, tapi abang hanya tidak ingin menyakitinya, kesalahan abang sendiri yang tidak mampu menerima apa adanya..” dan bla..bla..bla.., aku sudah lupa apa penjelasannya tapi aku tidak mungkin lupa bahwa dia ‘menolak’. Itu saja.. dan kupikir misiku berakhir meski tidak berhasil.

“tolong va jangan cerita ini,, abang tidak ingin menyakitinya”

“hm.. apa untungnya bagi va bercerita” kupikir aku tidak me’iya’kan dan juga tidak me’tidak’kan..

Pembicaraan kami berlanjut, entah kemana hingga akhirnya beliau berkata bahwa aku termasuk dalam kriterianya.. apa ini..!!! aku sungguh ingin segera keluar.

Petangnya kuterima kembali pesan darinya

“boleh ya abang minta fotonya” aku tersedak, mengerjap dan berharap aku salah baca.

“gak” singkat kujawab

“kenapa?”

Aku diam

“kok gak dibalas?”

“abang tau alasannya”

“tidak,. Coba jelaskan alasannya”

Muakku memuncak, dia yang paham agama.. yang menceramahiku sepanjang siang tadi tiba-tiba meminta fotoku dengan enteng.

“malas mengajari tentara berbaris” balasku cepat

“maaf.. maaf abang lancang”

Phufft.. emosiku sedikit mereda ketika kudengar suara motor teman-temanku dihalaman, ‘akhir pekan dimulai’ bisikku pada diri sendiri.

Malam menjelang ketika mereka kembali mengantarku pulang, dan ketika kulihat hp,, beberapa pesan masuk dan nyaris semua darinya.. meminta izin kembali untuk menelpon dan tidak kuberi. Ada seseorang yang ingin kuhubungi dan itu bukan dia.

***
“tenang,, kakak gak akan bawa-bawa nama va” ucapnya ringan, ketika aku keberatan dia menghubungi  si uda cuma untuk menyatakan kekecewaan.

“untuk apa lagi.. semua sudah jelas” kucoba meyakinkan

“va gak tau betapa sakitnya,, betapa sakitnya ketika dia main hati” ada bulir bening menggarisi wajahnya. Aku kehilangan kata, ternyata ada banyak hal yang sembunyikan dariku.

“’bukankah kalian putus komunikasi?” kataku setelah lama terdiam

“dia memohon untuk melanjutkannya lagi”

“kenapa kakak tidak cerita? Kan va gak perlu mendekatinya untuk tau dia masih mau melanjutkan hubungan atau tidak” aku mulai kecewa

“itu tidak penting lagi, terima kasih sayang.. ternyata dia tidak baik”

‘aku dijadikan umpan?’ hatiku berbisik pelan tepat ketika sebuah pesan singkat bertuliskan bahwa dia kecewa, dia tidak menyangka bahwa aku tidak amanah, kalau dia ingin menyakiti hati kakakku, dia tidak memerlukanku untuk melakukannya.

“sudahlah kak,, kak sudah janji tidak akan melibatkan va, kalau sekarang reaksi kak seperti ini.. dia akan mengira va mata-mata.. sungguh niat awal va bukan seperti itu, ayolah kak.. hentikan” entah intonasiku seperti permohonan.

“tidak bisa, dia harus tau bahwa kak terluka, dia menyakiti kak, dia selingkuh” suaranya serak

Andai malam ini dia tidak jadi tamu dirumahku, maka sudah kutinggalkan dia sebelum emosiku memuncak.

“dia akhirnya akan tahu bahwa va dalang ini semua..” ucapku pelan

“tidak apa” aku terpukul mendengar ucapannya, tidakkah dia mengerti apa yang kumaksud.. tidakkah dia paham bahwa saat ini aku tersudut menerima forward pesannya untuk si uda, bahwa makiannya untuk si uda juga kuterima.

“tapi apa yang dia pikirkan tentang va?”

“hah.. jadi va cemas tidak bisa lagi chatingan dan sms’an dengannya?” kaliamat tanya yang tidak pernah kusangka.

“kak,, kehilangan dia tidak akan berdampak apa-apa, va punya banyak teman laki-laki yang menyayangi va tanpa syarat va harus mengirim foto, tanpa va harus mau ditelpon. Tanpa apapun” suaraku mulai meninggi.

“akui saja.. va takut?” tidak menyangka bahwa kakak yang kusayang akan meragukan hatiku.

“kak tau kan, va punya riky yang setia mendengarkan omelan va, va punya sayid yang selalu ada, va punya bayu yang penuh semangat, va punya edo yang kak kagumi, va punya bang ardi yang dulu pernah bertemu kak ketika menjemput va waktu gempa? relfi, arif, yendra, b’indra, rahmat, jefri, yogi, andrian, alif, arie yang mereka bahkan tidak pernah mengeluh jika va repotkan..” kusebut nama sebagian teman laki-lakiku dari yang dia kenal hingga yang tidak.

“va punya mereka,, dan kehilangan uda kak tidak berdampak apa-apa untuk aktivitas va” kututup dengan senyum dipaksa.

Dia bergeming, seolah tidak mendengar pembelaanku.

“ky..” kukirim pesan singkat pada sahabatku yang jauh dipulau sana. Dan sesaat kemudian kuterima balasan darinya..

“va emosi..” kembali pesan itu dilaporkan terkirim, dan setelah itu aku sibuk dengannya sembari membaca pesan dari si uda yang merupakan forward menyakitkan dari kakakku tersayang.

“ana sedang di kos va saat ini, lebih dari cukup bukti-bukti chat dan sms.. ternyata akhy jago juga. Semoga puas” dan tak lama “dan semoga va juga puas..!!” lagi pesannya masuk.

“sudahlah.. yang penting niat awal tidak seperti itu, diamkan saja.. karena kalau ditanggapi pun, semua tidak akan lebih baik” pesan kesekian dari riky.

Aku setuju, biar ini jadi kenangan saja.. bahwa mereka dengan label apapun belum tentu dapat dipercaya.. bahwa aku dengan usia setua ini masih bisa dijadikan umpan yang lezat.

“hmm.. rumit sekali cinta orang dewasa ^^” kuakhiri pesan dengan riky,, malam sudah sangat larut.

3 komentar: